SKEMA DINAMIKA VARIABEL Skema 1. Temuan penelitian sebelumnya

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Presentasi Diri Seksual Online Presentasi diri seksual online didefinisikan sebagai perilaku foto diri berkonten seksual yang kemudian diunggah ke media sosial Baumgartner et al., 2015. Konten seksual dalam foto diri tersebut bisa ditampilkan secara eksplisit, seperti foto telanjang atau hampir telanjang, maupun secara implisit, seperti pose tubuh seksi, pakaian yang seksi, ekspresi yang seksi Bobkowski, Shafer, Ortiz, 2016. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Van Oosten dan Vandenbosch 2017 telah menemukan beberapa karakteristik foto diri berkonten seksual. Karakteristik tersebut berupa pose tubuh yang seksi, berpakaian seksi, tatapan mata yang seksi, dan penampilan yang seksi. Di sisi lain, Gomez dan Ayala 2014 menemukan bahwa definisi yang diungkapkan peneliti mengenai presentasi diri seksual online masih berbeda beda. Hal ini ditambah dengan definisi yang masih tumpang tindih antara presentasi diri seksual online dan sexting. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian awalan mengenai definisi presentasi diri seksual online. Peneliti menyebar angket terbuka tentang definisi presentasi diri seksual online kepada 540 remaja dan mendapatkan hasil sebagai berikut. 1. Berpakaian seksi, minim, atau terbuka 2. Berpose atau bergaya seksi, sensual, atau terkesan hot 3. Memperlihatkan bentuk tubuh yang seksi 4. Tatapan mata yang seksi atau menggoda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Dandanan misalnya riasan atau gaya rambut yang seksi 6. Ekspresi wajah yang seksi, menggoda, atau menarik perhatian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan karakteristik yang didapatkan dari hasil penyebaran angket karena lebih spesifik dan lebih sesuai dengan konteks remaja di Indonesia karena hampir seluruh responden angket terbuka adalah remaja di Indonesia. Dengan demikian terdapat dua kriteria yang harus terpenuhi dalam presentasi diri seksual online, yaitu: a. Pernah melakukan foto diri dengan nuansa seksi. b. Pernah mengunggah foto diri bernuansa seksi tersebut ke situs jejaring sosial. 2. Contingent Self-Esteem Contingent self-esteem didefinisikan sebagai self-esteem yang bergantung pada sejauh mana seseorang dapat memenuhi standar atau harapan- harapan yang diberikan padanya Deci Ryan, 1995. Dalam penelitian ini, contingent self-esteem diukur menggunakan skala Contingent Self-esteem CSE. Semakin tinggi skor CSE, maka self-esteem seseorang semakin bergantung pada pencapaian standar dan pemenuhan harapan yang diberikan padanya Kernis, 2003. 3. Self-Esteem Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep self- esteem yang dikemukakan oleh Rosenberg pada tahun 1965. Konsep ini adalah konsep self-esteem yang paling banyak digunakan dalam penelitian-penelitian yang melibatkan harga diri Mruk, 2013. Self-esteem ini bersifat unidimensional, yaitu mengungkapkan worthiness atau keberhargaan diri yang dimiliki seseorang. Penelitian ini menggunakan definisi self-esteem yang diungkapkan oleh Rosenberg 1965; dalam Mruk 2006 yaitu self-esteem sebagai sikap tertentu terhadap diri yang didasarkan pada perasaan seseorang mengenai seberapa berharga dirinya. Peneliti akan melakukan uji korelasi tingkat presentasi diri seksual online dan self-esteem sebagai analisis tambahan. Self-esteem akan diukur dengan skala Single-Item Self-Esteem SISE. Skala SISE hanya terdiri atas 1 aitem pernyataan. Peneliti menggunakan skala ini untuk mengurangi kemungkinan demotivasi responden karena banyaknya skala yang harus dijawab dalam survei yang diberikan.

D. RESPONDEN PENELITIAN

Responden penelitian yang sesuai sebagai sumber data adalah perempuan atau laki-laki rentang usia 12-25 tahun. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling. Pada teknik nonprobability sampling setiap anggota atau unsur dari populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sumber data Priyono, 2016. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. yaitu teknik sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria khusus dalam menentukan responden penelitian Priyono, 2016. Pada penelitian ini terdapat dua tahap pengambilan data. Kriteria responden pada tahap pertama adalah individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI