Metode digunakan untuk menganalisis bahan obat dengan kadar lebih dari 0,1 dan kurang dari 1, maka rentang recovery yang
digunakan yaitu 80-120 Rohman, 2009. b.
Presisi Presisi dinyatakan dengan koefisien variasi, dengan rumus:
CV =
�� �
x 100 Metode ini dikatakan baik bila nilai CV yang diperoleh 2.
Semakin kecil nilai CV, presisi metode yang digunakan semakin baik Rohman, 2009..
c. Linearitas
Parameter linearitas dilihat dari nilai koefisien korelasi r hasil pengukuran larutan seri baku kurkumin. Metode dikatakan memiliki
linearitas yang baik bila r 0,99 atau r Rohman, 2009.
2. Analisis statistik penetapan kadar kurkumin terlarut
Data uji disolusi kurkumin dibuat dalam bentuk kurva hubungan antara jumlah persen terdisolusi kurkumin terhadap waktu. Kemudian dilakukan
perhitungan statistik hasil dari Disolusi Efisiensi DE dalam waktu 120 menit yang dibandingkan tiap formulanya.
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Dispersi Padat
Dispersi padat dibuat dengan mencampurkan ekstrak temulawak dengan
PVP sesuai dengan proporsi drug load dalam tabel II. Ekstrak temulawak
Curcuma xanthorrhiza Roxb. yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT. Phytochemindo Reksa Ekstrak temulawak tersebut memiliki kandungan
kurkuminoid sebanyak 15. Kurkuminoid terdiri dari yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bisdesmetoksikurkumin Hasil analisa menggunakan
metode KLT-Densitometri diperoleh kadar kurkumin dari ekstrak yaitu sebesar 12,12 dengan perhitungan terlampir. Masing-masing bahan ditimbang sesuai
dengan perbandingan, ekstrak temulawak dilarutkan dalam 100 ml etanol 70. PVP dilarutkan dalam etanol. PVP merupakan pembawa yang digunakan yang
memiliki karakteristik serbuk putih kekuningan dan bersifat higroskopis. PVP merupakan polimer hidrofilik yang digunakan sebagai pembawa dari dispersi
padat yang dibuat dan dapat membantu meningkatkan kelarutan dari kurkumin yang tersispersi bersama PVP, dimana kurkumin tersebut memiliki kelarutan yang
rendah di dalam air. Larutan kurkumin dicampur dengan larutan PVP dengan proporsi drug load yaitu 6 , 4 , dan 2,4 . Setelah itu campuran kedua bahan
dikeringkan dengan spray drying operating parameter sebagai berikut: suhu inlet, 100
o
C; suhu outlet ±60
o
C; feed rate 4 mlmin.
Prinsip kerja spray dryer yaitu dengan adanya uap panas akan mengubah cairan campuran antara isolat temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb.-PVP
dengan penguapan pelarut menjadi serbuk kering. Serbuk yang tebentuk berupa serbuk kering berukuran kecil, berwarna kekuningan, dan higroskopis. Serbuk
yang terbentuk kemudian dikumpulkan, diayak menggunakan ayakan no mesh 50, serbuk yang terbentuk dimasukkan ke dalam kapsul ukuran 00 sesuai dengan
perhitungan, dibungkus dengan alumunium foil dan di masukan ke dalam dry box terlindung cahaya dengan RH 30 dan untuk selanjutnya disiapkan untuk
proses disolusi.
B. Pembuatan Campuran Fisik
Campuran fisik dibuat dengan cara mencampur dalam mortir sampai homogen antara isolat temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. dengan PVP
dari hasil perhitungan sesuai dengan tabel II, Campuran fisik diberi perlakuan
yang sama dengan dispersi padat yaitu dengan memasukkan ke dalam kapsul No. 00 dan dibungkus dengan alumunium foil untuk selanjutnya disiapkan dalam
proses disolusi. Hasil disolusi dari campuran fisik akan dibandingkan dengan dispersi padat.
C. Pembuatan Fase Gerak
Pembuatan fase gerak menggunakan fase gerak yang yaitu kloroform : etanol : aquadest 25 : 0,96 : 0,004. Pemilihan fase gerak harus menggunakan
fase gerak yang optimal karena hal ini berkaitan dengan polaritas fase gerak dengan sampel yang dapat mempengaruhi nilai Rf, baseline pengukuran dan
pemisahan komponen-komponen dalam sampel yang akan dianalisis. Sistem kromatografi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan kromatografi fase
normal, karena fase gerak pada penelitian ini bersifat non polar, sedangkan fase geraknya, yaitu silika gel GF 60 yang bersifat polar.
D. Pembuatan Larutan Baku
Penelitian ini menggunakan 7 seri konsentrasi baku kurkumin, yaitu 50 gml, 100 gml, 150 gml, 200 gml, 250 gml, 300 gml dan 350 gml.
Larutan baku kurkumin dibuat dengan melarutkan baku kurkumin menggunakan etanol p.a. Pemilihan seri konsentrasi ini disesuaikan dengan melihat respon
detektor terhadap peak yang dihasilkan. Ketika konsentrasinya terlalu kecil, maka sinyal tersebut dapat terganggu oleh noise yang dihasilkan alat. Pemilihan seri
konsentrasi ini juga bertujuan agar respon analit yang terdapat dalam sampel yang kita teliti dapat masuk ke dalam range respon seri larutan baku. Dengan
diperolehnya persamaan kurva baku yang diperoleh dapat digunakan untuk penetapan kadar analit dalam sampel.
E. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin
Penetapan panjang gelombang maksimum kurkumin dilakukan dengan tujuan didapatkan panjang gelombang kurkumin yang memberikan respon
maksimum, sehingga memberikan hasil yang reprodusibel pada pengulangan pengukuran, memiliki sensitivitas pengukurannya tinggi, dan diharapkan dapat
meminimalkan kesalahan pada pengukuran. Penetapan panjang gelombang