Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Gaya Belajar

disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adalah kinerja seseorang dalam menggunakan nalar atau kinerja seseorang dalam berpikir logis. Penalaran matematis adalah kemampuan menganalisis, menggeneralisi, mensintesis mengintegrasikan, memberikan alasan yang tepat dan menyelesaikan masalah tidak rutin Gardner:2006. Matematika memerlukan proses penalaran dimana penalaran matematika ini diperlukan untuk menganalisis dan menentukan apakah sebuah argument matematika itu benar atau salah dan juga dipakai untuk membangun suatu argument matematika menjadi sebuah kesimpulan. Adapun indikator standar penalaran dan pembuktian matematis untuk para siswa pra sekolah sampai dengan tingkat 12 NCTM, 2000 adalah siswa mampu : a. Mengenal penalaran dan pembuktian sebagai aspek dasar. b. Membuat dan menyelidiki konjektur dugaan, hipotesis matematika. c. Mengembangkan dan mengevaluasi argumen dan bukti secara matematis. d. Memilih dan mengembangkan berbagai jenis penalaran dan metode pembuktian. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan yaitu 4 indikator kemampuan matematis yang dinyatakan oleh NCTM dimana indikator-indikator yang ada dijabarkan ke dalam bentuk aspek penalaran matematis.

C. Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis

Setiap proses belajar pasti mempunyai tujuan yakni hasil dari proses belajar itu sendiri. Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran instruksional , pengalaman proses belajar mengajar dan hasil belajar Sudjana, 1989 : 2. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif Supriyono, 2015:7. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti dari hasil pengukuran belajar setelah melalui berbagai pengalaman belajar yang dilihat secara komprehensif. Hasil belajar dapat diukur melalui berbagai macam tes hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang ingin diukur. Dalam penelitian ini, kemampuan yang ingin diukur adalah kemampuan penalaran matematis. Oleh karena itu, tes hasil belajar yang dilakukan yaitu tes kemampuan penalaran matematis. Pengukuran hasil tes kemampuan penalaran matematis bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan penalaran matematis. Kriteria pengelompokan kemampuan penalaran matematis yang digunakan menurut Suherman dan Sukjaya Riyanto, 2011 adalah sebagai berikut : 1. Kelompok penalaran tinggi : s x nilai . 1   2. Kelompok penalaran sedang : s x nilai s x . 1 . 1     3. Kelompok penalaran rendah : s x nilai . 1   Keterangan : x : rata-rata hasil tes kemampuan penalaran matematis s : simpangan baku hasil tes kemampuan penalaran matematis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Gaya Belajar

Dalam proses belajar, ada banyak hal yang dapat mempengaruhi proses tersebut. Salah satunya yaitu gaya belajar yang dimiliki setiap siswa. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa betapa pentingnya guru untuk mengetahui gaya belajar siswanya. Hal ini bertujuan supaya guru dapat memadukan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswanya. Gaya belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah Bobby De Porter, 2010. Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi Gunawan, 2007:139. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh Bobby De Porter dan Gunawan dapat disimpulkan bahwa gaya belajar masing- masing individu berbeda sesuai dengan ciri khas masing-masing. Gaya belajar merupakan suatu cara yang digunakan individu untuk mentransfer ilmu dengan kondisi yang nyaman sehingga ilmu dapat diserap dengan cepat dan tepat. Gaya belajar terdiri dari tiga komponen yakni gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Setiap gaya belajar tentu memiliki ciri yang berbeda. Menurut Markova 1992, orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberikan mereka bakat dan kekurangan alami tertentu Bobby De Porter, 2010. Berdasarkan pendapat Markova tersebut dapat dinyatakan bahwa siswa dapat memiliki gaya belajar campuran seperti gaya belajar visual auditori, gaya belajar visual kinestetik, gaya belajar auditori kinestetik dan gaya belajar visual auditori kinestetik. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan hasil beberapa penelitian yang memiliki hasil gaya belajar campuran. Dalam jurnal “Perbedaan Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Belajar Pada Mahasiswa Semester IV Diploma III Prodi Kebidanan Stikes Ais yiyah Yogyakarta” dijelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan seseorang memiliki beberapa karakteristik dari gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Menurut psikolog Mu‟tadin 2002 berdasarkankemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi menjadi 3 kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditori, dan kinestetik. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik gaya belajar yang lain.Walaupun belajar dengan menggunakan gaya belajar yang berbeda-beda pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya Bobby De Porter, 2010 : 112. Ciri-ciri dari masing- masing gaya belajar yang dikemukakan Bobby De Porter dan Mike Hernacki 2003 : 116 – 118 yakni sebagai berikut : 1. Gaya Belajar tipe Visual Gaya belajar visual yakni cara belajar melalui indera penglihatan, sehingga belajar berdasarkan apa yang dilihat dengan ciri : a. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar; b. Mudah mengingat dengan asosiasi visual; c. Pembaca yang cepat dan tekun, memiliki hobi membaca; d. Lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu mendengarkan esensi pembicaraanya; f. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika dituliskan, dan sering minta bantuan orang lain untuk mengulangi instruksi verbal tersebut; g. Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; h. Pengeja yang baik, kata demi kata; i. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya atau tidak, sudah atau belum; j. Mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan dilihat orang; k. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; l. Memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik; m. Teliti terhadap rincian, hal-hal kecil yang harus dilakukan; n. Biasanya tidak terganggu oleh suara ribut; o. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato p. Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek, terbiasa melakukan check and recheck sebelum membuat simpulan; q. Lebih menyukai seni visual dari pada seni musik r. Suka mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau pada saat melakukan rapat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Gaya Belajar tipe Auditori Gaya belajar auditori adalah cara belajar menggunakan indera pendengaran, yakni belajar berdasarkan apa yang telah didengar. Cirinya sebagai berikut : a. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihatnya; b. Berbicara kepada diri sendiri saat belajar dan bekerja c. Senang membaca dengan keras dan mendengarkannya d. Berbicara dengan irama terpola e. Biasanya jadi pembicara yang fasih f. Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku pada saat membaca g. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya i. Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita j. Dapat mengulangi kembali dan meirukan nada, birama dan warna suara k. Mudah terganggu oleh keributan, dia akan sukar berkonsentrasi l. Mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi m. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik n. Lebih menyukai music daripada seni lukis atau seni dengan hasil tiga dimensi 3. Gaya Belajar tipe Kinestetik Gaya belajar kinestetik adalah cara mentransfer ilmu dari apa yang telah dilakukan yaitu dengan gerak dan sentuhan. Ciri orang yang mempunyai gaya belajar ini adalah : a. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak b. Banyak menggunakan isyarat tubuh c. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca d. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat e. Otot-otot besarnya berkembang f. Menanggapi perhatian fisik g. Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama h. Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka i. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi j. Ingin melakukan segala sesuatu k. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain l. Berbicara dengan perlahan m. Suka belajar memanipulasi mengembangkan data atau fakta dan praktik n. Tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang ke tempat tersebut o. Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai manifestasi penghayatan terhadap apa yang dibaca p. Kemungkinan memiliki tulisan yang jelek q. Menyukai permainan yang membuat sibuk Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuroh dan Idris 2016, gaya belajar tidak secara langsung meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam matematika. Namun, gaya belajar dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika. Aktivitas belajar yang meningkat itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya dalam pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Menurut jurnal “Penerapan Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Gaya Belajar VAK” menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis gaya belajar VAK cenderung meningkatkan aktivitas siswa.

E. Lingkaran

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SOAL POKOK BAHASAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP MTA GEMOLONG TAHUN AJARAN 2008 2009

1 11 173

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DENGAN METODE GUIDED Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar dengan Metode Guided Discovery pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 3 18

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DENGAN METODE GUIDED Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar dengan Metode Guided Discovery pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 4 22

PENDAHULUAN Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Gaya Belajar dengan Metode Guided Discovery pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

4 22 6

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS SINGGUNG LINGKARAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Bahasan Persamaan Garis Singgung Lingkaran Ditinjau Dari Level Berpikir Van Hiele Pada Siswa Kelas

0 4 16

KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GARIS SINGGUNG LINGKARAN DITINJAU DARI METODE POLYA Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Garis Singgung Lingkaran pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Waru Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 18

Perbedaan hasil belajar Matematika materi garis singgung lingkaran ditinjau dari penggunaan metode ceramah dan diskusi di kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2016 2017

0 0 298

Karakteristik Siswa Dalam Memecahkan Masalah Garis Singgung Lingkaran Berdasarkan Langkah Polya Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa (Penelitian Dilakukan di SMP N 14 Surakarta Kelas VIII Tahun Ajaran 2015/2016 ).

0 0 18

analisis menyelesaikan masalah matematika kontekstual materi lingkaran ditinjau dari gaya kognitif siswa kelas viii SMP n 3 Kartasura tahun ajaran 2015/2016.

0 0 1

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 SIDAREJA

1 9 16