Rasa kebersamaan dilantunkan pula pada bagian teks hipogram dari lagu Campaka Kembar Surupan Sorog Sobirin, 1987: 84 dalam bentuk sampiran dan isi: ... Ayun-ayunan,
dina tangkal waru doyong, sabilulungan, runtut raut gotong royong, ayun-ayunan, dina tangkal kayu manis, sabilulungan, sapapait samamanis ’Berayun-ayun, pada pohon waru
doyong, bersatu padu, bersama sama bergotong royong, berayun-ayun pada pohon kayu manis, bersatu padu, bersama-sama dalam pahit dan manis.
Penerapan teks hipogram pada Naratas Jalan dengan ekserp ’excerpt’ pengintisarian Lihat Sardjono, 1986 dan modifikasi ’modification’ pengubahan Lihat Riffaterre, 1978.
Fungsi semiotik teks hipogram untuk penyajian makna maksud. Matriks teks: Jalan kehidupan mulia adalah bersatu padu.
Pesan dari rumpaka Naratas Jalan yakni; dalam menjalani kehidupan hendaknya yakin kepada pendirian diri dan hati nurani yang disertai oleh keimanan, namun tidak disertai rasa
sombong karena kesombongan menuju kebinasaan. Harus pandai menghargai orang lain, dan orang lain dijadikan teman dalam tolong-menolong, bukan untuk berselisih karena
perselisihan menimbulkan kehilangan akal sehat. .
5. Salaka Domas Kadiya banteng bayangan
sinatria pilih tanding toh pati jiwa jeung raga
seja angkat mapag jurit sanajan, di luhur langit
hamo burung rek disusul sumujud ka ingkang rama
Prabu agung Siliwangi didamel jimat nagara
Sinatria pajajaran putra siwi Siliwangi
estu panteg mamanhan seja moal waka mulih
najan nemahan pati mun guriang tacan tumpur
ngesto ka ibu ka rama sumambat ka Maha Suci
teguh pengkuh henteu unggut kalinduan. Sobirin, 1987: 94
Seperti banteng mengamuk satria terpilih yang susah tandingannya
merelakan ajal, jiwa, dan raga berangkat ke medan perang
walau di atas langit tak kan urung, akan ditempuh,
karena tunduk perintah ayahanda Prabu Agung Siliwangi
Salaka Domas untuk dijadikan azimat negara
Satria Pajajaran keturunan Siliwangi
sungguh teguh tekad berniat tak akan kembali
walau sampai ajal apabila guriang belum hancur
karena patuh kepada ayah bunda memohon kepada Yang Maha Suci
teguh
keyakinan tak
terpengaru h
goncangan lindu=gempa
Salaka Domas Surupan Pelog dengan Pupuh Sinom, lagu dan rumpaka kreasi R. Bakang Abubakar. Pendukungan teks dalam memenuhi karakter pupuh ditunjukkan oleh rasa senang
hati yang tersirat dari sikap optimis tokoh, walau berat menjalankan amanat ayah bundanya. Bait ini sebuah transformasi dari ceritera pantun Mundinglaya di Kusumah putra Prabu
Siliwangi yang harus mencari azimat Salaka Domas berupa layang-layang yang harus direbut dengan perjuangan gigih melalui perlawanan terhadap guriang tujuh yang sangat sakti. Teks
Salaka Domas dipandang dari sudut arti sebagai satu rangkaian informasi, yakni perjuangan meraih Salaka Domas.
Tokoh dalam lirik tunduk dan hormat pada ibu dan ayah, dengan selalu menyebut-nyebut Yang Maha Suci sumambat ka Maha Suci, tidak tergoda oleh apa pun. Sumambat ka Maha
Suci mengingatkan kepada Dzikir Sir atau yang lazim diungkapkan dengan Manunggaling kaula – Gusti, selalu menghadirkan Allah dalam Badan Rohani. Sinkretisasi antara
kepercayaan Islam dengan pra-Islam di dalam kisah-kisah kesusastraan lama merupakan hal yang lazim baik dalam karya sastra Sunda maupun dalam karya sastra Nusantara Lihat
Wawacan Batara Rama dan Hikayat Seri Rama. Hipogram tunduk dan berbakti kepada ibu dan ayah antara lain, sebagai berikut: Indung
tunggul rahayu, bapa tangkal darajat, nya munjung kudu ka Indung, nya muja kudu ka bapa’ Ibu pokok keselamatan, ayah pohon kemuliaan, harus tunduk kepada ibu, hormat kepada
ayah. Dalem Pancaniti memberikan keteladanan menyatakan bakti kepada orang tua, dengan perilaku yaitu apabila berderma beliau berkata: Tah kaula mere nyatu ka maneh,
ganjaranana disanggakeun ka indung bapa kaula. ’Aku memberimu makanan, pahalanya diberikan kepada Ibu dan Ayahanda.’
Hipogram dalam pupuh Maskumambang sebagai berikut: Eh barudak kudu mikir ti leuleutik, maneh kahutangan, ka kolot ti barang lahir, nepi ka ayeuna pisan. ’Wahai anak-
anak kau semua harus menyadari sejak kecil, kau berutang budi, kepada orang tua sejak lahir, sampai sekarang.’
”Pemerolehan Layang Salaka Domas yang bisa mengancam nyawa Mundinglaya di Kusumah karena harus menempuh perjalanan berbahaya ke sajabaning langit yang dijaga
oleh 7 guriang sakti ini, sebenarnya untuk kepentingan negara yakni sebagai penawar bencana yang melanda Negeri Pajajaran Su’eb, 1997: 18-19. Jadi pada ini menyaran secara
tersirat pada bela negara. Hipogram dari bela negara banyak diungkapkan dalam Tembang Cianjuran, antara lain
lagu Talutur Surupan Salendro Sobirin, 1987: 91
Najan beurat bubuhan geus wajib, najan bangga da nyata tugasna, teu meunang mungpang ngoleseh, kudu tanggoh jeung teguh, ludeung tandang pinuh kawani, dina neuleumanana,
maksud nu samiuk, nuju kajembaran bangsa, dina harti gemah ripah lohjinawi, jembar wibawa harja. ’Walau terasa berat namun wajib, walau sulit bagaimanapun tugas, tak boleh
menolak, harus kuat dan teguh, tak-takut, gagah penuh dengan keberanian, dalam melaksanakan - maksud bersatu, menuju kebesaran bangsa, menuju kehidupan subur
makmur, negara termashur berwibawa dan sejahtera.’ Perjuangan bela negara dalam teks lagu Kinayungan Surupan Salendro ? pupuh
Dangdanggula Sobirin, 1987: 106 sebagai berikut: Kewes pantes satria pinilih, lugay yuda tegang lali jiwa, ampuhna lir pamor, macan tinemu
musuh, daweung ludeung teu gimir ku pati, ngabela pusaka nagara, anu dipigandrung, lemah cai tanah endah, mo kaduhung lamunna kasoran jurit, dapon keur balarea. ’Satria
terpilih yang tampan, berangkat ke medan perang dengan mengorbankan jiwa, kesaktiannya seperti pamor garis pada keris yang terbuat dari meteor, seperti macan dihadapkan pada
musuh, tegak, berani, tak gentar kehilangan nyawa, untuk memperoleh pusaka negara. Yang menjadi angan-angan, tanah air yang indah tentram-damai ?. Tak akan menyesal walau
kalah dalam peperangan, untuk masyarakat. Penerapan teks hipogram pada teks lagu Salaka Domas dengan ekserp ’excerpt’
pengintisarian Lihat Sardjono, 1986. Fungsi semiotik teks hipogram untuk penyajian makna maksud. Matriks teks: Menjalankan perbuatan mulia.
Lagu Sasaka Domas ini menasihatkan berbakti kepada orang tua, mengingat Tuhan selalu, dan bela negara untuk kesejahteraan bangsa dengan penuh ketangguhan.
6. Ceurik abdi Sok sering abdi ngalamun