menolak, harus kuat dan teguh, tak-takut, gagah penuh dengan keberanian, dalam melaksanakan - maksud bersatu, menuju kebesaran bangsa, menuju kehidupan subur
makmur, negara termashur berwibawa dan sejahtera.’ Perjuangan bela negara dalam teks lagu Kinayungan Surupan Salendro ? pupuh
Dangdanggula Sobirin, 1987: 106 sebagai berikut: Kewes pantes satria pinilih, lugay yuda tegang lali jiwa, ampuhna lir pamor, macan tinemu
musuh, daweung ludeung teu gimir ku pati, ngabela pusaka nagara, anu dipigandrung, lemah cai tanah endah, mo kaduhung lamunna kasoran jurit, dapon keur balarea. ’Satria
terpilih yang tampan, berangkat ke medan perang dengan mengorbankan jiwa, kesaktiannya seperti pamor garis pada keris yang terbuat dari meteor, seperti macan dihadapkan pada
musuh, tegak, berani, tak gentar kehilangan nyawa, untuk memperoleh pusaka negara. Yang menjadi angan-angan, tanah air yang indah tentram-damai ?. Tak akan menyesal walau
kalah dalam peperangan, untuk masyarakat. Penerapan teks hipogram pada teks lagu Salaka Domas dengan ekserp ’excerpt’
pengintisarian Lihat Sardjono, 1986. Fungsi semiotik teks hipogram untuk penyajian makna maksud. Matriks teks: Menjalankan perbuatan mulia.
Lagu Sasaka Domas ini menasihatkan berbakti kepada orang tua, mengingat Tuhan selalu, dan bela negara untuk kesejahteraan bangsa dengan penuh ketangguhan.
6. Ceurik abdi Sok sering abdi ngalamun
mikiran usiking diri ngumbara di pawenangan
nya ngancik di alam lahir. anu pinuh kaanehan
tegesing sarwa ajaib 2x Sok sering ngahurun balung
mun abdi nyawang kapusing teu elat reumbay cimata
mun pareng teu genah ati duka ngantosan suka
ceurik ngagantian seuri 2x Sok sering abdi nunuhun
ka Gusti Nu Maha Suci mun pareng aya kahayang
mikarep nu lain-lain margi mung manten-Na pisan
nu Kagungan Welas Asih. Sobirin, 1987: 110
Aku sering melamun memikirkan pergerakan batin
bahwa mengembara di alam wenang berdiam di alam lahir
yang penuh dengan keanehan jelasnya banyak keajaiban
Aku sering susah apabila merasa banyak kesusahan
terus bercucuran air mata apabila mengalami ketidaksenangan
berduka menanti bahagia menangis pengganti senyuman
Aku sering memohon kepada Tuhan Yang Maha Suci
apabila memiliki cita-cita macam-macam
karena Dia-lah Pemilik Kasih Sayang
Ceurik abdi ‘Tangisanku’ Surupan Pelog pupuh Kinanti, lagu dan rumpaka oleh R. Bakang Abubakar. Teks Ceurik Abdi dipandang dari sudut arti sebagai satu rangkaian
informasi, tentang menjalani kehidupan. Rumpaka ini mengungkapkan aku lirik yang sangat
aneh menghayati pergerakan batin ’usiking diri’. Dalam kehidupan ia merasakan dua suasana batin yang saling menggantikan yakni susah dan bahagia, dengan ungkapan duka ngantosan
suka, ceurik ngaganti seuri. Ungkapan ini berpusat pada penantian sesuai karakter pupuh, yakni dalam kesusahan menanti kebahagiaan dalam kebahagiaan sebagai penantian
kedukaan. Hipogram konsep dikotomi, adalah teks guguritan Asmarandana Lahir Batin karya RA
Bratawijaya sebagai berikut: Sugih papacangan miskin, beunghar papacangan lebar, hade papacangan goreng, bagja
pacangan cilaka, suka pacangan duka, ngariung bakal pahatu, kasukan bakal midangdam. Isuk deui sore deui, ti peuting datang ka beurang, wawangsalan gopes jawer, tansah di
canggehgar karang, kokotak wayah pajar, manuk huut anu jalu, ngirab jangjang di buruan. Nu tapis ngawih janari. Tegesna bangsa kaula, salawasna ngadadago, ngadago lapar jeung
dahar, sare sartana hudang, ngadago bungah jeung mesum, samantara nunggu ajal. Sawisik pasti kapanggih, nguntun tipung nambang beas, ngan kudu laksana bae. ’Sugih berpasangan
dengan miskin, kaya berpasangan dengan kekurangan, baik berpasangan dengan buruk, keberuntungan pasangan musibah, suka pasangan susah, kebersamaan dengan ayah ibu
akan yatim piatu, senyum-simpul akan tersedu sedan. Pagi lagi sore lagi, malam menuju siang, wawangsalan ”jambul lebar,” selalu menjadi canggehgar ayam hutan halaman
rumah, burung jantan pemakan dedak, mengipas-kipas sayap di halaman, yang pandai me- ngawih pada pagi buta Isi terkaanteka-teki ”ayam”. Artinya manusia sebagai makhluk,
selalu menanti, menunggu lapar dan makan, tidur serta berjaga, menunggu gembira dan bersedih, sementara ketika hidup menunggu ajal. Semua manusia sama mengalami,
menguntun tepung membuat tambang dari beras teka-teki wawangsalan, pasti mengalami isinya laksa
Hipogram konsep dikotomi ditemukan pada ceritera lisan Si Kabayan tokoh humoris dia
menangis ketika suasana gembrira karena tahu akan menjelang musibah dan tersenyum apabila mengalami kesedihan karena menjelang kebahagiaan.Hipogram konsep dikotomi ini
acapkali diungkapkan para sufi, hendaknya menjalani kehidupan secara rata, dalam arti mengalami kebahagiaan jangan berlebih-lebihan begitu pun mengalami penderitaan jangan
terlalu merasa sedih, karena susah dan bahagia dibagi rata kepada umat manusia sebagai cobaan dari Allah yang diturunkan secara silih berganti.
Penerapan teks hipogram pada teks lagu Ceurik Abdi dengan ekserp ’exerpt’ pengintisarian. Fungsi semiotik teks hipogram untuk penyajian makna maksud. Matriks
teks: Menjalani hidup yang benar yakni menerima kebahagiaan dan penderitaan secara ikhlas. Rumpaka ini menyampaikan nasihat bahwa, apabila memperoleh kesulitan jangan terlalu
bersedih serta mohon kepada Tuhan Pemilik Kasih Sayang yang menurunkan penderitaan dan kebahagiaan.
7. Sinom Bungur