4. Naratas jalan Geura bral geura mariang
geura prak naratas jalan teangan kasugemaan
enggoning keur kumelendang kumelendang masing yakin
dibarengan kaimanan yakin kana pamadegan
tangtungan wanda sorangan tapi poma 2x lain laku kaangkuhan.
Kaangkuhan anu mawa kana jalan kaambrukan
hirup teh lain sorangan loba pisan nu marengan
keur urang silih tulungan lain eukeur pacengkadan
nu taya hartina pisan nimbulkeun pondok harepan
ilang akal keur ngudag-udagan urang Sobirin, 1987: 85
Silakan berangkatlah buka jalan
cari kepuasan selama berkelana
dalam berkelana disertai keyakinan disertai keimanan
yakin pada pendirian keyakinan hati nurani
namun janganlah disertai keangkuhan Keangkuhan membawa
ke jalan kebinasaan sadari hidup tidak sendiri
banyak sekali sesama manusia untuk saling tolong-menolong
bukan untuk berselisih yang tak bermanfaat
yang menimbulkan pendek pikiran kehilangan akal yang akan menyertai kita
Naratas Jalan Surupan Pelog, pupuh Sinom. Kedua bait merupakan kesatuan yang mendukung pada judul Naratas Jalan ’Membuka Jalan’. Apabila dikaitkan dengan
penggunaan pupuh, ”membuka jalan” pada konteks ini, memiliki makna membuat pijakan hidup dalam mencari kebahagiaan untuk diteladani oleh orang-orang kemudian. Teks
Naratas Jalan dipandang dari sudut arti sebagai satu rangkaian informasi, tentang menjalani kehidupan.
Rumpaka ini mengemukakan bahwa hidup dengan sesama untuk saling tolong-menolong bukan untuk berselisih. Teks hipogram dalam pupuh Pucung seperti berikut: Utamana jalma
kudu rea batur, keur silih tulungan, silih asih silih bere, budi akal lantaran ti pada jalma. ’Yang paling utama orang harus memiliki kawan banyak, untuk saling menolong, saling
memberi, budi dan akal melalui sesama manusia.’ Teks hipogram lainnya dari guguritan Asmarandana Lahir Batin karya RA Bratawijaya
sebagai berikut: Ulah sirik ka pangampih, ulah nyacad ka nu lian, deungeun pikeun eunteung bae, nu lian pikeun tuladan, hade goreng kasawang, ukur ku tangtung sakujur, sasaran di
badan urang. ’Jangan iri kepada yang lebih tinggi, jangan mencacat orang lain, orang lain untuk cermin, orang lain untuk teladan, baik buruk kita dapat menilainya, ukur dengan diri
kita, telusuri diri kita sendiri.’ Teks hipogram ini lebih menekankan untuk introspeksi diri.
Rasa kebersamaan dilantunkan pula pada bagian teks hipogram dari lagu Campaka Kembar Surupan Sorog Sobirin, 1987: 84 dalam bentuk sampiran dan isi: ... Ayun-ayunan,
dina tangkal waru doyong, sabilulungan, runtut raut gotong royong, ayun-ayunan, dina tangkal kayu manis, sabilulungan, sapapait samamanis ’Berayun-ayun, pada pohon waru
doyong, bersatu padu, bersama sama bergotong royong, berayun-ayun pada pohon kayu manis, bersatu padu, bersama-sama dalam pahit dan manis.
Penerapan teks hipogram pada Naratas Jalan dengan ekserp ’excerpt’ pengintisarian Lihat Sardjono, 1986 dan modifikasi ’modification’ pengubahan Lihat Riffaterre, 1978.
Fungsi semiotik teks hipogram untuk penyajian makna maksud. Matriks teks: Jalan kehidupan mulia adalah bersatu padu.
Pesan dari rumpaka Naratas Jalan yakni; dalam menjalani kehidupan hendaknya yakin kepada pendirian diri dan hati nurani yang disertai oleh keimanan, namun tidak disertai rasa
sombong karena kesombongan menuju kebinasaan. Harus pandai menghargai orang lain, dan orang lain dijadikan teman dalam tolong-menolong, bukan untuk berselisih karena
perselisihan menimbulkan kehilangan akal sehat. .
5. Salaka Domas Kadiya banteng bayangan