Pangrawit Ciherang cikahuripan Asal-Usul Tembang Cianjuran dan Rumpaka

digunakan pada jalan Kehendak Pemilik-Nya. Oleh karena manusia dianugrahi kemampuan berfikir mampu mempertimbangkan buruk baik, manusia jangan sampai melalui jalan sesat yang berakibat penderitaan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

10. Pangrawit Ciherang cikahuripan

ngeclak deui ngeclak deui lamun ninggang kana badan tangtu karasana tiis cep ngecep sanubari nyulusup-nyusup jajantung kitu ge mun milikna tapi lamun lain waris ting gorolong cara dina daun bolang Sobirin, 1987: 63 Air jernih Cikahuripan menetes lagi menetes lagi apabila mengenai badan tentu terasa dingin dingin sampai ke hati menyusup ke jantung begitu apabila miliknya namun apabila bukan miliknya tak meresap seperti menimpa daun bolang Teks lagu Pangrawit, pupuh Sinom, Surupan Sorog ?. Teks ini dipandang dari sudut arti sebagai satu rangkaian informasi, tentang air yang jatuh di badan. Air adalah air, namun lebih jauh ada keterangan air jernih Cikahuripan. Cikahuripan berasal dari dua kata yakni cai ‘air’ dan hurip ‘hidup’. Hurip memiliki makna yang lebih dalam dari ‘hidup’ yang bisa ditelusuri pada hipogram berikut: Guguritan Titis Tulis pupuh Asmarandana karya MAS dalam Rusyana, 1980: 203: Jalma hirup hayang hurip, malar mulya jeung waluya, waras badan jempe hate ’Orang hidup ingin bahagia lahir batin, supaya mulia di dunia dan selamat di akhirat, raga sehat hati tenang’ Hipogram lain pada teks lagu Jembar Manah pupuh Sinom Surupan Salendro ? Sobirin, 1987: 113 sebagai berikut: Sok rajeun kememelangan, mikiran diri pribadi, ti mana jeung rek kamana, cenah hirup kudu hurip, waluya lahir batin, mana nu bener nu palsu... ’ Sekali-kali merasa hawatir, memikirkan diri pribadi, dari mana dan akan ke mana, katanya hidup harus hurip, selamat lahir dan batin, mana yang benar mana yang salah. Dalam pemahaman Tasawuf, hurip ’selamat lahir dan batin’ dengan ngahirupkeun hate ‘menghidupkan hati’berdzikir di dalam hatiselalu menghadirkan Allah.’ pada Badan Rohani. Pada teks lagu Pangrawit, terdapat kerompangan. Pemahaman Tasawuf ini merupakan hipogram untuk menjembatani pemaknaan: ”Apabila Cikahuripan mengenai badan, tentu terasa dingin, dingin sampai ke hati, menyusup ke jantung.” Hipogram teks lagu Ciawiyan, pupuh Asmarandana Surupan Salendro ? Sobirin, 1987: 113 sebagai berikut: Tengtrem nyungsi nu kiwari, pibekalan ngudag jaga, tur teu poho ka bareto, keur urang diwawadian, kudu jembar panalar, mun mikarep maksud luhung, babaran kamanusaan. ‘Tentram menjalani masa kini, untuk bekal di alam nanti, tak lupa pula kepada asal-usul, ketika kita dianugrahi Wadi dianugrahi Nurullah di antaranya Sajatining Elmu ‘Inti Ilmu’, harus luas pemikiran, apabila mencapai maksud mulia, mengenai kamanusaan orang yang mampu menerima Nurullah Kemudian pernyataan, “namun apabila bukan miliknya, tak meresap seperti menimpa daun bolang.” Di dalam Teosofi Tasawuf dikatakan, apabila pada diri manusia terlalu banyak hijab alangan karena terlalu banyak menyimpang dari jalan Allah maka tidak tidak bisa menyerap dan menyinarkan Nurullah tersebut menyinarkan dalam arti bermakrifat kepada Allah. Di dalam hipogram Wawacan Buwana Wisesa, hijab dieksplisitkan, yaitu apabila lisan tidak menyatu dengan hati. Penerapan teks hipogram pada teks lagu Pangrawit dengan modifikasi ’modification’ pengubahan Lihat Sardjono, 1986. Fungsi semiotik teks hipogram untuk penyajian makna maksud. Matriks teks: Menerima dan tidak menerima Nurullah. Teks lagu Pangrawit menasihatkan untuk menghilangkan alangan hijab supaya mampu menerima Nurullah.

11. Tahajud Tengah peuting sedeng jemplang-jempling