Tabel 2.4 Lanjutan Tipe Pasien
Tahap Pengobatan Hasil
Pemeriksaan Dahak
Tindak Lanjut
Pasien paru BTA
positif dengan
pengobatan ulang
kategori 2
Akhir Intensif Negatif
Teruskan pengobatan dengan tahap lanjutan
Positif Beri sisipan 1 bulan. Jika
setelah sisipan masih tetap positif, tersukan
pengobatan tahap lanjutan. Jika setelah
sisipan masih tetap positif:
• Tahap lanjut tetap
diberikan • Jika memungkinkan,
lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke
layanan TB-MDR
Pada bulan ke-5 pengobatan
Negatif Pengobatan diselesaikan
Positif Pengobatan dihentikan,
rujuk ke layanan TB- MDR
Akhir pengobatan AP
Negatif Pengobatan diselesaikan
Positif Pengobatan dihentikan,
rujuk ke layanan TB- MDR. Pengobatan
dihentikan, rujuk ke layanan TB-MDR.
Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB-
MDR.
c. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan apusan dahak ulang follow-up hasilnya negatif pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Kategori 2 : HRZE5H3R3E3
Diberikan kepada:
o
Penderita kambuh.
o
Penderita gagal terapi.
o
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Tabel 2.4 Dosis untuk Panduan OAT KDT Kategori 2
Berat badan Tahap Intensif tiap hari
RHZE 15075400275+ S Tahap Lanjutan
3 kali seminggu RH 150150+etambutol
Selama 56 hari Selama 28
hari
30 – 37 kg 2 tab 4 KDT
+ 500 mg Streptomicin inj.
2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab etambutol
38 – 54 kg + 750 mg
Streptomicin inj. 3 tab KDT
3 tab 2 KDT + 3 tab etambutol
55 – 70 kg
4 tab KDT + 1000 mg
4 tb 4 KDT 4 tab 2 KDT
+ 4 tab Etambutol Streptomicin inj.
71 kg 5 tab 4 KDT
+ 1000 mg Streptomicin inj.
5tab 4 KDT 5 tab 2 KDT
+ 5 tab etambutol
Tabel 2.5 Dosis Panduan OAT Kombipak untuk Kategori 2
Tahap pengoba
tan Lama
pengoba tan
Tablet isonia
zid
300 mgr
Kaplet rifamfi
sin 450
mgr Tablet
Pirazina mid
500 mgr Etambutol
Streptomi cin
injeksi Jumlah
ari kali
menela n obat
Etambu tol
250 mgr
Etambu tol
400 mgr
Tahap intensif
dosis harian
2 bulan 4 bulan
1 1
1 1
3 3
3 3
- -
0,5 gr 56
28 Tahap
lanjutan 2 kali
semingg u
4 bulan 2
1 -
- 2
- 60
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Multi Drugs Resistensi Obat TB MDR TB Paru
Kebanyakan MDR TB terjadi karena kurang patuhnya pasien dalam pengobatan Tb.Resistensi yang terjadi dapat berupa resistensi primer dan resistensi
sekunder. Deteksi awal MDR Tb dan memulai terapi sedini mungkin merupakan faktor penting untuk tercapainya keberhasilan terapi pada penyakit Paru tersebut.
Pengobatan tidak lengkap dan adekuat menyebabkan Multi Drugs Resistensi. Multidrug resistant tuberculosis MDR TB adalah yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis M. TB resisten terhadap isoniazid H dan rifampisin R dengan atau tanpa resisten obat lainnya.
Kepatuhan pengobatan sangatlah penting untuk penatalaksanaan pengobatan Penderita TB Paru yang mempengaruhi kesembuhan pasien tersebut.Apabila pasien
tidak patuh dapat menyebabkan Multi Drugs Resistensi terhadap satu atau beberapa obat anti tuberculosis OAT Paru, yang akan berdampak pada lamanya kesembuhan
pasien dan akan memerlukan biaya yang semakin mahal.
2.3 Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru
Program pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian adapun tujuan penanggulangan
Tuberkulosis paru adalah :
2.3.1 Jangka Panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan cara memutuskan mata rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Jangka Pendek
Tercapainya angka kesembuhan minimal 85 dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan dengan menggunakan strategi DOTS dan tercapainya cakupan
penemuan penderita sesuai dengan target CDR yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 70 secara bertahap Depkes, 2002.
2.4 Faktor-Faktor Risiko
Faktor risiko adalah suatu determinan yang diperlukan sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya masalah kesehatan atau penyakit. Karakteristik
tertentu dari golongan penduduk yang mempunyai resiko untuk terjangkitnya penyakit TB lebih besar bila dibandingkan dengan golongan lain Depkes, 2007,
faktor resiko tersebut adalah :
2.4.1 Umur
Sampai pada usia pubertas antara anak laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan kejadian TB Paru. Namun setelah melewati usia pubertas hingga dewasa
terdapat perbedaan yang beragam di berbagai negara. Penyakit TB sebagian besar ± 75 menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi dan tingkat
pendidikan yang rendah. Hal tersebut juga di temukan pada penelitian kasus kontak TB yang dilakukan oleh Chandra Wibowo dkk di RSUP Manado di mana dari 15
orang penderita, 14 orang 93,33 berusia produktif 19-55 tahun dan hanya 1 orang 6,67berusia 56 tahun. Rentang usia TB pada kasus kontak adalah 28-46
tahun pada laki-laki dan 20-56 tahun pada perempuan Depkes, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Jenis Kelamin
Di Eropa dan Amerika Utara insiden tertinggi TB Paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Angka pada pria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka
pada wanita cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita sering mendapat TB Paru sesudah bersalin.
Sementara di Afrika dan India tampaknya menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Prevalensi TB Paru tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan usia
pada jenis kelamin. Pada wanita prevalensi menyeluruh lebih rendah dan peningkatan seiring dengan usia adalah kurang tajam di bandingkan dengan pria. Pada wanita
prevalensi maksimum pada usia 40-50 tahun dan kemudian berkurang. Pada pria prevalensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai 60 tahun.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra Wibowo di RSUP Manado menemukan bahwa pada laki-laki mendapatkan TB Paru Pada kasus kontak 0, 36 kali
pada perempuan. Menurut Ismen MD 2000 dalam Chandra Wibowo dkk 2004 bahwa penelitian di negara maju didapatkan laki-laki memiliki resiko tertular akibat kontak
lebih besar dari pada perempuan. Sebaliknya di negara berkembang diperkirakan sama, bahkan perempuan sedikit lebih banyak karena berbagai alasan sosial budaya.
Peran perempuan di sini cukup penting, karena selain merawat penderita TB Paru di rumah, suka melakukan aktivitas rumah tangga untuk anak, suami dan anggota
keluarga lain sehingga penularan dapat dengan mudah dan cepat menular ke anggota keluarga lain.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kepatuhan
Kepatuhan compliance berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut, taat pada perintah, aturan, dan disiplin. Selanjutnya, kepatuhan adalah taat atau tidak
taat pada perintah, aturan atau disiplin Ridwan, 2012. Menurut Sacket dalam Niven 2000 kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh profesional kesehatan. Kelman dalam Sarwono 1997 mengemukakan bahwa perubahan sikap dan
perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian internalisasi. Kepatuhan dapat didasarkan karena ingin menghindari hukumansangsi,
atau ingin memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran. Kepatuhan seperti ini adalah kepatuhan sementara. Sedangkan kepatuhan yang diharapkan
adalah kepatuhan dimana seseorang memahami makna, dan mengerti akan pentingnya suatu tindakan atau suatu keadaan.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan,makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini
menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, petugas kesehatan dan obat- obatannya Notoatmojo, 2007.
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Gejala kejiwaan yang yang dimaksud dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
Universitas Sumatera Utara
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya, masyarakat dan sebagainya Notoatmodjo, 2005.
Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh. Kepatuhan menjalankan
aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal. Perilaku kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur
melalui dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan. Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan
obat terhadap Universitas Sumatera Utarapenyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang
menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya Medicastore, 2007.
2.5.1 Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner 2002 adalah:
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi
dan pendidikan. 2.
Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. 3.
Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.
4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,
penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya
Universitas Sumatera Utara
dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan.
2.5.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor - faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven 2002 antara lain :
1. Pemahaman tentang intruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya.
2. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. 4.
Keyakinan, sikap dan kepribadian Becker et al 1979 dalam Niven 2002 telah membuat suatu usulan bahwa
model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.
2.5.3 Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan
Menurut Smet 1994 berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :
Universitas Sumatera Utara
1 Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan
adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik Dokter perawat
dapat menanamkan ketaatan bagi pasien. 2
Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan
yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
3 Perilaku Sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih
lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.
4 Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit
yang dideritanya serta cara pengobatannya.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Keluarga 2.6.1 Definisi Keluarga
Beberapa ahli mempunyai kesamaan dalam mengemukakan pendapatnya tentang pengertian keluarga. Bailon dan Maglaya 1976 mendefinisikan keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Pendapat Friedman, Bowden, dan Jones 2003 keluarga adalah sebuah
sistem kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian bagian yang saling ketergantungan dan dipengaruhi baik oleh struktur lingkungan eksternal dan interna.
Beberapa definisi keluarga yang sering dipakai anatara lain Lubis, 2008 : a.
Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami, isteri, atau suami isteri dan anaknya atau ayah
dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
b. Menurut Tinkham dan Voorlies keluarga adalah persekutuan dua atau lebih
individu yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, berhubungan dalam peraturan keluarga, serta menciptakan dan
memelihara budaya yang sama.
c. Goldenberg mendefinisikan keluarga sebagai sekumpulan individu yang bertempat
tinggal dalam satu fisik dan psikis yang sama saja, tetapi merupakan sistem sosial alamiah yang memiliki kekayaan bersama, mematuhi peraturan, peranan, struktur
kekuasaan, bentuk komunikasi, tatacara negosiasi, sera tata cara penyelesaian
Universitas Sumatera Utara
masalah bersama, yang memungkinkan pelbagai tugas dapat dilaksanakan secara
efektif. 2.6.2 Bentuk Keluarga
Ada berbagai macam bentuk keluarga, menurut Goldenberg 1980, dalam
Lubis, 2008 membedakan bentuk keluarga menjadi sembilan macam, yaitu:
a. Keluarga inti nuclear family. Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak kandung. b.
Keluarga besar extended family Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut garis
vertikal ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit, maupun menurut garis horizontal kakak, adik, ipar yang berasal dari pihak suami atau pihak isteri.
c. Keluarga campuran blended family Keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak-anak kandung serta anak-anak tiri. d.
Keluarga menurut hukum umum common law family Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak
mereka yang tinggal bersama. e.
Keluarga orang tua tunggal single parent family Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau
mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama. f.
Keluarga hidup bersama commune family Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab
serta memiliki kekayaan bersama.
Universitas Sumatera Utara
g. Keluarga serial serial family Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang
telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan
masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga. h.
Keluarga gabungankomposit composite family Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya poliandri atau istri dengan beberapa
suami dan anak-anaknya poligini yang hidup bersama. i.
Keluarga tinggal bersama cohabitation family Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
2.6.3 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman 2004 keluarga diharapkan mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan keluarga yang meliputi :
a. Fungsi Afektif
Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian anak, pemantapan kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggota
keluarga. Terpenuhinya fungsi afektif,keluarga meningkatkan kualitas, stabilitas, perilaku dalam hubungan keluargaserta harga diri keluarganya Friedman, Bowden,
dan Jones, 2003. b.
Fungsi Sosialisasi Fungsi keluarga mempersiapkan anak-anak sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang produktif dalam masyarakatnya. Menurut Fiedman, Bowden, dan Jones 2003 mendefinisikan sosialisasi dalam istilah peran adalah proses
Universitas Sumatera Utara
perkembangan atau perubahan yang dijalani seseorang sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi menjaga kelangsungan garis keturunan dan menambah anggota keluarga yang kelak akan menjadi anggota masyarakat.
d. Fungsi Mengatasi Masalah Keluarga
Fungsi keluarga memelihara peraturan dan kemapanan keluarga pada waktu berinteraksi dengan lingkungan dalam dan lingkungan luar keluarga.
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi keluarga menyediakan sumber ekonomi secara cukup serta mengatur pemakaiannya secara efektif. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi keluarga secara
signifikan. Ketika ekonomi keluaarga dalam keadaan sulit maka struktur, fungsi, dan proses keluarga akan terganggu, oleh sebab itu seseorang akan memutuskan apakah
tetap bekerja dan kapan harus pension Kaankien, 2010. f.
Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik Fungsi keluarga memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, perumahan, dan
kesehatan. 2.7 Perilaku
Menurut Notoatmodjo 2003 perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Skiner 1938 seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
Universitas Sumatera Utara
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-
faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku
dibedakan menjadi dua yaitu : a.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya. b.
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor
dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan Notoatmodjo,
2003 :
a. Pengetahuan
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan : 1.
Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi Aplication Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. 4. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis Synthesis
Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport 1954 dalam Notoatmodjo 2003
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :
Universitas Sumatera Utara
1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total
atitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Purwanto 1999 sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri - ciri sikap adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan
istirahat. b.
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. c.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang
membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
e. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif,
kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu Purwanto, 1999. Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan :
a. Menerima Receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan objek.
b. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
c. Tindakan