Sembuh Pengetahuan Sikap TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.4 Lanjutan Tipe Pasien Tahap Pengobatan Hasil Pemeriksaan Dahak Tindak Lanjut Pasien paru BTA positif dengan pengobatan ulang kategori 2 Akhir Intensif Negatif Teruskan pengobatan dengan tahap lanjutan Positif Beri sisipan 1 bulan. Jika setelah sisipan masih tetap positif, tersukan pengobatan tahap lanjutan. Jika setelah sisipan masih tetap positif: • Tahap lanjut tetap diberikan • Jika memungkinkan, lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB-MDR Pada bulan ke-5 pengobatan Negatif Pengobatan diselesaikan Positif Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB- MDR Akhir pengobatan AP Negatif Pengobatan diselesaikan Positif Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB- MDR. Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB-MDR. Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB- MDR.

c. Sembuh

Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan apusan dahak ulang follow-up hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara

d. Kategori 2 : HRZE5H3R3E3

Diberikan kepada: o Penderita kambuh. o Penderita gagal terapi. o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat. Tabel 2.4 Dosis untuk Panduan OAT KDT Kategori 2 Berat badan Tahap Intensif tiap hari RHZE 15075400275+ S Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH 150150+etambutol Selama 56 hari Selama 28 hari 30 – 37 kg 2 tab 4 KDT + 500 mg Streptomicin inj. 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab etambutol 38 – 54 kg + 750 mg Streptomicin inj. 3 tab KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab etambutol 55 – 70 kg 4 tab KDT + 1000 mg 4 tb 4 KDT 4 tab 2 KDT + 4 tab Etambutol Streptomicin inj. 71 kg 5 tab 4 KDT + 1000 mg Streptomicin inj. 5tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5 tab etambutol Tabel 2.5 Dosis Panduan OAT Kombipak untuk Kategori 2 Tahap pengoba tan Lama pengoba tan Tablet isonia zid 300 mgr Kaplet rifamfi sin 450 mgr Tablet Pirazina mid 500 mgr Etambutol Streptomi cin injeksi Jumlah ari kali menela n obat Etambu tol 250 mgr Etambu tol 400 mgr Tahap intensif dosis harian 2 bulan 4 bulan 1 1 1 1 3 3 3 3 - - 0,5 gr 56 28 Tahap lanjutan 2 kali semingg u 4 bulan 2 1 - - 2 - 60 Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Multi Drugs Resistensi Obat TB MDR TB Paru

Kebanyakan MDR TB terjadi karena kurang patuhnya pasien dalam pengobatan Tb.Resistensi yang terjadi dapat berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Deteksi awal MDR Tb dan memulai terapi sedini mungkin merupakan faktor penting untuk tercapainya keberhasilan terapi pada penyakit Paru tersebut. Pengobatan tidak lengkap dan adekuat menyebabkan Multi Drugs Resistensi. Multidrug resistant tuberculosis MDR TB adalah yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis M. TB resisten terhadap isoniazid H dan rifampisin R dengan atau tanpa resisten obat lainnya. Kepatuhan pengobatan sangatlah penting untuk penatalaksanaan pengobatan Penderita TB Paru yang mempengaruhi kesembuhan pasien tersebut.Apabila pasien tidak patuh dapat menyebabkan Multi Drugs Resistensi terhadap satu atau beberapa obat anti tuberculosis OAT Paru, yang akan berdampak pada lamanya kesembuhan pasien dan akan memerlukan biaya yang semakin mahal.

2.3 Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru

Program pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian adapun tujuan penanggulangan Tuberkulosis paru adalah :

2.3.1 Jangka Panjang

Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan cara memutuskan mata rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Jangka Pendek

Tercapainya angka kesembuhan minimal 85 dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan dengan menggunakan strategi DOTS dan tercapainya cakupan penemuan penderita sesuai dengan target CDR yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 70 secara bertahap Depkes, 2002.

2.4 Faktor-Faktor Risiko

Faktor risiko adalah suatu determinan yang diperlukan sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya masalah kesehatan atau penyakit. Karakteristik tertentu dari golongan penduduk yang mempunyai resiko untuk terjangkitnya penyakit TB lebih besar bila dibandingkan dengan golongan lain Depkes, 2007, faktor resiko tersebut adalah :

2.4.1 Umur

Sampai pada usia pubertas antara anak laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan kejadian TB Paru. Namun setelah melewati usia pubertas hingga dewasa terdapat perbedaan yang beragam di berbagai negara. Penyakit TB sebagian besar ± 75 menyerang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah. Hal tersebut juga di temukan pada penelitian kasus kontak TB yang dilakukan oleh Chandra Wibowo dkk di RSUP Manado di mana dari 15 orang penderita, 14 orang 93,33 berusia produktif 19-55 tahun dan hanya 1 orang 6,67berusia 56 tahun. Rentang usia TB pada kasus kontak adalah 28-46 tahun pada laki-laki dan 20-56 tahun pada perempuan Depkes, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Jenis Kelamin

Di Eropa dan Amerika Utara insiden tertinggi TB Paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Angka pada pria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka pada wanita cenderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita sering mendapat TB Paru sesudah bersalin. Sementara di Afrika dan India tampaknya menunjukkan pola yang sedikit berbeda. Prevalensi TB Paru tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan usia pada jenis kelamin. Pada wanita prevalensi menyeluruh lebih rendah dan peningkatan seiring dengan usia adalah kurang tajam di bandingkan dengan pria. Pada wanita prevalensi maksimum pada usia 40-50 tahun dan kemudian berkurang. Pada pria prevalensi terus meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai 60 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra Wibowo di RSUP Manado menemukan bahwa pada laki-laki mendapatkan TB Paru Pada kasus kontak 0, 36 kali pada perempuan. Menurut Ismen MD 2000 dalam Chandra Wibowo dkk 2004 bahwa penelitian di negara maju didapatkan laki-laki memiliki resiko tertular akibat kontak lebih besar dari pada perempuan. Sebaliknya di negara berkembang diperkirakan sama, bahkan perempuan sedikit lebih banyak karena berbagai alasan sosial budaya. Peran perempuan di sini cukup penting, karena selain merawat penderita TB Paru di rumah, suka melakukan aktivitas rumah tangga untuk anak, suami dan anggota keluarga lain sehingga penularan dapat dengan mudah dan cepat menular ke anggota keluarga lain. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kepatuhan

Kepatuhan compliance berasal dari kata patuh yang berarti suka menurut, taat pada perintah, aturan, dan disiplin. Selanjutnya, kepatuhan adalah taat atau tidak taat pada perintah, aturan atau disiplin Ridwan, 2012. Menurut Sacket dalam Niven 2000 kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kelman dalam Sarwono 1997 mengemukakan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian internalisasi. Kepatuhan dapat didasarkan karena ingin menghindari hukumansangsi, atau ingin memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran. Kepatuhan seperti ini adalah kepatuhan sementara. Sedangkan kepatuhan yang diharapkan adalah kepatuhan dimana seseorang memahami makna, dan mengerti akan pentingnya suatu tindakan atau suatu keadaan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, petugas kesehatan dan obat- obatannya Notoatmojo, 2007. Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan yang yang dimaksud dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain Universitas Sumatera Utara pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya, masyarakat dan sebagainya Notoatmodjo, 2005. Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh. Kepatuhan menjalankan aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal. Perilaku kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan. Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadap Universitas Sumatera Utarapenyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya Medicastore, 2007.

2.5.1 Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner 2002 adalah: 1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan. 2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. 3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan. 4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya Universitas Sumatera Utara dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan.

2.5.2 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor - faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven 2002 antara lain : 1. Pemahaman tentang intruksi Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya. 2. Kualitas Interaksi Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. 3. Isolasi sosial dan keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. 4. Keyakinan, sikap dan kepribadian Becker et al 1979 dalam Niven 2002 telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.

2.5.3 Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan

Menurut Smet 1994 berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah : Universitas Sumatera Utara 1 Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik Dokter perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien. 2 Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi. 3 Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi. 4 Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Universitas Sumatera Utara 2.6 Keluarga 2.6.1 Definisi Keluarga Beberapa ahli mempunyai kesamaan dalam mengemukakan pendapatnya tentang pengertian keluarga. Bailon dan Maglaya 1976 mendefinisikan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Pendapat Friedman, Bowden, dan Jones 2003 keluarga adalah sebuah sistem kecil yang terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian bagian yang saling ketergantungan dan dipengaruhi baik oleh struktur lingkungan eksternal dan interna. Beberapa definisi keluarga yang sering dipakai anatara lain Lubis, 2008 : a. Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami, isteri, atau suami isteri dan anaknya atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. b. Menurut Tinkham dan Voorlies keluarga adalah persekutuan dua atau lebih individu yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, berhubungan dalam peraturan keluarga, serta menciptakan dan memelihara budaya yang sama. c. Goldenberg mendefinisikan keluarga sebagai sekumpulan individu yang bertempat tinggal dalam satu fisik dan psikis yang sama saja, tetapi merupakan sistem sosial alamiah yang memiliki kekayaan bersama, mematuhi peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, tatacara negosiasi, sera tata cara penyelesaian Universitas Sumatera Utara masalah bersama, yang memungkinkan pelbagai tugas dapat dilaksanakan secara efektif. 2.6.2 Bentuk Keluarga Ada berbagai macam bentuk keluarga, menurut Goldenberg 1980, dalam Lubis, 2008 membedakan bentuk keluarga menjadi sembilan macam, yaitu: a. Keluarga inti nuclear family. Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak kandung. b. Keluarga besar extended family Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit, maupun menurut garis horizontal kakak, adik, ipar yang berasal dari pihak suami atau pihak isteri. c. Keluarga campuran blended family Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri. d. Keluarga menurut hukum umum common law family Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama. e. Keluarga orang tua tunggal single parent family Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama. f. Keluarga hidup bersama commune family Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama. Universitas Sumatera Utara g. Keluarga serial serial family Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga. h. Keluarga gabungankomposit composite family Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya poliandri atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya poligini yang hidup bersama. i. Keluarga tinggal bersama cohabitation family Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

2.6.3 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman 2004 keluarga diharapkan mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan keluarga yang meliputi : a. Fungsi Afektif Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian anak, pemantapan kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggota keluarga. Terpenuhinya fungsi afektif,keluarga meningkatkan kualitas, stabilitas, perilaku dalam hubungan keluargaserta harga diri keluarganya Friedman, Bowden, dan Jones, 2003. b. Fungsi Sosialisasi Fungsi keluarga mempersiapkan anak-anak sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dalam masyarakatnya. Menurut Fiedman, Bowden, dan Jones 2003 mendefinisikan sosialisasi dalam istilah peran adalah proses Universitas Sumatera Utara perkembangan atau perubahan yang dijalani seseorang sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran sosial. c. Fungsi Reproduksi Fungsi menjaga kelangsungan garis keturunan dan menambah anggota keluarga yang kelak akan menjadi anggota masyarakat. d. Fungsi Mengatasi Masalah Keluarga Fungsi keluarga memelihara peraturan dan kemapanan keluarga pada waktu berinteraksi dengan lingkungan dalam dan lingkungan luar keluarga. e. Fungsi Ekonomi Fungsi keluarga menyediakan sumber ekonomi secara cukup serta mengatur pemakaiannya secara efektif. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi keluarga secara signifikan. Ketika ekonomi keluaarga dalam keadaan sulit maka struktur, fungsi, dan proses keluarga akan terganggu, oleh sebab itu seseorang akan memutuskan apakah tetap bekerja dan kapan harus pension Kaankien, 2010. f. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik Fungsi keluarga memenuhi kebutuhan makanan, pakaian, perumahan, dan kesehatan. 2.7 Perilaku Menurut Notoatmodjo 2003 perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner 1938 seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku Universitas Sumatera Utara merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor- faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu : a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan Notoatmodjo, 2003 :

a. Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan : 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi Aplication Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. 4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis Synthesis Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport 1954 dalam Notoatmodjo 2003 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok : Universitas Sumatera Utara 1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total atitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Menurut Purwanto 1999 sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri - ciri sikap adalah : a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat- syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Universitas Sumatera Utara d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. e. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu Purwanto, 1999. Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : a. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan objek. b. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi. Universitas Sumatera Utara

c. Tindakan

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberculosis Paru Di Poli Paru Rumah Sakit Haji Medan 2012

4 85 65

Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Penderita Tb Paru Dengan Kesembuhan Pada Pengobatan Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Medan

3 51 102

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Tuberkulosis 2.1.1 Pengertian - Hubungan Perilaku Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru di Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Perilaku Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru di Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013

0 0 10

Faktor Risiko Kepatuhan Pengobatan pada Penderita Tb Paru BTA Positif

0 0 10

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KESEMBUHAN PADA PENDERITA TB PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU UNIT MINGGIRAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kesembuhan pada Penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penya

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TB PARU PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANARAGAN JAYA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2013

1 2 5