Tabel 4.11 Hubungan Variabel Tindakan dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru Tahun 2013
Tindakan Kepatuhan
Jumlah p
RP Tidak Patuh
Patuh n
n n
Kurang Baik 26
54,2 22
45,8 48
100,0 0,019
1,715 1,080-2,723
Baik 18
31,6 39
68,4 57
100,0
4.6 Analisis Multivariat
Untuk mengetahui hubungan perilaku keluarga dengan kepatuhan pengobatan penderita TB paru di Kabupaten Labuhan Batu dilakukan analisis multivariat.
Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk menganalisis pengaruh beberapa
variabel independen lebih dari satu terhadap variabel dependen kategori yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi
regresi logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p 0,25 pada analisis bivariatnya.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel independen yang memiliki nilai p.0,25 adalah variabel perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan.
Selanjutnya adalah pemilihan model yang dilakukan secara hirarki dengan cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang tidak signifikan p0,05
secara otomatis dikeluarkan komputer dari dalam model secara bertahap
backward LR. Hasil akhir analisis mutlivariat dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Hubungan Perilaku Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru di
Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2013
Variabel B
. B
95 Cl
953 23
94 43-5,890
899 1
8 085-5,567
674 01
- Setelah dilakukan analisis multivariat, didapatkan hasil bahwa sikap
p=0,023 dan tindakan p=0,031 berhubungan terhadap kepatuhan pengobatan penderita TB paru di Kabupaten Labuhan Batu tahun 2013. Variabel yang paling
dominan adalah variabel sikap yaitu pada nilai koefisien regresi B= 0,953. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel sikap diperoleh nilai Exp
B sebesar 2,594, sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga yang memiliki sikap baik berpeluang 2,5 kali patuh berobat dibanding dengan keluarga yang memiliki
sikap kurang baik. Tindakan memiliki nilai Exp B sebesar 2,458 artinya jika keluarga memiliki tindakan baik maka berpeluang 2,4 kali patuh berobat dibanding
dengan keluarga yang memiliki tindakan kurang baik. Nilai Overall Percentage diperoleh sebesar 64,8 yang artinya variabel sikap
dan tindakan bisa menjelaskan hubungan dengan kepatuhan pengobatan penderita TB paru sebesar 64,8, sedangkan sisanya sebesar 35,2 dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain di luar variabel yang diteliti. Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi sikap dan
tindakan yang memengaruhi kepatuhan pengobatan penderita TB paru, adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
899 ,
953 ,
674 ,
1 1
tindakan sikap
e x
p
+ +
− −
+ =
Keterangan: P
: Probabilitas kepatuhan X
1
: Koefisien regresi sikap = 0,953 X
2
: Koefisien regresi tindakan = 0,899 a
: Konstanta -0,674 e
: 2,71828 Persamaan di atas menyatakan bahwa keluarga yang memiliki sikap dan
tindakan yang baik memiliki probabilitas sebesar 76,46 untuk patuh dalam pengobatan penderita TB paru. Sedangkan keluarga yang bersikap baik dan tindakan
kurang baik memiliki probabilitas sebesar 33,76 untuk patuh dalam pengobatan penderita TB paru.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,1 keluarga patuh dalam pengobatan penderita TB paru dibandingkan yang tidak patuh sebesar 41,9.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda yang dikemukakan oleh Salim 2002 tentang peran pengawas menelan obat di kota Padang yang mengemukakan sebagian besar
pasien 61,22 patuh berobat dan yang tidak patuh berobat 38,88. hasil hampir sama dengan penelitian Syahrizal 2004 tentang kepatuhan Pasien TBC Paru BTA
Positif dalam menelan obat Di RS Khusus Paru – Paru Propinsi Sumatera Selatan, variabel kepatuhan didapat : 63,3 yang patuh berobat secara teratur dan yang tidak
patuh 36,7. Hasil penelitian yang berbeda diperlihatkan oleh Suliha 1991 yang mengemukakan bahwa sebagian besar pasien 62,42 tidak patuh berobat dan
37,58 pasien yang datang untuk kontrol berobat sesuai dengan ketentuan. Kepatuhan terhadap anjuran minum obat tuberkulosis paru merupakan faktor
penting yang berperan dalam proses penyembuhan dari infeksi tuberkulosis. Kepatuhan minum obat anti tuberkulosis akan mempengaruhi status gizi dengan
memperbaiki keadaan infeksi sehingga penyerapan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh akan lebih optimal. Selain kepatuhan terhadap pengobatan, asupan energi dan
protein dalam jumlah cukup juga diperlukan untuk mendukung proses penyembuhan dan peningkatan status gizi anak dengan infeksi tuberkulosis paru Sidabutar, 2004.
Universitas Sumatera Utara