245
4.1. Acuan Hukum
Pertama, dari sisi kerangka hukum. Prinsip demokrasi juga mensyaratkan bahwa pengenaan pajak harus berdasarkan undang-undang dan bukan
administrative regulation.
Terlebih jika hal tersebut mengatur mengenai subjek, objek, tarif dan basis pajak, serta cara atau prosedur administrasi pelunasan
kewajiban pajaknya. Dengan demikian, sifat memaksa yang terdapat dalam pajak idealnya diatur melalui suatu undang-undang. Walaupun bersifat
‘memaksa’, kekuasaan untuk mengenakan pajak dibatasi melalui penerapan prinsip-prinsip yang diperkenalkan oleh Adam Smith yaitu:i equality
dikenakan sesuai kemampuan membayar atau ability to pay, ii prinsip
certainty harus mempunyai kepastian hukum, iii convenience dikenakan
pada saat yang tidak menyulitkan, dan iv economy biaya pemungutan dan kepatuhan seminimal mungkin. Sifat ‘memaksa’ tersebut tunduk pada
keempat elemen tersebut dan tercermin dalam Pasal 2 ayat 1 UU Pengampunan Pajak.
4.2. Sasaran Pada dasarnya, hak untuk mengikuti program pengampunan pajak diberikan
kepada seluruh wajib pajak yang tidak patuh , yakni yang selama ini belum
atau belum sepenuhnya melaksanakan kewajiban pajak.Dalam UU Pengampunan pajak, kriteria ketidakpatuhan ini adalah wajib pajak yang belum
atau belum sepenuhnya melaksanakan kewajiban pajak terkait: i PPh; dan ii PPN atau PPN dan PPNBM.
Dengan kata lain, UU Pengampunan Pajak tidak
hanya memberikan kesempatan sekelompok atau segelintir wajib pajak saja, atau memberikanperlakuan khusus bagi kelompok tertentu apalagi bersifat
diskriminatif. Tetapi, UU Pengampunan Pajak ditujukan kepada seluruh wajib pajak yang tidak patuh
.
Wajib pajak dikatakan tidak patuh apabila tidak mengisi dan menyampaikan SPT secara benar, lengkap, dan jelas, termasuk ketika tidak melaporkan
hartanya
dalam SPT. Pertanyaannya, apakah wajib pajak yang tidak melaporkan hartanya dalam SPT PPh yang ikut pengampunan pajak serta
merta dapat dikatakan pengemplang pajak? Jawabannya jelas belum tentu. Karena, bisa jadi harta yang tidak dilaporkan tersebut memang berasal dari
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
246
penghasilan yang sudah dikenakan pajak atau berasal dari penghasilan yang bukan objek pajak.
4.3. Pengungkapan Harta