2.3 PENGUATAN KARET RUBBER REINFORCEMENT
Setelah informasi mengenai waktu pematangan optimum diketahui, maka untuk tahap selanjutnya kompon karet divulkanisasi pada suhu setting 150
o
C selama t
90
menit. Melalui reaksi vulkanisasi akan diperoleh suatu vulkanisat karet yang kaku stiff, kuat dan elastis. Kekakuan, kekuatan dan keelastisan dari
vulkanisat karet, yang diindikasikan oleh sifat-sifat uji tarik tensile properties nya, masih dapat ditingkatkan lagi dengan menambahkan pengisi penguat
reinforcing filler ke dalam kompon karet. Sebagai contoh vulkanisat karet sintetik SBR tak berpengisi gum vulcanizate memiliki kekuatan tarik tensile
strength yang tidak akan melebihi 22 kgfcm
2
, tetapi dengan menambahkan carbon black salah satu pengisi penguat sebesar 50,0 bagian per-seratus bagian
karet SBR tersebut maka kekuatan tariknya akan menjadi 250 kgfcm
2
[2]. Penambahan pengisi-pengisi penguat untuk tujuan penguatan karet
rubber reinforcement dilakukan pada saat kompondingpencampuran. Penguatan
reinforcement disebabkan oleh daya interaksi antara karet dengan pengisi penguat. Daya ini berupa daya Van der Waals yang lemah sampai kepada ikatan-
ikatan kimia yang kuat. Semakin kuat daya interaksi antara karet dengan pengisi penguat maka semakin tinggi pula derajad penguatan degree of reinforcement
yang dihasilkan oleh pengisi penguat tersebut. Peningkatan daya interaksi antara karet dengan pengisi penguat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti jenis
dan ukuran partikel pengisi penguat, sifat-sifat kimia dan fisika dari karet dan pengisi penguat, dan sifat geometri porositas dan struktur dari pengisi penguat.
Dengan pertimbangan harganya yang murah, maka dalam industri karet penggunaan Kaolin hanya bertujuan untuk memurahkan ongkos produk saja,
bukan untuk menguatkan karet. Setiap jenis pengisi memberikan sifat-sifat tertentu kepada karet sebagai akibat dari permukaan kimianya yang spesifik.
Akibat kehadiran gugus silanol pada permukaannya, maka partikel pengisi Kaolin adalah lebih polar berkutub dibanding carbon black, sehingga interaksi nya
dengan karet hidrokarbon akan menjadi lemah. Sebaliknya, partikel-partikel Kaolin cenderung untuk berinteraksi sesamanya, dan membentuk partikel dengan
ukuran yang lebih besar aggregate. Selama interaksi Kaolin dengan molekul karet adalah lebih lemah dari interaksi Kaolin dengan Kaolin, maka yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
adalah pembentukan aggregat Kaolin yang besar agglomerate, penyebaran dispersi partikel Kaolin didalam phasa karet yang tidak merata, dan ini berakibat
kepada effek penguatan reinforcing effect dari Kaolin menjadi rendah.
2.4 PENGISI-PENGISI SELAIN KARBON BLACK