sering digunakan untuk operasi ekstrusi. Kaolin hasil kalsinasi jarang digunakan dalam industri karet, kecuali dalam pembuatan kabel, sedangkan Kaolin hasil
modifikasi kimia menghasilkan viskositas Mooney, dan set mampatan yang rendah [6].
Sama seperti pengisi-pengisi putih lainnya, mineral Kaolin bersifat polar, sehingga kurang serasi dengan karet yang berifat non polar. Effek kepolaran ini
akan membuat interaksi antara pengisi Kaolin menjadi kurang kuat, dan pendispersian yang kurang merata bagi Kaolin di dalam molekul karet.
2.6 ALKANOLAMIDA SEBAGAI BAHAN PENYERASI
Agar efisiensi penguatan dari Kaolin menjadi lebih baik, maka perlu penambahan bahan yang dapat mengurangi kepolaran dari Kaolin. Untuk itu
Alkanolamida akan ditambahkan ke dalam kompon karet alam berpengisi Kaolin pada saat komponding dengan memakai two-roll mill. Alkanolamida adalah
senyawa-senyawa amida tersier yang dapat diperoleh melalui proses sintesa yang disebut dengan amidasi, yaitu mereaksikan senyawa-senyawa turunan minyak
sawit dengan dietanolamida menggunakan katalis CH
3
ONa. Amida minyak sawit hasil sintesa tersebut memiliki sifat gabungan antara rantai hidrokarbon yang
panjang CnHm yang bersifat non polar dan gugus amida {- CONC
2
H
4
OH
2
} yang polar, seperti diilustrasikan pada gambar 2.3. berikut :
Gambar 2.3. Struktur Alkanolamida
Keunikan dari sifat gabungan yang dimiliki oleh amida-amida asam lemak tersebut memungkinkan bahan-bahan tersebut untuk digunakan sebagai
bahan-bahan penyerasi pada proses penguatan karet alam dengan Kaolin.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Reaksi Pembentukan Alkanolamida Diharapkan dengan ditambahkannya alkanolamida ke dalam kompon karet
berpengisi Kaolin, maka interaksi antara Kaolin dengan karet alam menjadi lebih kuat, dengan asumsi rantai karbon panjang yang non polar
akan berinteraksi dengan molekul karet alam yang non polar, sedangkan gugus amida yang polar akan berinteraksi dengan Kaolin yang juga
polar, sehingga akan terbentuk ikataninteraksi karet alam— alkanolamida—Kaolin, seperti pada gambar 2.5. berikut :
Gambar 2.5. Struktur Karet Alam - Alkanolamida – Kaolin
2.7 ANALISA BIAYA
Tabel 2.3 Perhitungan Ekonomi
No Nama Bahan
Harga Keterangan
1 Diethanolamin P.A
Rp 1.725.000 botollarutan 1 L
2 Natrium Metoksida
Rp 1.250.000 botolpadatan 250 gr
3 Natrium klorida P.A
Rp 250.000 botolpadatan 1 Kg
4 Natrium Sulfat Anhidrous
Rp 350.000 botolpadatan 1 Kg
5 Dietil eter
Rp 1.650.000 botollarutan 5 L
6 Metanol teknis
Rp 20.000 botollarutan 1 L
7 RBDPS
RP 5.000 padatan 1 Kg
Diketahui : BM RBDPS = 835,922 grmol
Universitas Sumatera Utara
BM Diethanolamin = 105 grmol BM Alkanolamida = 352,973 grmol
Massa RBDPS yang digunakan = 91,6 gr Massa Diethanolamin = 42,16 gr
Mol RBDPS = 91,6 835,922 = 0,109 mol Mol Diethanolamin = 42,16 105 = 0,401 mol
RBDPS + 3 Diethanolamin → 3 Alkanolamida + Gliserol
Awal 0,109
0,401 -
- Reaksi 0,109
0,327 0,327
0,109 Sisa
0,074 0,327
0,109 Massa Alkanolamida yang dihasilkan = 0,327 mol x 352,973 grmol = 116 gr
Basis : Produksi 116 gram alkanolamida Biaya produksi antara lain :
I. Biaya Bahan Baku
II. Biaya Maintenance Peralatan
III. Biaya Tenaga Kerja
I. Biaya Bahan Baku - RBDPS
RBDPS yang digunakan adalah sebanyak 91,6 gr. Maka biaya produksinya adalah :
91,6 gr x Rp 50001000 gr = Rp 458
- Diethanolamin Diethanolamin yang digunakan adalah sebanyak 42,16 gr. Maka biaya
produksinya adalah : 42,16 gr x
1 1,097 ����
x Rp 1.725.0001000 ml = Rp 66.295
- Natrium Metoksida Natrium Metoksida yang digunkan adalah sebanyak 10 gr. Maka biaya
produksinya adalah :
10 gr x Rp 1.250.000250 gr = Rp 50.000
- Metanol
Universitas Sumatera Utara
Methanol yang digunakan adalah sebanyak 40 ml. Maka biaya produksinya adalah :
40 ml x Rp 20.0001000 ml = Rp 800
- Dietil eter Dietil eter yang digunakan adalah sebanyak 200 ml. Maka biaya produksinya
adalah:
200 ml x Rp 1.650.0005000 ml = Rp 66.000
- Natrium Sulfat Anhidrous Natrium Sulfat Anhidrous yang digunakan adalah sebanyak 20 gr. Maka biaya
produksinya adalah :
20 gr x Rp 350.0001000 gr = Rp 7000
- NaCl NaCl yang digunakan adalah sebanyak 50 ml. Maka biaya produksinya adalah :
50 ml x 2,16 grml x Rp 250.0001000 gr = Rp 27.000 Maka, total biaya bahan baku adalah = Rp 458 + Rp 66.295 + Rp 50.000 + Rp
800 + Rp 66.000 + Rp 7000 + Rp 27.000 = Rp 217.553
II. Biaya Maintenance Peralatan Asumsi biaya maintenance peralatan sebesar 10 dari total biaya bahan baku,
maka:
Biaya maintenance peralatan = 0,1 x Rp 217.553 = Rp 21.755
III. Biaya Tenaga Kerja Asumsi biaya tenaga kerja sebesar 100 dari total biaya bahan baku, maka :
Biaya tenaga kerja = 100 x Rp 217.553 = Rp 217.553
Maka, total biaya produksi ; Rp 217.553 + Rp 21.755 + Rp 217.553 = Rp 456.861
Biaya produksi per alkanolamida yang dihasilkan = Rp 456.861 116 gr
= Rp 3.938gr Target keuntungan = 15, maka keuntungan = 0,15 x Rp 3.938 = Rp 590gr
Jadi, harga jual produk adalah = Rp 3.938 + Rp 590 = Rp 4.528gr
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN