Denyut Nadi Tekanan Darah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perfusi Jaringan

Perubahan pada curah jantung atau resistensi perifer dapat mempengaruhi tekanan darah. Pasien dengan curah jatung yang rendah dapat mempertahankan tekanan darah normalnya melaui vasokontriksi, sedangkan pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi walaupun curah jantungnya tinggi, misanya pada sepsis. Tekanan arterial rata-rata mean arterial presure, MAP merupakan hasil pembacaan tekanan rata-rata didalam sistem arterial juga berfungsi sebagai indikator yang bermanfaat karena dapat memperkirakan perfusi menuju organ-organ yang esensial seperti ginjal. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya nikotin, ansietas, nyeri, posisi pasien, obat-obatan, dan latihan fisik. Keakuratan pengukuran tekanan darah juga hal yang sering terlupakan. Faktor yang akurat dalam pengukuran terkanan darah adalah lebar manset dan posisi lengan. Manset yang terlalu sempit akan menghasilkan pembacaan tekanan darah yang tinggi palsu, sedangkan jika manset yang terlalu lebar akan menghasilkan pembacaan tekanan darah yang rendah palsu. European standart merekomendasikan lebar manset sebaiknya 40, dan panjangnya 80-100 dari lingkar ekstremitas. Posisi lengan harus ditopang pada posisi horizontal setinggi jantung. Pengaturan posisi yang tidak benar selama mengukur tekanan darah dapat menyebabkan kesalahan sebesar 10. Penilaian darah arterial dapat dilihat melalui denyut nadi, dan tekanan darah jevon dan ewens, 2009.

a. Denyut Nadi

Universitas Sumatera Utara - Denyut nadi harus diukur dengan meraba nadi radial pasien. - Jika Anda tidak dapat mengakses pulsa radial pasien, situs lain dapat digunakan sebagaimana mestinya. - Nadi radial pasien harus dinilai untuk tingkat, irama dan amplitudo kekuatan. - Denyut nadi harus dihitung selama 30 detik atau lebih 1 menit jika ritme tidak teratur. - Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 bpm. - Denyut nadi harus dihitung ketika pasien sedang beristirahat saat istirahat = tidak ada aktivitas fisik selama 20 menit. Sydney South West Area Health Service, 2010

b. Tekanan Darah

- Dewasa Optimal BP harus 130 mmHg sistolik dan 85mmHg diastolik. - The sistolik dewasa Tekanan Darah SBP harus lebih besar dari 90mmHg. Jika SBP adalah 90mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap Darurat harus diaktifkan. - Jika SBP adalah 200mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap Darurat harus diaktifkan. - Tekanan nadi dewasa normal perbedaan antara SBP dan Tekanan Darah Diastolik DBP adalah antara 30 - 50 mmHg. Sydney South West Area Health Service, 2010

1.3.5 Penilaian Suhu tubuh

Universitas Sumatera Utara Peningkatan suhu tubuh dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit. Dehidrasi hipernatremia peningkatan Natrium dapat meningkatkan peningkatan suhu. Penurunan suhu tubuh dapat diakibatkan oleh hipovolemia, pada kekurangan cairan yang berat, suhu rektal dapat turun sampai 35 C Horne dan Swearingen, 2001. - Suhu yang akan dinilai sesuai dengan kondisi pasien, alasan untuk masuk atau sesuai pedoman kebijakan lokal lainnya. - Suhu dewasa normal adalah antara 36,5 ° dan 37,5 ° C. - Minimal, suhu yang akan dinilai dua kali sehari. Sydney South West Area Health Service, 2010 1.4 Prinsip Pemantauan Dengan Transduser 1.4.1 Prinsip-Prinsip Pemantauan Tekanan Vena Sentral Tekanan vena sentral central vemous pressure, CVP mencerminkan tekanan pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus vaskular, dan fungsi jantung. CVP normal adalah 0-8 mmHg. Hasil pembacaan CVP yang rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan hasil pembacaan CVP yang tinggi memiliki berbagai penyebab, meliputi hipervolemia, gagal jantung, dan embolisme paru Jevon dan Ewens, 2009. 1. Indikasi pemakaian kateter vena sentral Berbagai indikasi untuk pemakaian kateter vena sentral adalah: 1. Resusitasi cairan 2. Pemberian obat can cairan Universitas Sumatera Utara 3. Pemberian makan secara parenteral. 4. Pengukuran tekanan vena sentral 5. Akses vena yang buruk 6. Pacu jantung

2. Metode pemantauan CVP

Terdapat dua pemantauan CVP: - Sistem manometer: memungkinkan permbacaan intermitten dan kurang akurat dibandingkan sistem transduser dan lebih jarang digunakan. - Sistem transduser: memungkinkan pembacaan secara kontinu yang ditampilkan di monitor.

3. Bentuk Gelombang CVP

Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada tekanan atrium kanan selama siklus jantung. - Gelombang A: kontraksi atrium kanan gelombang P pada EKG. Jika kelombang A naik, maka pasien mungkin mengalami kegagalan ventrikel kanan dan stenosis trikuspid. - Gelombang C: penutupan katup trikuspid mengikuti komplek QRS pada EKG. Jarak dari A-C harus berhubungan dengan PR pada EKG. - Gelombang V: tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama kontrakasi ventrikel, walaupun katup trikuspid telah tertutup bagian Universitas Sumatera Utara akhir gelombang T pada EKG. Jika gelombvang V naik, maka pasien mungkin memiliki penyakit katup trikuspid.

4. Pengukuran CVP Normal

Pemantauan CVP secara normal menunjukkan pengukuran sebagai berikut: - 5- 10 mmHg mid-aksila - 7-14 mmH2O mid-aksila

1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perfusi Jaringan

1.5.1 Curah Jantung

Curah jantung merupakan jumlah darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri dalam satu menit. Pada saat istirahat, jumlahnya sekitar 5000 ml. Curah jantung diteentukan oleh denyut jantung dan isi sekuncup. Denyut jantung meliputi aktivitas baroreseptor, efek bainbridge, pireksia, pusat- pusat yang lebih tinggi, tekanan intrakranial, kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Sekuncup merupakan jumlah darah yang diejeksikan dari ventrikel kiri dalam satu kontraksi. Saat istirahat jumlahnya sekitar 70 ml. Isi sekuncup dipengaruhi oleh denyut jantung, kontraktilitas miokard, preload, dan afterload.

1.5.2 Resistensi perifer

Universitas Sumatera Utara Resistensi perifer adalah resistensi terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus susunan otot vaskular dan diameter pembuluh darah. Otot polos didalam arteriol dikontrol oleh pusat vasomotor di medulla. Otot ini berada dalam keadaan kontraksi parsial yang disebabkan oleh aktivitas saraf simpatis secara kontinu. Peningkatan aktivitas vasomotor menyebabkan vasokontriksi arteriol sehingga terjadi peningkatan resistensi perifer. Jika curah jantung tetap konstan, maka tekanan darah akan meningkat, begitu juga sebaliknya, penurunan aktivitas vasomotor menyebabkan vasodilatasi dan penurunan pada resistensi perifer. 2 Teori pasca bedah

2.1 Defenisi