Latar belakang Status Hemodinamik Pada Psien Pasca Bedah di Ruang ICU Pasca Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB I PENDUHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembedahan merupakan suatu kekerasan atau trauma bagi penderita. Anestesi maupun tindakan pembedahan menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan adalah nyeri, demam, takikardia, sesak nafas, mual, muntah, dan memburuknya keadaan umum Syamsuhidajat, 2000 dalam Siregar, Syawalina Fithri 2011. Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik biopsi, laparotomi eksplorasi, kuratif eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi, reparatif memperbaiki luka multiple, rekonstruksi dan paliatif Smeltzer Bare, 2002. Setiap tindakan yang termasuk bedah mayor selalu berhubungan dengan adanya insisi sayatan yang merupakan trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala seperti lelah, nyeri dan penurunan status gizi Siahaan, 2009. Selama pembedahan selesai biasanya pasien belum sadar, pernafasan masih dikontrol dengan mesin nafas ventilator. Monitor arteri ECG vena central, tekanan arteri pulmonalis dipindahkan ke monitor ICU NCCHK, 2010 dalam Jones. J. dan Fix. B, 2010. Lebih kurang 60 berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan air dan elektrolit, cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama dalam upaya mempertahankan keseimbangan antara kedua ruang yaitu intraselluler dan ektraselluler. Kehilangan cairan dari Universitas Sumatera Utara tubuh dapat mengganggu keseimbangan ini Brunner dan Suddarth, 2002. Kompartemen cairan tubuh: Jumlah total air dalam 70 kg berat laki-laki sekitar 40L. Hampir dua per tiga volume 25L adalah terkandung dalam cairan intraseluler ICF kompartemen, yang terdiri dari triliunan sel. Sisanya sepertiga 15L ditemukan dalam cairan ekstraselular ECF kompartemen di luar sel . Kompartemen ECF dibagi menjadi dua sub-kompartemen : plasma 3L, bagian cairan darah dalam pembuluh darah, dan interstisial cairan 12L yang menggenangi sel-sel tubuh Hand dan Helen, 2001 dalam Jevon dan Ewens 2009. Penanganan dan terapi cairan pada pasien pasca bedah sangatlah penting diketahui, untuk menurunkan angka morbilitas dan mortalitas pasien. Pada umumnya banyak pasien akibat proses bedah mengalami gangguan yang menyebabkan mobilisasi pasien dan balance cairan. Pada pasien Pasca bedah dengan perkiraan perdarahan kurang dari 15 EBV, karena dievaluasi berkaitan dengan penggantian volume perdarahan. Selama ini, penggantian cairan pada pasien operasi dengan perdarahan kurang dari 15 EBV lebih banyak menggunakan cairan kristaloid Ringer Laktat RL atau NaCl 0,9 dibandingkan koloid hydroxyethyl starch HES, sementara pasien dengan regional anestesi lebih banyak menggunakan koloid Rudi P, Satoto, dan Budiono 2012. Pemeriksaan Hemodinamik meliputi aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens 2009. Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan Universitas Sumatera Utara pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan gomersall dan Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens 2009, pengukuran hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi Hinds dan Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009. Kegagalan sirkulasi akut dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat dan tidak terdistribusi dengan baik dan dapat menimbulkan hipoksia generalisata Graham dam Perke 2005, dalam Jevon dan Ewens 2009. Sebagai suatu fenomena fisiologis yang kompleks, syok merupakan kondisi yang megancam nyawa dengan berbagai penyebab, jika tidak dilakukan terapi, maka akan terjadi kematian sel, disfungsi organ, dan akhirnya kematian Collins 2000: Hand 2001, dalam Jevon dan Ewens 2009. Pemantauan hemodinamik akan membantu perawat dalam mengenali tanda-tanda awal syok, membantu penatalaksanaan sesuai waktunya, mengevaluasi respons terapi, dan mengembalikan tahap awal sekuele yang mematikan Jevon dan Ewens 2009. Prognosis syok akan bergantung pada keparahan, durasi keadaan syok, usia pasien, dan penyakit- penyakit yang menyertai Jevon dan Ewens 2009. Pasien dalam fase syok dini dengan pemantauan hemodinamik yang konvensional seperti tekanan darah, nadi, tekanan vena sentral dan saturasi oksigen perifer yang nilai perubahannya sangatlah minimal merupakan indikator buruk untuk menilai keberhasilan resusitasi. Pemantauan hemodinamik baik noninvasif maupun invasif diperlukan untuk mengoptimalkan resusitasi pasien kritis di ICU, namun demikian pemantauan hemodinamik invasif modern dapat Universitas Sumatera Utara memberikan marker resusitasi yang akurat di samping curah jantung dan respon terhadap cairan yang diberikan Erniody, 2008. Berdasarkan wawancara dengan seorang perawat pada tanggal 19 Oktober 2013 di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM dan data yang dilihat, Jumlah pasien pasca bedah yang ada pada januari- november 2013 adalah sebanyak 154 orang. Kebanyakan pasien pasca bedah berada di Ruang ICU pasca bedah hanya beberapa hari, kemudian di pindahkan ke bangsal. Kebanyakan pasien pasca bedah hanya bertahan seminggu dan paling lama di Ruang ICU pasca bedah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan gambaran pemberian resusitasi cairan pada pasien pasca bedah, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian resusitasi cairan pada pasien pasca bedah di Ruang ICU Pasca Bedah RSUPHAM.

1.2 Perumusan masalah