161
n, dan k, asonansi dan aliterasi, sehingga menimbulkan efoni dan kakafoni yang indah.
Perpaduan citraan audio dengan majas Metafora dan gaya bahasa dalam melukiskan sesuatu juga terdapat pada data 10 berikut ini.
10 Bunyinya akan mampu menerjemahkan suara puluhan blentung,
iramanya bisa padu dengan curah hujan di atas atap ilalang, dan semangatnya adalah detak jantung yang bergairah. halaman 129
Tidak kalah menariknya, data 10 merupakan citraan audio yang dimanfaatkan Tohari untuk menggugah pengalaman indra pendengaran pembaca guna melukiskan
peran musik calung bagi warga Dukuh Paruk. Lukisan itu terasa hidup dan plastis dengan timbulnya efoni dan kakafoni yakni unsur permainan bunyi vokal a, u, dan
i serta konsonan ng, m, dan ny, asonansi dan aliterasi. Hal itu tampak pada ungkapan berikut. ‘Bunyinya akan mampu menerjemahkan suara puluhan blentung,
iramanya bisa padu dengan curah hujan di atas atap ilalang, dan semangatnya adalah detak jantung yang bergairah
‘. Citraan audio tersebut menjadi ekspresif karena dipadukan dengan gaya bahasa Personifikasi, Metafora dan Paralelisme yang orisinal
kreasi Tohari. Citraan audio pada RDP sengaja diciptakan oleh Tohari sesuai dengan latar
belakangnya sebagai orang yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan alam pedesaan yang ralatif masih asri. Citraan audio yang diciptakan terasa orisinal kreasi Tohari
dengan banyak menggunakan idiom-idiom alam flora dan fauna dan beberapa majas seperti Personifikasi, Simile, dan Metafora.
3. Citraan Perabaan Tactile Imagery
Citraan untuk menggugah imajinasi dengan memberikan pengalaman indra perabaan disebut citraan perabaan atau taktil. Memang dibandingkan dengan citraan
visual dan audio, citraan taktil tidak seproduktif kedua citraan di atas. Namun demikian, intensitasnya dalam pelukisan pembayangan atau menggugah imajinasi pembaca
terkesan hidup. Hal itu terlihat pada data-data berikut. Di bagian lain, Tohari memanfaatkan citraan perabaan untuk melukiskan
kesejukan udara pada pedukuhan kecil yang keadaan alamnya masih tampak asri. Data berikut menunjukkan hal itu.
162
11 Aku tidur melingkar seperti trenggiling. Alam menghiburku dengan tiris
lembut, menyapu tubuhku yang tergulung kain sarung. hlm. 56 Demikian eksotis Tohari melukiskan keadaan alam Dukuh Paruk ketika musim
hujan mulai tiba melalui citraan taktil. Dengan kekayaan diksinya sebagai buah dari pengalamannya sebagai wartawan senior, Tohari berhasil menciptakan citraan taktil
yang sama sekali baru dengan menggunakan majas Personifikasi. Citraan taktil tersebut menjadi lebih intens dengan dipadukannya dengan unsur permainan bunyi vokal u, a,
dan i dan konsonan ng, b, danl, asonansi dan aliterasi sehinga menimbulkan musikalisasi bunyi yang indah. ‘Alam menghiburku dengan tiris lembut, menyapu
tubuhku yang tergulung kain sarung‘. Pembayangan dengan pengalaman indra perabaan juga terasa makin intens dengan dipadukannya dengan citraan visual, ‘Aku tidur
melingkar seperti trenggiling‘. Lazimnya, manusia tidur dengan badan telentang atau
miring tetapi Rasus tidur dengan bentuk badan meringkuk bagaikan trenggiling. Semua itu merupakan citraan visual untuk melukiskan kebiasaan anak-anak Dukuh Paruk
ketika musim hujan tiba. Citraan taktil dimanfaatkan juga oleh Tohari untuk melukiskan kedekatan batin
antara Srintil, perempuan yang ingin menjadi ‘ibu asuh‘ seorang bayi, Goder, anak Tampi. Perhatikan kutipan berikut.
12 Sentuhan kulit bayi itu menggugah perasaan aneh pada dirinya. Terlebih
lagi, orang tidak peduli karena tidak tahu bahwa ketika meneteki Goder, Srintil merasakan kepuasan seksual yang setidaknya mengurangi kebutuhan
seksual yang sebenarnya. hlm. 139
Pada data 12 ciraan taktil digunakan Tohari untuk melukiskan hubungan batin yang begitu dekat antara Srintil, sang ronggeng yang ingin menjadi wanita somahan
dengan anak laki-laki Tampi yang lucu. Citraan taktil itu terkesan lebih intens karena dipadukan dengan majas Peronifikasi pada ungkapan ‘Sentuhan kulit bayi itu
menggugah perasaan aneh pada dirinya ‘. Bahkan, lebih mengesankan lagi dengan
dipadukan melalui unsur permainan bunyi vokal a, i, u, dan e serta konsonan p, b, dan g, asonansi dan aliterasi sehingga menimbulkan musikalisasi bunyi yang
indah. Pada bagian lain Tohari memanfaatkan citraan taktil untuk menciptakan settting
alam pedesaan yang masih asri kaya akan flora dan fauna. Perhatikan data berikut.
163
13 Nadanya bergelombang demikian rupa sehingga amat mudah berbaur
dalam desau angin ketika menyapu pepohonan. hlm. 280 14
Ceria di bawah pohon nangka itu berlanjut sampai matahari menyentuh garis cakrawala. hlm. 14
Dengan menggunakan majas Personifikasi, citraan taktil pada data 13 diciptakan Tohari untuk melukiskan suasana keceriaan anak-anak ketika bermain pada
musim panen. Ungkapan ‘... amat mudah berbaur dalam desau angin ketika menyapu
pepohonan` ...‘ merupakan citraan taktil yang berhasil menghidupkan lukisan suasana ceria anak-anak Dukuh Paruk ketika bermain di sawah dengan alam pedesaan yang
indah dan nyaman. Hal yang sama terlihat pada data 14, Tohari membuat citraan taktil dengan memanfaatkan majas Personifikasi pada ungkapan
‘matahari menyentuh garis cakrawala‘. Demikian hidup dan mengesankan lukisan tentang suasaana ceria pada sore
hari di pedesaan Dukuh Paruk itu melalui citraan taktil. Dari analisis di atas dapat dikemukakan bahwa dalam RDP citraan taktil
dimanfaatkan Tohari untuk menghidupkan lukisan keadaan, situasi alam, peristiwa, atau suasana batin tokoh.
4. Citraan Penciuman Smeel Imagery