78
majas Metafora ‘... laki-laki jenis munyuk‘. Ungkapan konotatif yang asosiatif itu
memungkinkan pembaca membayangkan jenis laki-laki dalam menghadapi perempuan. Itulah salah satu kelebihan bahasa Tohari yang orisinal yang tidak ditemukan dalam
karya sastra pengarang lain. Tohari sering memanfaatkan kata-kata konotatif dalam melukiskan suasana hati
tokoh Srintil dalam RDP. 12
Srintil memasuki pasar Dawuan dengan mendung membayangi wajahnya. Mulutnya terkatup degan garis bibir datar lurus. hlm. 125
Pada data 12 ungkapan konotatif menggunakan fenomena alam yang menarik. Ungkapan ‘... mendung membayangi wajahnya‖ menggunakan bentuk perbandingan
yang asosiatif. Kata ‘mendung‘ memiliki konotasi suasana gelap, menyiratkan makna
suasana hati sedih atau murung. Dengan kata konotatif itu tampaknya Tohari memang ingin memanfaatkan fenomena alam yang menjadi salah satu ciri khas ekspresinya
dalam RDP. Bentuk konotatif itu menjadi makin menarik ketika ditampilkan dengan majas Personifikasi. Dengan kata konotatif yang mengandung makna asosiatif, pembaca
lebih terkesan dalam menangkap gagasan yang dikemukakan pengarang. Dari analisis di atas tampaklah bahwa banyak sekali kata konotatif yang
dimanfaatkan oleh Tohari dalam RDP yang sekaligus menjadi salah satu ciri pribadi bahasanya sebagai pengarang. Kata konotatif dalam RDP kreasi Tohari kebanyakan
memanfaatkan idiom-idiom flora dan fauna yang menjadi kekhasan ekspresinya dalam RDP. Hal ini tentu tidak terlepas dari latar dan asal-usul genetik Ahmad Tohari yang
lahir dan dibesarkan dalam lingkungan alam pedesaan yang masih natural dan asri.
2. Kata Konkret
Kata konkret juga banyak ditemukan dalam novel RDP. Kata-kata konkret merupakan kata-kata yang dapat melukiskan dengan plastis, membayangkan dengan jitu
akan gagasan yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Dalam karya sastra, pengarang dituntut untuk memperjelas ungkapan agar pembaca seolah-olah melihat,
mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang. Jika imaji yang ditangkap oleh pembaca merupakan efek dari pengimajian kata-kata yang diciptakan
oleh pengarang, maka kata-kata konkret yang memiliki makna lugas dan jelas itu merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian tersebut. Dengan kata-kata yang
79
lugas maknanya, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa, keadaan, atau situasi yang dilukiskan oleh pengarang. Demikian pula fungsi kata konkret yang
dimanfaatkan Tohari dalam RDP. 13
Sepasang burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar tinggi di langit. Tanpa sekali pun mereka mengepakkan sayap, berjam-jam lamanya.
hlm. 9 14
Pucuk-pucuk daun di pedukuhan sempit itu bergoyang. Daun kuning serta ranting kering jatuh. Gemersik rumpun bambu. hlm. 10
Kata-kata pada data 13 dan 14 di atas hampir kesemuanya kata konkret. Frase ‘sepasang burung bangau‘ pada data 13 misalnya, adalah kata-kata konkret
yang mengandung makna lugas, apa adanya, yakni ‘dua burung bangau jantan dan betina‘, tidak ada asosiasi makna yang lain di luar makna harfiah. Demikian pula ‘Daun
kuning serta ranting kering jatuh‘ pada data 14 merupakan kata-kata konkrtet yang
memiliki makna objektif, apa adanya sesuai dengan konvensi tertentu. Pemanfaatan kata-kata konkrert agaknya diperlukan untuk melukiskan keadaan alam atau situasi
konkret yang memang nyata seperti yang dilukiskan itu. Dengan kata konkret itu maka pelukisan suasana menjadi terkesan lugas dan jelas. Jika diekspresikan dengan
memanfaatkan kata-kata konotatif akan berbeda nuansa maknanya dan juga akan berbeda kesan yang ditangkap oleh pembaca.
Kata-kata konkret yang senada juga terlihat pada kutipan berikut. 15
Rasus bersila, menepak-nepak lutut menirukan gaya seorang pengendang. Warta mengayunkan tangan ke kiri dan ke kanan, ...... hlm. 13
Ungkapan-ungkapan pada data 15 banyak memanfaatkan kata konkret. Kalimat ‘Rasus bersila,menepak-nepak lutut menirukan gaya seorang pengendang.
Warta mengayunkan tangan ke kiri dan ke kanan‘ pada data 15 memanfaatkan kata
konkret. Dengan kata-kata konkret justru pelukisan keadaan, situasi, dan peristiwa menjadi lebih jelas dan mudah dibayangkan oleh pembaca. Akan lain halnya jika
keadaan, situasi, dan peristiwa itu dilukiskan dengan memanfaatkan kata-kata konotatif tentu berbeda efek yang ditimbulkannya. Kata konkret berfungsi penting untuk
menerangjelaskan pelukisan keadaan dan peristiwa. Kata-kata konkret juga dimanfaatkan Tohari dalam melukiskan keadaan Srintil
dan suasana batinnya ketika mengenangkan Rasus, laki-laki pujaannya.
80
16 Dan Srintil tidak bisa ingkar bahwa awal segala permenungannya adalah
kenangannya bersama Rasus. Rasus yang semasa kanak-kanak bermain bersama di bawah pohon nangka, Rasus yang diserahi keperawanannya, dan
Rasus yang kemudian menjadi tentara tetapi kini berada entah di mana. hlm. 156
Pada data 16 ‘Rasus yang semasa kanak-kanak bermain bersama di bawah
pohon nangka, Rasus yang diserahi keperawanannya‘, menunjukkan pemanfaatan kata- kata konkret untuk melukiskan suasana batin Srintil setelah dia bertekad untuk menjadi
perempuan somahan, yang bersuami atau berkelurga seperti perempuan normal lannya. Dengan kata-kata konkret, pelukisan keadaan fisik dan suasana batin Srintil terasa lebih
ekspresif dan lugas sehingga mudah dipahami pembaca. Tohari melukiskan situasi yang mencekam dengan kata-kata konkret.
17 Awal kemarau tahun 1966. Malam yang sangat dingin menyertakan
kecemasan yang meluas. Anjing-anjing liar beringas karena terangsang oleh bau darah. Atau mayat-mayat yang tidak terurus secara layak. hlm. 239
Kalimat ‘Anjing-anjing liar beringas karena terangsang oleh bau darah. Atau mayat-
mayat yang tidak terusus secara layak‘ pada data 17 menjadi terkesan lebih ekspresif dengan menggunakan kata-kata konkret. Situasi yang mencekam,
menegangkan, dan mencemaskan agaknya lebih intens dilukiskan dengan pemanfaatan kata-kata konkret yang mengandung makna harfiah, langsung tanpa nilai lain di luar
kata yang menopangnya. Berdasarkan analisis kata-kata konkret di atas dapat dikemukakan bahwa kata-
kata konkret banyak dimanfaatkan Tohari untuk melukiskan keadaan alam pedesaan Dukuh Paruk, kondisi fisik dan suasana batin tokoh Srintil, penyerahan virginitas, dan
suasana cemas mencekam ketika terjadi bencana. Dengan kata-kata konkret ternyata pelukisan tersebut menjadi terasa lugas, lebih mengesankan dan terasa ekspresif. Jadi,
selain kata-kata konotatif, dalam hal-hal tertentu diperlukan pula pemanfaatan kata-kata konkret yang lugas dan jelas maknanya.
3. Kata Serapan dari Bahasa Asing