109
d. Kalimat Majemuk
Selain gaya kalimat pendek dan sederhana, gaya kalimat majemuk banyak ditemukan pula dalam RDP. Gaya kalimat majemuk adalah pemanfaatan kalimat yang
terdiri atas dua klausa atau lebih baik kalimat mejemuk setara maupun bertingkat. Gaya kalimat majemuk itu dimanfaatkan Tohari untuk melukiskan keadaan, peristiwa, atau
menciptakan suasana tertentu dalam rangka mencapai efek estetik. Berikut beberapa gaya kalimat majemuk dalam RDP.
10 Orang-orang tua bertembang kidung dan anak-anak menyanyikan lagu-
lagu ronggeng. hlm. 11 11
Baru setelah aku menginjak usia dua puluh tahun, aku mampu menyusunnya menjadi sebuah catatan. hlm. 32
12 Tanah airku yang kecil itu tidak lagi kubenci meskipun dulu aku telah
bersumpah tidak akan memaafkannya karena dia pernah merenggut Srintil dari tanganku. hlm. 107
Data 10 merupakan kalimat majemuk setara, sedangkan data 11 adalah kalimat majemuk ber
tingkat dengan anak kalimat ‘Baru setelah aku menginjak usia dua puluh tahun‘ dan induk kalimat ‘aku mampu menyusunnya menjadi sebuah catatan‘.
Adapun data 12 adalah kalimat majemuk bertingkat dengan tiga klausa, terdiri atas induk kalimat ‘Tanah airku yang kecil itu tidak lagi kubenci‘, anak kalimat 1
‘meskipun dulu aku telah bersumpah tidfak akan memaafkannya‘ dan anak kalimat 2 ‘karena dia pernah merenggut Srintil dari tanganku‘. Pemanfaatan berbagai variasi
kalimat panjang tersebut agaknya tidak terlepas dari tujuan untuk mencapai efek makna tertentu. Dengan kalimat panjang itu maksud kalimat menjadi lebih intens karena
klausa-klausanya saling bertautan.
e. Penggunaan Konjungsi pada Awal Kalimat
Novel RDP karya Tohari secara umum memiliki bahasa yang relatif baik. Bahasa RDP cukup tertib dalam mematuhi kaidah bahasa Indonesia meskipun di sana
sini ada penyimpangan kaidah bahasa yang disengaja. Penyimpangan kaidah bahasa dalam konteks ini terutama penggunaan kata-kata penghubung konjungsi di awal
kalimat yang sengaja dilakukan untuk menekankan gagasan tertentu. Hal ini terlihat pada data berikut.
110
13 Maka istri Santayib tidak melihat sosok suaminya, melainkan sebuah
bayangan bergerak yang menakutkan. hlm. 28 14
Santayib ingin memandangnya. Tetapi penglihatannya kabur. hlm. 29 Penggunaan konjungsi ‘Maka‘ pada data 13 dan ‘Tetapi‘ pada data 14,
merupakan penyimpangan struktur kalimat karena terletak pada awal kalimat. Menurut kaidah bahasa Indonesia, konjungsi tidak dibenarkan mengawali kalimat. Dalam RDP
konjungsi pada awal kalimat tergolong tinggi frekuensi penggunaannya. Kalimat pada data 14 adalah satu kalimat majemuk setara tetapi kalimat itu dibagi menjadi dua
klausa yang diawali dengan konjunsi ‘tetapi‘. Hal itu sengaja dilakukan untuk menghindari adanya kalimat panjang yang dikhawatirkan dapat mengganggu
pemahaman maksud kalimat.
2. Kalimat dengan Sarana Retorika a. Kalimat Paralelisme