Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri 37
ini dapat diterapkan dalam materi perilaku Junzi, dimana peserta didik diberikan masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang pada akhirnya
mereka mencari penyelesaian sampai didapatlah sebuah kesimpulan atau pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi perilaku
Junzi.
7. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving
adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian menemukan pola, aturan, atau algoritma. Langkahnya adalah: sajikan permasalahan
yang memenuhi kriteria di atas, peserta didik berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, peserta
didik mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Misalnya: Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam materi perilaku berlandaskan kebajikan, dimana peserta didik diberikan suatu
masalah atau konflik yang menjadikan peserta didik seakan berada dalam konflik tersebut yang pada akhirnya mereka mencari penyelesaian
sampai didapatlah sebuah kesimpulan atau pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi perilaku berkebajikan.
8. Problem Posing
Bentuk lain dari problem solving adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan
kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga dipahami. Langkahnya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Misalnya: Pada pembelajaran pendidikan Agama Khonghucu model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam kegiatan penugasan, dimana
peserta didik didorong kemampuannya untuk menyusun pertanyaan dari materi yang telah diberikan, agar kekayaan materi dapat bervariasi
melalui pembuatan soal.
9. Probing Prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap peserta didik dan pengalamannya dengan pengetahuan baru
38 Buku Guru Kelas II SD
yang sedang dipelajari. Selanjutnya peserta didik mengonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian
pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk peserta didik secara acak sehingga setiap peserta
didik mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, peserta didik tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan
dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut,
guru hendaknya mengajukan serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan
tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban peserta didik yang salah harus dihargai
karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
10. Pembelajaran Bersiklus cycle learning
Ramsey 1993 mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi deskripsi, kemudian eksplanasi
empiris, dan diakhiri dengan aplikasi aduktif. Eksplorasi berarti menggali pengetahuan dasar, eksplanasi berarti mengenalkan konsep
baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein Meyer 1998 mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana peserta didik belajar,
mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik 1999 mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna,
merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer 1999 mengemukakan cara pembelajaran
resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI Somatic Auditory Visualization on intellectually