36 Buku Guru Kelas II SD
belajar muncul, dunia pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan
kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling
pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh, questioning eksplorasi,
membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi, learning community seluruh peserta didik
partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands- on, mencoba, mengerjakan, inquiry identifikasi, investigasi, hipotesis,
dugaan, generalisasi, menemukan, constructivism membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis,
reflection reviu, rangkuman, tindak lanjut, authentic assessment penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap
setiap aktvitas-usaha peserta didik, penilaian portofolio, penilaian secara objektif dari berbagai aspek dengan berbagai cara.
5. Pembelajaran Langsung Direct Learning
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan
cara pembelajaran langsung. Langkahnya adalah menyiapkan peserta didik, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori ceramah bervariasi.
Misalnya: Pada pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu khususnya dalam pembelajaran tata ibadah seperti tata cara sembahyang
kepada Tian, Nabi Kongzi, para Shenming atau leluhur.
6. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual peserta didik, untuk merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar peserta didik dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi analisis, interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
dugaan, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. Misalnya: Model pembelajaran
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri 37
ini dapat diterapkan dalam materi perilaku Junzi, dimana peserta didik diberikan masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang pada akhirnya
mereka mencari penyelesaian sampai didapatlah sebuah kesimpulan atau pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi perilaku
Junzi.
7. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving
adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian menemukan pola, aturan, atau algoritma. Langkahnya adalah: sajikan permasalahan
yang memenuhi kriteria di atas, peserta didik berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, peserta
didik mengidentifkasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Misalnya: Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam materi perilaku berlandaskan kebajikan, dimana peserta didik diberikan suatu
masalah atau konflik yang menjadikan peserta didik seakan berada dalam konflik tersebut yang pada akhirnya mereka mencari penyelesaian
sampai didapatlah sebuah kesimpulan atau pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi perilaku berkebajikan.
8. Problem Posing
Bentuk lain dari problem solving adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan
kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga dipahami. Langkahnya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
Misalnya: Pada pembelajaran pendidikan Agama Khonghucu model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam kegiatan penugasan, dimana
peserta didik didorong kemampuannya untuk menyusun pertanyaan dari materi yang telah diberikan, agar kekayaan materi dapat bervariasi
melalui pembuatan soal.
9. Probing Prompting