Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri 35
rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
sharing pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi merupakan
tuntutan kehidupan secara sosiologis. Oleh karena itu, sikap kooperatif adalah cerminan dari hidup bermasyarakat. Proses pembelajaran tidak
bisa lepas dari prinsip tersebut karena di antara hakikat belajar adalah menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing yang kemudian
menuntut take and give knowledge and skill secara resiprokal. Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif kompak-partisipatif, tiap anggota kelompok terdiri dari 4 - 5 orang, peserta didik heterogen kemampuan,
gender, karakter, ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Langkah pembelajaran kooperatif meliputi informasi, pengarahan- strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi
hasil kelompok, dan pelaporan. Misalnya: Pada pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu
khususnya dalam pembelajaran materi membuat skema altar.
2. Field Trip
Peserta didik diajak langsung mengunjungi lokasi yang mendukung materi pembelajaran, misalnya: Aspek Tata Ibadah, peserta didik diajak
langsung ke lokasi tempat ibadah tempat suci KelentengMiaoLitang
3. Ibadah Bersama
Model pembelajaran ini sering digunakan oleh guru sangat dikhususkan pada bidang studi Pendidikan Agama Khonghucu, misalnya:
Aspek Tata Ibadah, Aspek Perilaku Junzi, Aspek Kitab Suci, peserta didik ibadah bersama di Litang. Saat kebaktian guru dapat mengevaluasi
atau menilai perilaku peserta didik dalam menjaga ketertiban. Peserta didik mulai berlatih membaca kitab suci dalam suatu rangkaian upacara
sembahyang.
4. Kontekstual Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan ramah, terbuka, negosiasi yang
terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik daily life modeling, sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi
36 Buku Guru Kelas II SD
belajar muncul, dunia pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif, nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan
kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling
pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh, questioning eksplorasi,
membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi, learning community seluruh peserta didik
partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands- on, mencoba, mengerjakan, inquiry identifikasi, investigasi, hipotesis,
dugaan, generalisasi, menemukan, constructivism membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis,
reflection reviu, rangkuman, tindak lanjut, authentic assessment penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap
setiap aktvitas-usaha peserta didik, penilaian portofolio, penilaian secara objektif dari berbagai aspek dengan berbagai cara.
5. Pembelajaran Langsung Direct Learning
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan
cara pembelajaran langsung. Langkahnya adalah menyiapkan peserta didik, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan
mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori ceramah bervariasi.
Misalnya: Pada pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu khususnya dalam pembelajaran tata ibadah seperti tata cara sembahyang
kepada Tian, Nabi Kongzi, para Shenming atau leluhur.
6. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning