d. Adanya Kelompok Peternak Sapi
Peternak pada umumnya sudah mempunyai kelompok peternak sapi dalam mengembangkan usahanya. Melalui kelompok peternak dilakukan upaya
pengembangan sapi potong bantuan pemerintah, baik yang bersumber dari APBD Kabupaten , APBD Propinsi dan APBN dari pemerintah pusat. Dengan menjadi
anggota kelompok, peternak belajar cara berorganisasi, memperoleh pendidikan dan pelatihan dan dapat bermitra dengan pihak swasta atau lembaga keuangan
yang ada.
e. Pemeliharaan Sapi Secara Intensif
Pemeliharaan sapi secara intensif sudah menjadi pilihan peternak mengingat keterbatasan lahan untuk penggembalaan dan kesepakatan dengan
pihak perkebunan yang memperkenankan peternak untuk menyabit rumput yang tumbuh di areal perkebunan. Pemeliharaan Sapi secara intensif mempermudah
peternak untuk mengelola usaha ternak sapi karena pertumbuhan sapi dapat diawasi, perkawinan dapat dikontrol dan pencegahan penyakit mudah dilakukan.
f. Sarana dan Prasarana Pemeliharaan Sapi
Ketersediaan sarana dan prasarana pemeliharaan sapi berupa kandang, peralatan dan transportasi sudah baik dan mendukung usaha pengembangan sapi
potong. Sehingga dalam kegiatan pembersihan kandang dan pengumpulan kotoran sapi, penyediaan dan pemberian pakan dapat dilakukan dengan efisien.
g. Pemanfaatan Kotoran Sapi Untuk Pupuk Kelapa Sawit
Peternak sudah memanfaatkan kotoran sapi untuk diolah menjadi pupuk kelapa sawit. Peternak yang tidak memiliki lahan perkebunan menjual kotoran
sapi kepada pihak perkebunan atau memanfaatkannya menjadi pupuk tanaman pertanian. Penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk pada kebun kelapa sawit dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara sehingga tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan lebih subur yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil panen
kelapa sawit. Disisi lain integrasi sapi dengan kebun kelapa sawit dapat mengurangi pemakaian pupuk buatan anorganik serta hasil samping kebun
kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi sehingga terjadi simbiosis mutualisme.
Universitas Sumatera Utara
h. Pencatatan Recording
Pencatatan Recording meliputi perkawinan, kelahiran anak, kematian dan status kesahatan ternak. Melalui kegiatan berkelompok, peternak memahami
pentingnya pencatatan recording untuk mengetahui perkembangan sapi dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan produktifitas ternak sapi
misalnya : kapan ternak dikawinkan, umur kebuntingan, kelahiran anak, penyakit apa yang diderita sapi dan tindakan yang telah dilakukan, baik berupa
pencegahan maupun pengobatan penyakit.
i. Penjualan Pemotongan Betina Produktif
Rendahnya penjualan pemotongan betina produktif merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan pengembangan sapi potong. Walaupun ada
peternak yang dengan terpaksa menjual sapi betina produktif diharapkan dengan adanya program pemerintah memberikan bantuan berupa insentif bagi peternak
untuk tidak menjual memotong sapi betina produktif dan betina bunting dapat menekan dan menanggulangi penurunan populasi ternak sapi yang sampai saat ini
tingkat produktifitasnya masih rendah.
2. Kelemahan Weakness
Ada beberapa faktor yang merupakan kelemahan pengembangan sapi potong–integrasi dengan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Deli Serdang
yaitu :
a. Tingkat Pendidikan Peternak
Tingkat pendidikan peternak yang relatif rendah terkait erat kepada tingkat penerimaan dan penguasaan teknologi dibidang peternakan, sehingga
dalam menjalankan usahanya peternak belum berpijak pada basis ekonomi yang jelas dan sistim pemeliharaan masih bersifat tradisional sebagai usaha sampingan
saja karena usaha pokok adalah bertani. Jadi peternak memelihara sapi untuk tujuan mengisi waktu luang, sumber tenaga kerja untuk pertanian, penghasil
pupuk organik dan sebagai simbol status sosial atau sekedar hobi.
b. Kepemilikan Lahan Kelapa Sawit