h. Pencatatan Recording
Pencatatan Recording meliputi perkawinan, kelahiran anak, kematian dan status kesahatan ternak. Melalui kegiatan berkelompok, peternak memahami
pentingnya pencatatan recording untuk mengetahui perkembangan sapi dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan produktifitas ternak sapi
misalnya : kapan ternak dikawinkan, umur kebuntingan, kelahiran anak, penyakit apa yang diderita sapi dan tindakan yang telah dilakukan, baik berupa
pencegahan maupun pengobatan penyakit.
i. Penjualan Pemotongan Betina Produktif
Rendahnya penjualan pemotongan betina produktif merupakan faktor pendukung bagi kelangsungan pengembangan sapi potong. Walaupun ada
peternak yang dengan terpaksa menjual sapi betina produktif diharapkan dengan adanya program pemerintah memberikan bantuan berupa insentif bagi peternak
untuk tidak menjual memotong sapi betina produktif dan betina bunting dapat menekan dan menanggulangi penurunan populasi ternak sapi yang sampai saat ini
tingkat produktifitasnya masih rendah.
2. Kelemahan Weakness
Ada beberapa faktor yang merupakan kelemahan pengembangan sapi potong–integrasi dengan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Deli Serdang
yaitu :
a. Tingkat Pendidikan Peternak
Tingkat pendidikan peternak yang relatif rendah terkait erat kepada tingkat penerimaan dan penguasaan teknologi dibidang peternakan, sehingga
dalam menjalankan usahanya peternak belum berpijak pada basis ekonomi yang jelas dan sistim pemeliharaan masih bersifat tradisional sebagai usaha sampingan
saja karena usaha pokok adalah bertani. Jadi peternak memelihara sapi untuk tujuan mengisi waktu luang, sumber tenaga kerja untuk pertanian, penghasil
pupuk organik dan sebagai simbol status sosial atau sekedar hobi.
b. Kepemilikan Lahan Kelapa Sawit
Dalam pelaksanaan integrasi sapi dengan kebun kelapa sawit kepemilikan lahan sangat penting untuk penyediaan pakan yang berasal dari hijauan antara
Universitas Sumatera Utara
tanaman dan pemanfaatan pelepah dan daun kelapa sawit sebagai sumber pakan. Kenyataan yang diperoleh, para peternak sangat tergantung kepada lahan
perkebunan kelapa sawit milik orang lain dan tanaman rumput yang tumbuh disekitar pemukiman penduduk akibat keterbatasan lahan yang dimiliki.
c. Kepemilikan Lahan Untuk Penggembalaan Sapi
Lahan untuk penggembalaan sapi tidak saja berfungsi sebagai ruang jelajah tetapi juga merupakan sumber ketersediaan air dan sumber ketersediaan
pakan berupa hijauan dari tanaman pakan ternak dan hasil samping perkebunan. Mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki oleh peternak untuk penggembalaan
sapi maka sistem pemeliharan yang dapat dilakukan adalah sistem pemeliharaan secara intensif dengan sapi dikandangkan dimana kebutuhan pakannya harus
disediakan oleh peternak. Keterbatasan lahan ini diakibatkan peruntukan lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan lebih diutamakan dari pada padang
penggembalaan ternak dan lahan untuk tujuan produksi hijauan pakan ternak.
d. Pemanfaatan Limbah Hasil Samping Kelapa Sawit Sebagai Pakan Sapi Potong
Pemeliharaan sapi potong secara intensif membutuhkan ketersediaan pakan yang terus menerus dan berkesinambungan. Mengingat ketersediaan
hijauan pakan ternak sangat terbatas maka perlu dicari alternatif lain sebagai sumber pakan sapi seperti pemanfaatan limbah hasil samping kelapa sawit melalui
sentuhan teknologi nutrisi pakan ternak. Peternak di Kabupaten Deli Serdang belum memanfaatkan limbah kelapa
sawit seperti pelepah dan daun sawit, lumpur sawit, bungkil inti sawit dan serat buah sawit. Selain belum lazim digunakan, limbah hasil samping kelapa sawit ini
juga tidak tersedia untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam jumlah yang cukup karena pabrik kelapa sawit PKS tidak memproduksi limbah ini untuk
tujuan sebagai pakan ternak sapi dan permintaan kerjasama dari kelompok peternak sapi sampai saat ini belum ada.
e. Ketersediaan Mesin Pengolahan Pupuk Organik