37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kemiskinan Di Kota Padasidimpuan 4.1.1 Jumlah Penduduk dan Indikator Kemiskinan
Kondisi kemiskinan di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat dari perhitungan 14
indikator kemiskinan, yaitu luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, sumber air
minum, penggunaan fasilitas buang air besar, jenis bahan bakar untuk masak sehari-hari, sumber penerangan rumah tangga, kepemilikan aset minimal senilai
Rp 500.000, frekuensi makan dalam sehari, pembelian pakaian baru dalam setahun, pembelian dagingayamsusu dalam seminggu, kemampuan berobat ke
puskesmas atau poliklinik, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, dan bidang pekerjaan utama kepala rumah tangga. Menurut BPS, suatu rumah tangga dapat
dikatakan miskin jika memenuhi minimal sembilan dari 14 indikator yang ditetapkan.
Jumlah rumah
tangga berdasarkan
hasil pengolahan
SUSDA Kota
Padangsidimpuan Tahun 2014 sebesar 46.302 kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan.
4.1.2 Karakteristik Rumah Tangga Miskin di Kota Padangsidimpuan Rumah tangga di kecamatan Padangsidimpuan Utara cenderung termasuk ke
dalam rumah tangga miskin. Jumlah rumah tangga miskin di wilayah ini cukup besar yaitu 16.245 rumah tangga atau sebesar 35 persen. Persentase rumah tangga
miskin yang tertinggi terdapat pada Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua sebesar 52,8 persen atau 9.375 rumah tangga. Persentase rumah tangga miskin
Universitas Sumatera Utara
yang terendah berada di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan sebesar 7,2 persen 400 rumah tangga.
Tabel 4.1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Status Kemiskinan
Tidak Miskin Miskin
N N
Padangsidimpuan Hutaimbaru 12266
75,0 4.089
25,0 Padangsidimpuan Batunadua
8707 47,2
9.375 52,8
Padangsidimpuan Tenggara 4778
92,8 400
7,2 Padangsidimpuan Selatan
3590 85,0
633 15,0
Padangsidimpuan Utara 6200
78,0 1.748
22,0
Total 35.541 75,6
16.245 24,4
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Kecamatan Padangsidimpuan Utara identik dengan sektor non-pertanian yaitu
sebesar 82,5 persen rumah tangga di wilayah ini memiliki kepala keluarga yang bekerja di sektor non-pertanian. Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua identik
dengan sektor pertanian, sebesar 56,9 persen rumah tangga memiliki kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian. Hal ini memperlihatkan bahwa
persentase rumah tangga miskin yang tinggi terdapat pada kecamatan yang dominan memiliki kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian, seperti
Kecamatan Padangsidimpuan
Hutaimbaru dan
Padangsidipuan Utara.
Karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat pada Lampiran 1, yaitu:
1. Luas Lantai Bangunan Tempat Tinggal kurang dari 8 M
2
per orang
Salah satu aspek penting dalam pengukuran kondisi perumahan suatu rumah tangga adalah luas lantai bangunan tempat tinggal. Luas lantai rumah menurut
BPS yang menjadi indikator suatu rumah tangga tergolong miskin adalah kurang
Universitas Sumatera Utara
dari 8 M
2
per orang. Mayoritas rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan memiliki luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 M
2
.
Tabel 4.2. Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Luas Lantai Lebih Besar dari 8 m
2
per orang di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen Kecamatan
Luas lantai lebih besar dari 8 m
2
per orang Ya
Tidak
Padangsidimpuan Hutaimbaru 7
13 Padangsidimpuan Batunadua
4 16
Padangsidimpuan Tenggara 16
4 Padangsidimpuan Selatan
14 6
Padangsidimpuan Utara 8
12
Total 49
51
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Jumlah rumah tangga miskin yang memiliki luas lantai bangunan kurang dari 8 m
2
per orang sebesar 51 persen dari jumlah rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan. Persentase tertinggi rumah tangga miskin yang memiliki luas
lantai kurang dari 8 m
2
per orang berada di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua dan yang paling sedikit berada di Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara.
2. Jenis Lantai Bangunan Kondisi perumahan juga dapat dilihat dari jenis lantai bangunan tempat tinggal.
Penggunaan kayu, papan, bambu atau tanah sebagai lantai bangunan tempat tinggal menjadi indikator suatu rumah tangga dinyatakan miskin. Rumah tangga
miskin di Kota Padangsidimpuan banyak menggunakan kayu, papan, bambu atau tanah sebagai lantai bangunan tempat tinggalhal tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Jenis Lantai
Keramik marme
granit
Ubin tegel
teraso
Semen bata
merah
Kayu papan
Bambu Tanah
Padangsidimpuan Hutaimbaru 2
4 3
4 4
5 Padangsidimpuan Batunadua
1 1
3 3
6 6
Padangsidimpuan Tenggara 6
5 2
2 3
2 Padangsidimpuan Selatan
5 6
3 2
2 2
Padangsidimpuan Utara 2
3 3
3 4
5
Total 17
19 14
14 19
20
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Persentase terendah adalah rumah tangga miskin yang menggunakan tanah
sebagai lantai rumahnya adalah sebesar 20 dari seluruh jumlah rumah tangga. Penggunaan bambu 19, Kayu 14, Semen 14, Teraso 19 dan kramik
sebesar 17. Rumah berlantai tanah terbanyak ditemukan di di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua sebesar 6 persen dari jumlah rumah tangga di
kecamatan ini. Dan pengunaan keramik sebagai lantai rumah tertinggi ditemukan pada Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
3. Jenis Dinding Bangunan Salah satu aspek lain yang penting untuk melihat kondisi perumahan suatu rumah
tangga adalah jenis dinding bangunan. Suatu rumah tangga dinyatakan miskin menurut BPS menggunakan jenis dinding selain tembok, yaitu menggunakan
kayu, bambu atau lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal di di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014
persen Kecamatan
Jenis Dinding Tembok
Kayu Bambu
Lainnya
Padangsidimpuan Hutaimbaru 4
6 6
4 Padangsidimpuan Batunadua
5 4
5 6
Padangsidimpuan Tenggara 6
8 3
3 Padangsidimpuan Selatan
5 10
2 3
Padangsidimpuan Utara 8
6 3
3
Total 28
34 19
19
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014.
4. Sumber Air Minum Penggunaan air dalam kemasan dan ledeng yaitu berupa penggunaan PDAM
sebagai sumber air minum bagi rumah tangga miskin di wilayah ini masih sangat sedikit. Rumah tangga miskin di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan mayoritas
menggunakan sumur sebagai sumber air minumnya. Selain sumur, mata air juga menjadi sumber air minum yang dominan di Kecamatan Padangsidimpuan
Selatan.
Tabel 4.5 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Sumber Air Minum di di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Sumber Air Minum
Air dalam
kemasan Ledeng
PDAM Sumur
Air sungai
Padangsidimpuan Hutaimbaru 4
5 6
5 Padangsidimpuan Batunadua
3 6
6 5
Padangsidimpuan Tenggara 7
7 3
3 Padangsidimpuan Selatan
6 8
3 3
Padangsidimpuan Utara 8
6 3
3
Total 28
32 21
19
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014.
Universitas Sumatera Utara
5. Fasilitas Buang Air Besar Mayoritas rumah tangga miskin di kecamatan Padangsidimpuan Utara belum
memiliki fasilitas buang air besar sendiri. Hanya sebanyak 10 persen rumah tangga miskin di wilayah ini yang mempunyai fasilitas buang air besar sendiri.
Sarana yang paling sering digunakan oleh rumah tangga miskin di wilayah ini untuk buang air besar adalah sungai dengan persentase 30 persen.
Tabel 4.6 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Fasilitas Buang Air Besar di di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Fasilitas Buang Air Besar
Sendiri Umum
Umum
Bersama Lainnya
Padangsidimpuan Hutaimbaru 3
5 6
6 Padangsidimpuan Batunadua
5 6
3 6
Padangsidimpuan Tenggara 7
5 5
5 Padangsidimpuan Selatan
4 6
5 5
Padangsidimpuan Utara 2
6 6
6
Total 21
28 25
28
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014.
6. Jenis Bahan Bakar Indikator kemiskinan menurut BPS yang menyatakan suatu rumah tangga
dikatakan miskin adalah menggunakan bahan bakar minyak tanah, kayu bakar atau arang. Rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan lebih banyak yang
menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar untuk memasak sehari- hari, yaitu sebesar 87,9 persen. Penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar
untuk memasak sehari-hari juga banyak digunakan yaitu oleh 11,4 persen rumah tangga miskin.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Jenis Bahan Bakar yang Digunakan untuk Memasak Sehari-haridi di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2014 persen Kecamatan
Jenis Bahan Bakar Minyak
tanah Kayu
bakar arang
Gas Lainnya
Padangsidimpuan Hutaimbaru 3
4 6
6 Padangsidimpuan Batunadua
2 6
4 5
Padangsidimpuan Tenggara 7
5 6
5 Padangsidimpuan Selatan
7 5
5 5
Padangsidimpuan Utara 2
6 5
6
Total 21
26 26
27
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014.
7. Sumber Penerangan Mayoritas rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan sudah menggunakan
sumber penerangan yang berasal dari Perusahaan Listrik Negara PLN yaitu sebesar 70,7 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa listrik telah dapat diakses oleh
rumah tangga miskin sekalipun. Diikuti oleh penggunaan minyak tanah sebagai sumber penerangan yang digunakan oleh 20,2 persen rumah tangga.
Tabel 4.8 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Sumber Penerangan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Sumber Penerangan
PLN Genset
diesel Minyak
tanah Lainnya
Padangsidimpuan Hutaimbaru 15
4 5
6 Padangsidimpuan Batunadua
12 6
4 5
Padangsidimpuan Tenggara 15
5 3
5 Padangsidimpuan Selatan
12 5
3 5
Padangsidimpuan Utara 16
6 5
6
Total 70
26 20
27
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014.
Universitas Sumatera Utara
8. Frekuensi Makan kalihari Kemampuan ekonomi suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasar atau
primer seperti pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilihat dari frekuensi makan dalam sehari. Menurut BPS, suatu rumah tangga termasuk ke dalam rumah tangga
miskin jika frekuensi makan dalam sehari hanya satu atau dua kali. Frekuensi makan dalam sehari mayoritas rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan
adalah dua kali dalam sehari sebesar 53,7 persen.
Tabel 4.9 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Frekuensi Makan dalam Sehari di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Frekuensi Makan dalam Sehari
1 Kali 2 Kali
3 Kali atau lebih
Padangsidimpuan Hutaimbaru 0.3
12 9
Padangsidimpuan Batunadua 0.2
6 10
Padangsidimpuan Tenggara 0.4
15 11
Padangsidimpuan Selatan 0.3
8 8
Padangsidimpuan Utara 0.1
13 6
Total 1.3
54 44
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014.
9. Kepemilikan Aset Kemampuan ekonomi suatu rumah tangga juga dapat dilihat dari kepemilikan
aset. Dalam hal ini yang dimasukkan ke dalam kepemilikan asset yaitu emas, televisi berwarna, lemari pendingin, dan sepeda motor. Suatu rumah tangga
dinyatakan miskin menurut BPS apabila hanya memiliki kepemilikan asset kurang dari Rp 500.000. Rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan mayoritas
memiliki kepemilikan aset kurang dari Rp 500.000 yaitu sebesar 79,4 persen dari jumlah rumah tangga miskin di wilayah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Kepemilikan Aset di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Kepemilikan Aset
Rp. 500.00 Rp.500.000
Padangsidimpuan Hutaimbaru 4
19 Padangsidimpuan Batunadua
3 17
Padangsidimpuan Tenggara 5
15 Padangsidimpuan Selatan
3 13
Padangsidimpuan Utara 6
15
Total 21
79
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Rumah tangga miskin di Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru memiliki
persentase tertinggi kepemilikan aset kurang dari Rp 500.000 yaitu 19 persen. Persentase terendah rumah tangga miskin yang memiliki kepemilikan aset kurang
dari Rp 500.000 berada di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yaitu sebesar 13 persen. Pendapatan suatu rumah tangga erat kaitannya dengan kepemilikan aset.
Hal ini terlihat bahwa rumah tangga miskin relatif memiliki pendapatan yang rendah sehingga aset yang dimiliki pun kurang dari Rp 500.000.
10. Frekuensi Pembelian Pakaian kalitahun Frekuensi pembelian pakaian baru dalam setahun juga menjadi salah satu alat
ukur kemampuan ekonomi suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu kebutuhan sandang. Suatu rumah tangga dinyatakan miskin apabila
hanya dapat membeli kurang dari dua stel pakaian baru dalam setahun. Mayoritas rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan hanya dapat membeli satu stel
pakaian dalam setahun yaitu sebesar 76 persen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Dalam Setahun di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014
persen Kecamatan
Frekuensi Membeli Pakaian Baru Dalam Setahun 1 Stel
2 Stel atau Lebih
Padangsidimpuan Hutaimbaru 19
6 Padangsidimpuan Batunadua
17 5
Padangsidimpuan Tenggara 15
4 Padangsidimpuan Selatan
10 3
Padangsidimpuan Utara 15
6
Total 76
24
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan yang dapat membeli pakaian
baru dua stel atau lebih dalam setahun hanya 24 persen rumah tangga. Kecamatan Hutaimbaru dan Padangsidimpuan Utara memiliki persentase tertinggi rumah
tangga miskin yang mampu membeli dua stel atau lebih pakaian dalam setahun yaitu sebesar 6 persen. Persentase terendah rumah tangga miskin yang dapat
membeli dua stel atau lebih pakaian baru dalam setahun berada di Kecamatan Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru yaitu sebesar 19 persen dari jumlah
rumah tangga miskin di wilayah tersebut.
11. Pembelian dagingayamsusu kaliminggu Kemampuan ekonomi suatu rumah tangga juga dapat dilihat dari kemampuan
memenuhi kebutuhan akan pangan. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi pembelian daging atau ayam atau susu dalam seminggu. Menurut BPS, rumah tangga
dinyatakan miskin jika hanya dapat membeli kurang dari dua kali daging atau ayam atau susu dalam seminggu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Frekuensi Frekuensi Membeli DagingAyamSusu dalam Seminggu di Kota Padangsidimpuan
Tahun 2014 persen Kecamatan
Frekuensi membeli dagingayamsusu dalam seminggu
Tidak Pernah Membeli
1 Kali 2 Kali atau
Lebih
Padangsidimpuan Hutaimbaru 13
6 1
Padangsidimpuan Batunadua 17
5 2
Padangsidimpuan Tenggara 9
4 1
Padangsidimpuan Selatan 13
3 3
Padangsidimpuan Utara 15
6 2
Total 67
24 9
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Pada umumnya rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan tidak mampu
untuk membeli daging atau ayam atau susu dalam seminggu dengan persentase 67 persen dari jumlah rumah tangga miskin di wilayah ini. Persentase tertinggi rumah
tangga miskin yang tidak pernah membeli daging atau ayam atau susu dalam seminggu berada di Kecamatan Batunadua sebesar 17 persen. Persentase terendah
rumah tangga miskin yang tidak dapat membeli daging atau ayam atau susu dalam seminggu berada di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara sebesar 9 persen.
12. Kemampuan Berobat Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas atau Poliklinik dapatmelihat
kondisi kesehatan suatu rumah tangga. Rumah tangga dinyatakan miskin apabila tidak dapat membayar untuk berobat ke Puskesmas maupun Poliklinik. Pada
umumnya rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan sudah mampu membayar untuk berobat di Puskesmas atau Poliklinik yaitu sebesar 66,5 persen
dari jumlah rumah tangga miskin di wilayah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Kemampuan Membayar untuk Berobat ke PuskesmasPoliklinik di Kota
Padangsidimpuan Tahun 2014 persen Kecamatan
Kemampuan Berobat Ya
Tidak
Padangsidimpuan Hutaimbaru 8
6 Padangsidimpuan Batunadua
17 5
Padangsidimpuan Tenggara 13
8 Padangsidimpuan Selatan
11 9
Padangsidimpuan Utara 17
6
Total 66
34
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Persentase tertinggi rumah tangga miskin yang tidak dapat membayar untuk
berobat ke Puskesmas atau Poliklinik berada di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan sebesar 9 persen. Persentase terendah rumah tangga miskin yang tidak
dapat membayar untuk berobat ke Puskesmas atau Poliklinik berada di Kecamatan Batunadua sebesar 5 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa kondisi kesehatan
rumah tangga di wilayah pengembangan Kota Padangsidimpuan relatif sudah cukup baik, terlihat dari persentase rumah tangga miskin yang dapat membayar
untuk berobat lebih besar dibandingkan yang tidak dapat membayar.
13. Ketenagakerjaan Rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan cenderung memiliki kepala
keluarga yang sudah bekerja. Hal ini terlihat pada Tabel 5.13, persentase rumah tangga miskin yang memiliki kepala keluarga bekerja sebesar 96 persen.
Persentase tertinggi rumah tangga miskin yang memiliki kepala keluarga bekerja berada di Kecamatan Padangsidimpuan Utara sebesar 23 persen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Status Pekerjaan Kepala Keluarga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Status Pekerjaan
Bekerja Menganggur
Padangsidimpuan Hutaimbaru 15
1 Padangsidimpuan Batunadua
17 Padangsidimpuan Tenggara
19 1
Padangsidimpuan Selatan 22
2 Padangsidimpuan Utara
23
Total 96
4
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Menurut BPS, suatu rumah tangga termasuk ke dalam golongan rumah tangga
miskin jika memiliki kepala keluarga bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga yang bekerja di sektor pertanian merupakan
buruh tani yang memiliki pendapatan relatif rendah. Berdasarkan Tabel 5.13, kepala keluarga rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan bekerja di sektor
pertanian.
14. Pendidikan Tertinggi Kepala Keluarga Kemampuan ekonomi suatu rumah tangga juga tidak lepas dari peran pendidikan
tertinggi kepala keluarga. Pendidikan tertinggi kepala keluarga yang tidak tamat SD menjadi kriteria suatu rumah tangga dinyatakan miskin menurut BPS.
Berdasarkan Tabel 5.14, mayoritas kepala keluarga rumah tangga miskin Kota Padangsidimpuan mengenyam pendidikan tertinggi adalah tidak tamat SD yaitu
sebesar 31 persen.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Jumlah Rumah Tangga Miskin berdasarkan Pendidikan Tertinggi Kepala Keluarga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Pendidikan Tertinggi Kepala Keluarga
Tidak Tamat SD Tamat SD
Padangsidimpuan Hutaimbaru 1
13 Padangsidimpuan Batunadua
2 19
Padangsidimpuan Tenggara 1
19 Padangsidimpuan Selatan
3 17
Padangsidimpuan Utara 2
23
Total 9
91
Sumber: Suseda Kota Padangsidimpuan 2014. Persentase tertinggi rumah tangga miskin yang memiliki kepala keluarga dengan
pendidikan tertinggi tidak tamat SD sebesar 9 persen. Sedangakan yang tama SD sebesar 91 Persen. Persentase terendah rumah tangga miskin di wilayah ini yang
memiliki kepala keluarga dengan pendidikan tertinggi tidak tamat SD berada di Kecamatan Hutaimbaru da Padangsidimpuan Tenggara sebesar 1 persen jumlah
rumah tangga yang pendidikan tertinggi kepala keluarganya adalah SD atau MI sederajat.
4.1.3 Tingkat Kemiskinan dan Status Pekerjaan Kepala Keluarga Hubungan status kemiskinan dengan status pekerjaan di Kota Padangsidimpuan
bahwa rumah tangga dengan kepala keluarga menganggur cenderung termasuk ke dalam rumah tangga tidak miskin. Hanya dua kecamatan Kota Padangsidimpuan,
yaitu Kecamatan Batunadua dan Padangsidimpuan utara yang memperlihatkan kondisi rumah tangga dengan kepala keluarga menganggur mayoritas termasuk ke
dalam rumah tangga miskin. Kecamatan Batunadua memiliki persentase 55 persen rumah tangga dengan
kepala keluarga menganggur termasuk ke dalam golongan rumah tangga miskin. Kecamatan Padangsidimpuan Utara memiliki persentase lebih besar yaitu
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 66 persen rumah tangga dengan kepala keluarga menganggur di kecamatan ini termasuk ke dalam golongan rumah tangga miskin. Hal ini
memperlihatkan bahwa di dua kecamatan ini, status pekerjaan kepala keluarga menganggur berpengaruh terhadap status rumah tangga dinyatakan miskin.
Hampir di seluruh kecamatan di Kota Padangsidimpuan kecuali di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan rumah tangga dengan kepala keluarga bekerja
cenderung tergolong ke dalam rumah tangga tidak miskin. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan memiliki persentase tertinggi rumah tangga dengan
kepala keluarga bekerja yang termasuk ke dalam rumah tangga tidak miskin, yaitu sebesar 92,8 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa di Kota Padangsidimpuan,
status pekerjaan kepala keluarga bekerja berpengaruh positif terhadap suatu rumah tangga tergolong ke dalam rumah tangga tidak miskin.
Hal ini dapat dilihat dari hasil uji nilai Chi-Square yang menunjukkan adanya korelasi antara status pekerjaan kepala keluarga dengan tingkat kemiskinan rumah
tangga.
Tabel 4.16 Kaitan antara Status Kemiskinan dan Status Pekerjaan di Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 persen
Kecamatan Nilai Chi-
Square P-Value
Koefisien Korelasi
Padangsidimpuan Hutaimbaru 3,592
0,058 0,027
Padangsidimpuan Batunadua 1,590
0,207 0,021
Padangsidimpuan Tenggara 0,620
0,431 0,017
Padangsidimpuan Selatan 1,733
0,188 0,020
Padangsidimpuan Utara 0,061
0,805 0,003
Keterangan : nyata pada taraf lima persen
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Implikasi Kebijakan Karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan setiap kecamatannya
menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat dari masih banyaknya rumah tangga miskin yang memiliki kondisi tempat tinggal yang tidak
layak, pendidikan kepala keluarga yang masih rendah, dan daya beli yang masih rendah.
Karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di tiga Kota Padangsidimpuan berbeda-beda. Karakteristik yang membedakan rumah
tangga miskin di beberapa kecamatan di Kota Padangsidimpuan adalah kepemilikan aset, luas lantai bangunan tempat tinggal, frekuensi pembelian
pakaian baru dalam setahun, jenis dinding bangunan tempat tinggal, sumber penerangan, jenis pekerjaan, kemampuan berobat, dan frekuensi makan dalam
sehari. Karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan
adalah kepemilikan
aset, kemampuan
membayar untuk
berobat ke
PuskesmasPoliklinik, jenis pekerjaan, jenis dinding, luas lantai bangunan tempat tinggal, fasilitas buang air besar, dan frekuensi makan dalam sehari. Karakteristik
yang membedakan rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah kepemilikan aset, jenis pekerjaan, sumber penerangan, kemampuan membayar
untuk berobat ke PuskesmasPoliklinik, frekuensi makan dalam sehari, luas lantai, jenis lantai, dan jenis dinding.
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka beberapa implikasi kebijakan yang dapat diajukan, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, dengan daya beli
yang meningkat maka akan menyelaraskan akses masyarakat terhadap sarana pendidikan dan kesehatan. Cara yang menjadi prioritas untuk meningkatkan daya
beli masyarakat adalah dengan kursus dan pelatihan maupun dengan pemberian bantuan berupa sarana produksi pertanian. Kursus dan pelatihan berguna untuk
meningkatkan keterampilan masyarakat sehingga dapat memenuhi kualifikasi kerja yang diharapkan.
2. Memperbanyak Pembangunan Infrastruktur Pembangunan infrastruktur ditujukan untuk mengurangi pengeluaran masyarakat
dalam mengakses sarana pelayanan umum akibat kurangnya fasilitas yang tersedia. Infrastruktur yang dapat dibangun antara lain sarana transportasi,
komunikasi, dan permodalan yang dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses pelayanan umum.
3. Meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja Peningkatan penyerapan tenaga kerja dapat dilakukan melalui mengembangkan
kesepakatan dengan investor-investor di Kota Padangsidimpuan untuk menggunakan tenaga kerja lokal. Selain itu, peningkatan penyerapan tenaga kerja
juga dapa dilakukan dengan memanfaatkan program CSR Corporate Social Responsibility dari perusahaan menengah dan besar untuk meningkatkan
keterampilan dan pengembangan sektor usaha kecil, mikro atau rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN