dikembangkan secara non sistematis, dan terus menerus sebagai respon pada lingkungan yang sedang berubah.
51
Lingkup pengetahuan tradisional mencakup pengetahuan, pertanian, pengetahuan ilmiah, pengetahuan teknis, pengetahuan ekologis, pengetahuan
medis termasuk obat-obatan dan tindakan medis yang terkait, pengetahuan yang terkait dengan keanekaragaman hayati, ekspresi cerita rakyat dalam bentuk musik,
tarian, nyanyian, kerajinan tangan, nama-nama, indikasi geografis, dan simbol- simbol, serta benda-benda budaya yang dapat bergerak. Tidak termasuk dalam
lingkup pengetahuan tradisional adalah item-item yang tidak disebabkan oleh kegiatan
intelektual dalam
bidang-bidang industri
ilmiahpengetahuan, kesusastraan atau bidang artistik seperti fosil manusia, bahasa secara umum.
Lingkup pengetahuan tradisional terdiri dari informasi pada penggunaan biologi dan bahan-bahan lainnya bagi pengobatan medis dan pertanian, proses
produksi, desain, literatur, musik, upacara adat, dan teknik-teknik lainnya serta seni. Termasuk di dalamnya informasi tentang fungsi dan karakter estetika yang
proses dan produknya dapat digunakan pada pertanian dan industri, seperti nilai budaya yang tidak berwujud.
52
H. Pengaturan Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Motif Ulos Batak
Hukum Hak Cipta bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para Pencipta yang dapat terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programmer
51
Intergovernmental Committee on Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore, WIPOGRTFKIC39,20, hlm. 11, diakses tanggal 2
Desember 2015.
52
Budi Agus Riswandi, Op.cit., hlm 29
Universitas Sumatera Utara
computer dan sebagainya. Hak-hak para Pencipta ini perlu ilindungi dari perbuatan orang lain yang tanpa izin mengumumkan atau memperbanyak karya
cipta Pencipta. Pada dasarnya, Hak Cipta adalah sejenis kepemilikan pribadi atas suatu Ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta sebuah buku, Anda
hanya membeli hak untuk menyimpan dan meminjamkan buku tersebut sesuai keinginan Anda. Buku tersebut wujud benda berupa buku. Namun, ketika Anda
membeli buku ini, Anda tidak membeli Hak Cipta.
53
Kreasi seni sebagaimana ketentuan pengaturan hak cipta. Pengaturan saat ini mengenai hak cipta adalah UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Yang dimaksudkan Hak Cipta adalah Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklatarif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan Pasal 1 butir 1 UU No. 28 Tahun 2014. Hak ini
memberikan perlindungan khusus kepada pencipta atas karyanya ciptaanya dalam lapangan ilmu, seni, dan sastera. Perlindungan hak cipta timbul bukan
karena pendaftarannya melainkan karena pengumuman pertama kali. Dinyatakan pula bahwa Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 2 ayat 1. Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi
53
Edy Damian,Op.cit., hlm 112
Universitas Sumatera Utara
pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
Pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan
menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan
kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun.
Prinsip-prinsip Hak cipta meliputi: 1 yang dilindungi hak cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli, 2 hak cipta timbul dengan sendirinya otomatis, 3
suatu ciptaan tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta, 4 hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum yang harus
dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan, 5 hak cipta bukan hak mutlak.
54
Ciptaan ialah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Pasal 1 butir 2 UU No. 28 Tahun 2014
Adapun ciptaan yang dilindungi meliputi Pasal 40 ; 1.
Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
54
Eddy Damian. Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional. Bandung: Alumni, 1999, hlm 106
Universitas Sumatera Utara
3. Alat peraga yang digunakan untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; 4.
Lagu dan atau musik dengan atau tanpa teks; 5.
Drama , drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; 6.
Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
7. Karya seni terapan;
8. Karya arsitektur;
9. Peta;
10. Karya seni batik atau seni motif lain;
11. Karya fotografi;
12. Potret;
13. Karya sinematografi.
14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; 15.
Terjemahan, adaptasi, arnsemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
16. Kompilasi ciptaan atau data,baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program computer maupun media lainnya; 17.
Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
18. Permainan video; dan
19. Program computer.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan kepemilikan hak cipta penting pengertian mengenai pencipta. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara sendiri sendiri atau
bersama-sama mengasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Pengertian tersebut sebagai orang pertama yang mencipta suatu ciptaan
yang memiliki hak penciptahak cipta, sebagai pencipta pertama. Penjelasan siapa yang menjadi pencipta pertama sebagai berikut:
55
1. Seorang individu dapat secara mandiri menjadi pencipta pertama suatu ciptaan
dengan cara menciptakan suatu ide dan mewujudkannya secara materiil. 2.
Seorang majikan dapat menyuruh pegawainya yang bekerja penuh padanya untuk membuat suatu ciptaan berdasarkan perintah kerja, dalam hal yang
demikian si majikan adalah pencipta pertama yang diperintahkan kepada pekerjanya.
3. Dua atau lebih orang atau badan hukumusaha dapat menjadi pencipta
bersama dari suatu ciptaan pertama. Dalam UU Hak Cipta penguraian mengenai pencipta ditentukan dalam Pasal 31 s.d. Pasal 37. Kreasi seni juga
dapat dilihat sebagai bagian dari pengetahuan tradisional. Upaya-upaya yang perlu dilakukan di Indonesia untuk pengaturan perlindungan pengetahuan
tradisional. Posisi Indonesia mengenai masalah perlindungan dan pemanfaatan Pengetahuan Tradisional sampai dengan saat ini belum tegas. Indonesia hanya
mengaturnya secara umum di dalam Pasal 38 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai berikut:
a. Hak cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara.
55
Ibid
Universitas Sumatera Utara
b. Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi
budaya tradisonal sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Di dalam Penjelasan Pasal 38 ayat 1 tidak ada keterangan mengenai apa
yang dimaksud dengan ekspresi budaya internasional. Sementara itu, di dalam Penjelasan Pasal 38 ayat 2 hanya disebutkan bahwa tujuan ketentuan ini adalah
untuk mencegah tindakan pihak asing yang dapat merusak nilai kebudayaan dimaksud. Dengan melihat penjelasan tersebut, artinya Indonesia bahkan belum
memiliki definisi yang diterima secara umum mengenai Pengetahuan Tradisional, atau paling tidak suatu pemahaman bersama mengenai jenis kekayaan intelektual
tersebut. Sebagaimana diketahui, dalam hukum Indonesia tidak mungkin mengatur
sesuatu jika
sesuatu itu
sendiri belum
jelas bentuknya.
Terlepas dari siapa yang menciptakan, sebenarnya HKI juga sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia berdasarkan beberapa alasan.
Pertama, adalah logis jika seseorang atau sekelompok orang yang menciptakan sesuatu yang bermanfaat dihargai baik secara moral maupun
finansial karena mungkin telah mengeluarkan tenaga dan biaya yang sangat besar bahkan
tidak jarang
dalam proses
penemuan sesuatu,
seseorang memepertaruhkan hidupnya seperti yang dilakukan oleh Wright bersaudara saat
menguji penemuan mereka, yaitu pesawat terbang bermesin pertama di dunia. Kedua, HKI mendorong berkembangnya budaya sportif dan kreatif karena
menghargai karya orang lain.
56
56
Edi Sediawati, “Warisan Tradisi, Penciptaan, dan Perlindungan”. Media HKI, Vol. IINo.5Oktober 2005. hlm 6
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, HKI dapat mendorong rasa kebanggaan terhadap diri seseorang atau suatu masyarakat, bahkan bangsa, yang akan mendorong semangat untuk
meningkatkan kualitas dari ciptaan yang mereka hasilkan. Sebagai contoh, Indonesia tentu merasa bangga sebagai bangsa Indonesia jika misalnya kain Ulos
digunakan di berbagai negara, walaupun Indonesia sendiri bukan bagian dari suku Batak. Keempat, berkaitan dengan Pengetahuan Tradisional dan Folklor, sistem
HKI dapat mencegah pemanfaatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai komersial dari masyarakat pemilik HKI dimaksud, misalnya nilai-nilai kepercayaan atau
tradisi. Kelima, HKI dapat mencegah terjadinya kesenjangan kesejahteraan antara pemilik Pengetahuan Tradisional dan Folklor dengan pihak-pihak yang
memperoleh keuntungan sangat besar karena memanfaatkan kekayaan intelektual dimaksud. Di masa mendatanag, kesenjangan tersebut akan dapat memancing
timbulnya provokasi dan konflik sosial antar anggota masyarakat. Penguatan perlindungan atas seni batik Indonesia melalui Hak Cipta sudah
mulai digalakkan. Hal ini berawal dari kasus pembajakan oleh Malaysia. Pemerintah Indonesia bereaksi dengan mendata berbagai corak batik khas
Indonesia lalu mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di Medan. Kini, puluhan corak batik asal Indon
esia telah “diamankan” melalui perlindungan Hak Cipta, termasuk ulos asal Batak Toba.
1. Milik bersama
Hukum Hak Cipta nasional sekarang telah melakukan terobosan dengan memungkinkan pemerintah mengambil alih pengelolaan hak untuk kepentingan
pencipta yang tidak diketahui identitasnya, jangka waktu perlindungannya juga
Universitas Sumatera Utara
rawan perdebatan. Alhasil, ulos, jika tampil murni sebagai karya tradisional tanpa “sentuhan baru” dari individu yang masih hidup, juga adalah kekayaan tradisional
yang sudah jadi milik bersama. Inilah yang membuat perlindungan Hak Cipta yang kini berlaku bisa saja bicara, tetapi tidak banyak.
2. Hak Moral
Hak Cipta juga meliputi Hak Moral. Hak Moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi si Pencipta. Hak Moral tercantum dalam
Konvensi Bern dengan Malaysia dan Indonesia terikat di dalamnya. Hak Moral bukan hak ekonomi, tetapi ada untuk melindungi integritas ciptaan serta hak
pencipta untuk tetap dicantumkan namanya, sekalipun ia sudah tidak lagi memiliki hak untuk menerima keuntungan ekonomi dari ciptaannya. Menurut
Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki sorang pencipta itu meliputi:
a. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.
b. Larangan mengubah judul.
c. Larangan mengubah penentuan pencipta.
d. Hak untuk mengadakan perubahan.
3. Hak atas Indikasi Asal
Potensi perlindungan lain yang ditawarkan hukum, yakni perlindungan terhadap tanda, nama atau indikasi asal suatu barang, yang disebut perlindungan
Indikasi Asal. Perlindungan ini terdapat dalam Perjanjian Paris untuk Perlindungan Hak Kekayaan Industrial 1883 The Paris Convention for
Universitas Sumatera Utara
Protection of Industrial Property of 1883. Perjanjian Paris melarang setiap barang beredar dengan menggunakan Indikasi Asal yang salah atau menyesatkan.
Dalam hukum nasional Indonesia, Indikasi Asal sebetulnya juga telah diatur. Sayangnya, pengaturannya hanya merupakan bagian kecil dari UU No. 15 Tahun
2001 tentang Merek. Itu membuat penafsiran umum yang sempit di kalangan pakar hukum nasional, jika ada pembicaraan soal Indikasi Asal, pasti yang
dibicarakan “hanyalah” sejenis merek dagang seperti Nike, Channel atau Prada. Indikasi Asal diartikan sebagai bagian dari Indikasi Geografis dalam arti luas,
hanya saja belum didaftar, sejarah dan akar budaya setempat, termasuk tradisi pembuatannya, justru adalah salah satu syarat utama perlindungan, di samping
faktor alamiah lainnya. Kekayaan tradisional juga merupakan Hak Kebudayaan. Menurut
Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang telah diratifikasi Indonesia, Hak Kebudayaan adalah Hak Asasi. Hak Kekayaan Intelektual bisa
dikatakan sebagai bagian dari Hak Kebudayaan karena kesamaan objek. Apalagi, jika objek itu juga sudah jelas terkait dengan Hak Atas Identitas, yakni sebagai
salah satu faktor penentu identitas kultural. Menariknya, penegakan Hak Kebudayaan sebagai hak kolektif menuntut peran aktif pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL HKI ULOS BATAK
D. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hak Cipta Atas Ulos Batak Menurut Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014
Pelanggaran hak cipta timbul jika ada pihak lain yang melaksanakan apa yang menjadi hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta secara tanpa izin.
Selain itu secara a contrario juga bisa dianggap ada pelanggaran jika pihak lain melanggar norma pembatasan limitation atau pengguna wajar fair dealing.
Pada dasarnya pelanggaran hak cipta dapat dikategorikan menjadi pelanggaran langsung direct infringement, pelanggaran atas dasar kewenangan authorization
of infringements dan pelanggaran tidak langsung indirect infringement. Pelanggaran langsung dapat berupa tindakan mereproduksi dengan meniru
karya asli. Meski hanya sebagian kecil karya asli yang ditiru, jika merupakan substantial part adalah pelanggaran dalam hal ini ditetapkan oleh pengadilan.
Pelanggaran atas dasar kewenangan authorization infringement ini tidak dapat dipermasalahan sisi pelanggaran an sich itu sendiri, tetapi penekannnya pada
siapa yang akan bertanggung jawab who is liable. Pada hakikatnya hal ini untuk menyakinkan bahwa si pencipta atau pemegang hak cipta akan mendapat
kompetensi yang layak.
Universitas Sumatera Utara