45
BAB III PENGETAHUAN TRADISIONAL DALAM PENGATURAN HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL
E. Hak Cipta Merupakan Bagian dari Hak Kekayaan Intelektual
Pengertian baku dari hak cipta telah diatur dalam Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta: “Hak Cipta adalah Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklatarif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan
”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak
kebendaan yang bersifat eksklusif yang timbul secara otomatis bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu karya atau ciptaannya di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra. Sebagai suatu hak kebendaan pada umumnya.
39
Hak eksklusif yang terkandung dalam hak cipta merupakan hak atas ciptaan yang tidak hanya bersifat industrialis, tetapi juga monopolistik. Namun,
berbeda dengan hak monopoli di bidang paten yang bersifat absolut. Pemegang hak cipta hanya berhak membatasi pihak lain untuk meniru, memperbanyak,
mengumumkan, atau menyewakan ciptaannya secara tanpa hak.
40
Awal mulanya hak cipta diatur menurut Auteurswet Staatsblad 1912 Nomor 600, kemudian diubah dan diganti dengan Undang-Undang RI Nomor 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15,
39
Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia: Analisis Teori dan Praktik. 2012. Penerbit: PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 61
40
Ibid. hlm 62
Universitas Sumatera Utara
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3217, yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1982, kemudian diubah dengan Undang-Undang RI
Nomor 7 Tahun 1987 Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3362, disahkan dan diundangkan di Jakarta pada
tanggal 19 September 1987, yang diubah lagi dengan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 2
9, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2679, disahkan dan diundangkan pada tanggal 7 Mei 1997, diubah kembali menjadi Undang-Undang RI Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4220, yang disahkan dan diundangkan di
Jakarta pada tanggal 29 Juli 2002, selanjutnya disebut Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 UU No. 19 Tahun 2002, dan terakhir diubah dengan Undang-
Undang Negara RI Nomor 28 Tahun 2014 UU No. 28 tahun 2014 yang disahkan pada tanggal 16 Oktober 2014 Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 266,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5599. Kata “hak cipta” merupakan kata
majemuk yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti “kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh Undang
- Undang”.
Sedangkan kata “cipta” menyangkut daya kesanggupan batin pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, terutama di lapangan kesenian.
41
Istilah Hak Cipta merupakan pengganti Auteursrechts atau Copyrights yang kandungan
artinya lebih tepat dan luas, istilah Auteursrechts sendiri disadur dari istilah
41
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010
Universitas Sumatera Utara
bahasa Belanda yang mempunyai arti hak pengarang. Secara yuridis, istilah Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982 sebagai
pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Bab I, Ketentuan
Umum, tentang Hak Cipta memberikan pengertian bahwa:
42
“Hak Cipta adalah Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklatarif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan
” Pasal 1 ayat 1 UUHC.
“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas
dan pribadi ” Pasal 1 ayat 2 UUHC. “Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di
bidang ilmu pengetahuan seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata ” Pasal 1 ayat 3 UUHC. “Pemegang Hak
Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak
dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah” Pasal 1 ayat 4 UUHC. “Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia” Pasal 1 ayat 10
UUHC .“Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau
pemilik hak terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu
” Pasal 1 ayat 20 UUHC.
42
Undang-Undang Hak Cipta, Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1 2 3 4 dan 14
Universitas Sumatera Utara
Landasan filosofi HKI dimulai sejak dikemukakannya ide penghargaan bagi pencipta atau penemu atas kreasi intelektual mereka yang berguna bagi
masyarakat dalam politik Aristotie pada masa abad ke-4 SM.1
43
Hak Kekayaan Intelektual HKI atau yang disebut Intellectual Property Rights IPR telah menjadi materi perhatian yang sangat penting. Karya-karya
intelektual memang member kontribusi yang besar bagi kemajuan masyarakat, termasuk di bidang ekonomi, sehingga para inventor dan kreator patut mendapat
penghargaan melalui hak intelektualnya. Kemudian, perlunya perlindungan HKI tidak lagi sebatas kehendak individu pemilik HKI itu,tetapi sudah terkait dengan
kepentingan negara. HKI ternyata berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang pada akhirnya berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat.
Selama bertahun-tahun, para ahli ekonomi telah mencoba untuk memberikan penjelasan mengenai mengapa sebagian perekonomian negara
berkembang dengan pesat sedangkan sebagian lagi tidak. Secara umum, disepakati bahwa ilmu pengetahuan dan invensi memegang peranan penting
dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Banyak negara di dunia ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat karena keberhasilannya memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemudian mampu menggelorakan industri kreatif.
44
43
Anthony D. Amato and Doris Estetle Long, International Intellectual Property Anthology, Anderson Publishing, Cincinnati, 1996, hlm 25-26
44
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Dan Lembaga Manajemen Kolektif, 2011, hlm. 1-2
Universitas Sumatera Utara
Hak Cipta diundangkan sejak zaman Belanda yaitu melalui Auters Wet Tahun 1912 Staatsblad No.600, pada mulanya merupakan perlindungan hukum
yang diberikan pada seorang pengarang.
45
Pengaturan hukum nasional mengenai Hak Cipta sebagai berikut: a.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982; b.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987; c.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997; d.
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002; dan e.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Pengaturan hukum internasional mengenai hak cipta antara lain:
1 Konvensi Bern 1886;
2 Konvensi Hak Cipta Universal 1955;
3 Konvensi Roma 1961;
4 Konvensi Jenewa 1971;
5 Konvensi Brussel 1974;
6 Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan GATT yang dikaitkan
dengan TRIPs 1994; 7
WIPO Copyright Treaty WCT Tahun 1996 diratifikasi Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
WIPO Performances and Phonograms Treaty WPPT Tahun 1996, diratifikasi Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004.
46
World
45
Suhardo, Etty S., Implikasi Undang-Undang No.19 Tahun 2002 bagi Pengguna Hak Cipta , Makalah disampaikan pada Seminar Nasional menyikapi Problematika Hak Cipta dalam
Dunia Usaha: Implementasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Semarang, 11 Desember 2003, hlm 3
Universitas Sumatera Utara
Intellectual Property Organization WIPO memberikan pengertian tentang Hak Cipta sebagai berikut:
“Hak Cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hakhak yang diberikan pada pencipta untuk karya-karya mereka
dalam bidang seni dan sastra.” Pasal 1 Austersweet 1912 menyebutkan:
“Hak Cipta adalah hak tunggal daripada pencipta, atau hak dari yang mendapatkan hak tersebut atas hasil ciptaanya dalam lapangan kesusasteraan,
pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan undang-
undang.” Pasal V Universal Copyright Convention menyatakan:
“Hak cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk
membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini .” Undang-Undang
No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta pengertian hak cipta dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa :
“Hak Cipta adalah Hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklatarif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.”
Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan di atas, maka hak cipta dapat didefinisikan sebagai suatu hak monopoli untuk memperbanyak atau
mengumumkan ciptaan yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta
46
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual “Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hlm 14-15.
Universitas Sumatera Utara
lainnya yang dalam implementasinya memperhatikan pada peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Menurut ketentuan Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014, ciptaan yang dilindungi itu terdiri dari:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain; b.
Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya; c.
Alat peraga yang digunakan untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama , drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g.
Karya seni terapan; h.
Karya arsitektur; i.
Peta; j.
Karya seni batik atau seni motif lain; k.
Karya fotografi; l.
Potret; m.
Karya sinematografi. n.
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
Universitas Sumatera Utara
o. Terjemahan, adaptasi, arnsemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional; p.
Kompilasi ciptaan atau data,baik dalam format yang dapat dibaca dengan program computer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli; r.
Permainan video; dan s.
Program computer. Di samping ciptaan di atas yang dilindungi ada lagi beberapa ciptaan yang
dipegang oleh negara, sebagaimana dituangkan dalam ketentuan Pasal 38 ayat 1, 2, 3 dan 4, Undang
–undang Hak Cipta yang menyatakan: a.
Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara; b.
Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekpresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
c. Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat
1 harus memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak cipta yang dipegang oleh Negara atas
ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Setelah diuraikan diatas ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta adapun hasil karya ciptaan yang tidak dilindungi Hak Cipta sebagaimana dituangkan
dalam ketentuan Pasal 41 Undang-undang Hak Cipta,
Universitas Sumatera Utara
Hasil Karya yang tidak dilindungi Hak Cipta meliputi : a.
Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata; b.
Setiap ide, prosedur, system, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan,
dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan c.
Alat, benda, atau produk yang ciptaan hanya untuk menyelesaikan masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan
fungsional. Pasal 58 ayat 1 UU No. 28 tahun 2014, terhadap ciptaan-ciptaan yang
orisinil, jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tujuh puluh tahun setelah Pencipta meninggal
dunia, terhitung mulai tanggal 1 januari tahun berikutnya. Untuk ciptaan-ciptaan berdasarkan pada ayat 1 yang dimiliki oleh dua orang atau lebih, Pelindungan
Hak Cipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung 70 tujuh puluh tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 januari tahun berikutnya. Pasal 59
UU No. 28 tahun 2014 mengatur tentang jangka waktu perlindungan hak cipta terhadap ciptaan-ciptaan derivatif, dimana ciptaan yang terdapat pada pasal ini
berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama dilakukan pengumuman dan pada ayat 2 ditegaskan bahwa Pelindung Hak Cipta atas Ciptaan berupa Karya
Seni terapan berlaku selama 25 dua puluh lima tahun sejak pertama kali dilakukan pngumuman, dan Pasal 60 UU No. 28 tahun 2014 mengatur tentang
jangka waktu perlindungan hak cipta atas ciptaan yang dipegang oleh Negara adapun hak cipta atas ekspresi budaya tradisional berlaku tanpa batas, hak cipta
Universitas Sumatera Utara
atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui sebagaimana dimaksud Pasal 39 ayat 1 dan ayat 3 berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak ciptaan tersebut
pertama kali dilakukan pengumuman, dan Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pengumuman sebagaimana dimaksud
dalam pasal 39 ayat 2 berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman,
Pada prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, jadi tidak ada keharusan bagi pencipta untuk mendaftarkan Ciptaannya, namun apabila
terjadi sengketa di Pengadilan mengenai Ciptaan yang terdaftar dan yang tidak terdaftar, hakim dapat menentukan Pencipta yang sebenarnya berdasarkan
pembuktian yang nyata.
F. Jenis-Jenis Ulos