Tujuan dan Asas-asas dalam Hukum Asuransi

terjadi hal-hal yang mengakibatkan kerugian, misalnya pada asuransi kebakaran gudang yang diasuransikan terbakar. 2. Pada asuransi jiwa jumlah uang ganti kerugian telah ditetapkan terlebih dahulu Pasal 305 KUHD. Pada asuransi kerugian bahwa jumlah ganti kerugian dihitung dengan membandingkan harga barang yang rusak sebagai akibat hilang atau terbakar dengan harga barang sebelum timbul kehilangan atau kebakaran. 26 KUHD di dalam asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X dari Pasal 302-Pasal 308 KUHD.Jadi hanya 7 tujuh pasal.Setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Pasal 302 KUHD menyatakan bahwa “jiwa seseorang dapat, guna keperluanseorang yangberkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.

B. Tujuan dan Asas-asas dalam Hukum Asuransi

Tujuan utama dari asuransi ialah mengalihkan resiko yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak pasti, yang tidak diharapkan terjadinya itu kepada orang lain yang mengambil resiko itu, untuk mengganti kerugian. Oleh karena itu, selama tidak ada kerugian, penanggung tidak akan membayar ganti kerugian kepada tertanggung. 27 Hakikatnya pada setiap orang akan selalu mengahadapi suatu risiko baik terhadap dirinya maupun harta bendanya, yang disebut risiko adalah kewajiban menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat suatu peristiwa diluar kesalahannya yang menimpa diri atau benda yang menjadi miliknya. Persoalan risiko ini berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu 26 Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hal. 280 27 Ibid., hal. 279 Universitas Sumatera Utara pihak yang telah mengadakan perjanjian, sehingga yang menjadi tujuan asuransi adalah sebagai tujuan ganti rugi. 28 1. Teori Pengalihan Resiko Asuransi sebenarnya memiliki tujuan-tujuan utama yanghendak dicapai. Tujuan- tujuan tersebut antara lain: Menurut teori pengalihan resiko, risk transfer theory, tertanggung menyadari bahwa ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Jika harta kekayaan atau jiwanya terancam, dia akan menderita kerugian atau korban jiwa atau cacat raga. Untuk mengurangi atau menghilangkan beban resiko tersebut, pihak tertanggung berusaha mencari jalan bila ada pihak lain yang bersedia mengambil alih beban resiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi yang disebut dengan premi. Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan resiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi penanggung sejak saat itu resiko beralih kepada pihak penanggung.” 2. Pembayaran Ganti Kerugian Tidak terjadinya peristiwa dalam hal ini yang menimbulkan kerugian, maka tidak ada masalahnya terhadap resiko yang ditanggung oleh penanggung. Dalam praktiknya tidak selamanya bahaya yang mengancam itu sungguh-sungguh akan terjadi. Ini merupakan kesempatan kepada penanggumg mengumpulkan premi dari tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya. Suatu ketika jika peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi, yang menimbulkan kerugian, maka kepada tertanggung akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransi dengan demikian, tertangung mengadakan asuransi bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti kerugian yang dideritanya 3. Pembayaran Santunan Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas sukarela antara penanggung dengan tertanggung voluntary insurance.Akan tetapi, undang – undang mengatur asuransi yang bersifat wajib compulsory insurance, artinya, tertanggung terikat dengan penanggung karena undang – undang, bukan karena perjanjian.Asuransi jenis ini disebut dengan jenis asuransi sosial social security insurance.Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh. 4. Kesejahteraan Anggota Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan membayar kontribusi iuran kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu berkedudukan sebagai penanggung.Sedangkan anggota pekumpulan bertindak sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau kematian bagi anggota tertanggung, perkumpulan akan membayarkan sejumlah uang kepada anggota tertanggung yang bersangkutan. 29 28 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hal. 6 29 Ibid. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Pasal 1 KUHD, ketentuan umum perjanjian asuransi dalam KUHPerdata dapat berlaku pula dalam perjanjian khusus. Dengan demikian, perusahaan asuransi penanggung dan pemegang polis tertanggung harus tunduk pada beberapa ketentuan dalam KUH Perdata, termasuk asas-asas yang terdapat dalam KUH Perdata. 30 Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Dengan bunyi Pasal 1313 KUHPerdata, maka timbul suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Maksudnya, bahwa hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan, sedangkan kewajiban merupakan beban. 31 30 Tuti Rastuti, Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011, hal. 32 31 Burhanudin Ali SDB Nathaniela Stg, 60 Contoh Perjanjian Kontrak, Jakarta: Hi- Fest Publishing, 2009, hal. 14 Berdasarkan hukum perdata Indonesia, bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk mengadakan perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, ketertiban umum dan kesusilaan yang baik.Hal ini sebagaimana telah disebut oleh Pasal 1338 KUHPerdata menyebutkan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya.” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa suatu perjanjian yang telah disepakati dan mempunyai kekuatan hukum, maka perjanjian tersebut terkandung beberapa asas-asas, yaitu: 1. Asas Konsensualitas Perjanjian terjadi ketika ada sepakat, hal ini dapat dilihat dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. 2. Asas Kebebasan Berkontrak Setiap orang bebas untuk membuat perjanjian apa saja asal tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang. Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup: a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian. b. Kebebasan untuk memilihi pihak dengan siapa ia membuat perjanjian. c. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia membuat perjanjian. d. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya. e. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian. f. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian. g. Kebebasan untuk menerima atau menyimpan ketentuan undang-undang yang bersifat opsional optional. 32 3. Asas Pacta Sunservanda Perjanjian yang dibuat secara sah berlakunya sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya 4. Asas Itikad Baik Dibedakan dalam pengertian subyektif dan obyektif. Pengertian Subyektif adalah kejujuran dari pihak terkait dalam melaksanakan perjanjian, sedangkan pengertian 32 Rudyanti Dorotea Tobing, Hukum Perjanjian Kredit, Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi Yang Berasaskan Demokrasi Ekonomi, Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2014, hal. 78 Universitas Sumatera Utara obyektif bahwa perjanjian tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 33 1. Prinsip Kepentingan yang dapat Diasuransikan Insurable Interest Beberapa prinsip yang ada menjadi pedoman dalam mengadakan perjanjian asuransi.Prinsip-prinsip tersebut yaitu: Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan Inrusable Interest merupakan syarat mutlak untuk mengadakan perjanjian asuransi.Apabila pihak tertanggung atau pihak yang dipertanggungkan tidak memiliki kepentingan pada saat mengadakan perjanjian auransi, dapat menyebabkan perjanjian tersebut menjadi tidak sah atau batal demi hukum. 34 “Diharuskannya ada prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest dalam perjanjian asuransi dengan maksud untuk mencegah agar asuransi tidak menjadi permainan dan perjudian.Hal itu disebabkan, apabila sesorang yang tidak mempunyai kepentingan atas suatu objek tersebut, maka akibatnya tanpa menderita kerugian orang tersebut akan mendapat ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang tidak dikehendaki menimpa objek dimaksud.” 35 2. Prinsip Itikad Baik yang Sempurna Utmost Goodfaith Dalam Kontrak asuransi, itikad baik saja belum cukup tetapi dituntut yang terbaik dari itikad baik dari calon tertanggung. Hal ini dikarenakan tertanggung yang dinilai lebih memahami tentang objek yang akan dipertanggungkan, maka tertanggung harus mengungkapkan seluruh fakta material yang berkaitan objek pertanggungan tersebut secara akurat dan lengkap kepada Underwriter. 36 Menurut Gunanto, Prinsip itikad baik yang sempurna Utmost Good Faith menyangkut kewajiban yang harus dipenuhi para pihak sebelum kontrak ditutup dan bukan dipenuhi dalam rangka pelaksanaan kontrak yang sudah ditutup seperti itikad baik yang dimaksud Pasal 1338 KUH Perdata. 37 3. Prinsip Keseimbangan Indemnity Principle Penerapan prinsip keseimbangan Indemnity Principle dalam asuransi ini, sekaligus menjadi pembeda bahwa asuransi tidak sama dengan perjudian. Dalam perjudian tidak dikenal ganti rugi bagi yang kalah.Kerugian akibat kekalahan yang diderita dalam perjudian merupakan konsekuensi yang harus diterima. 38 Sedangkan dalam asuransi, ganti rugi merupakan suatu tujuan bahwa asuransi merupakan risk transfer mechanism.Mengalihkan atau membagi resiko yang kemungkinan akan diderita atau dihadapi tertanggung atas suatu peristiwa yang tidak dikehendaki dan belum pasti terjadi. Harapannya, beban financial tertanggung menjadi lebih pasti.Fixed Cost dalam bentuk premi.Namun, satu hal 33 H. R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 176 34 Ibid. 35 M. Suparman Sastrawidjaja, Op. Cit., hal. 16 36 Kun Wahyu Wardana, Op.Cit.,hal. 34 37 Gunanto, Asuransi Kebakaran di Indonesia, Tanggerang: Logos Wacana Ilmu, 2003, hal. 12 38 Kun Wahyu Wardana, Op.Cit.,hal. 38 Universitas Sumatera Utara yang perlu digarisbawahi dalam prinsip keseimbangan Indemnity Principle ini, bahwa tertanggung tidak diperkenankan untuk memperoleh keuntungan dari ganti rugi yang diberikan oleh penanggung. Besarnya ganti rugi yang diterima oleh tertanggung harus seimbang atau sama dengan kerugian yang dideritanya. 39 4. Prinsip sebab akibat Cause Proximate Principle Cause Proximate Principle merupakan salah satu prinsip penting dalam penyelesaian santunan.Dengan menggunakan prinsip ini, maka suatu peristiwa dapat ditentukan penyebabnya. Penggantian kerugian oleh perusahaan asuransi hanya akan dibayarkan apabila peristiwa yang dominan menimbulkan kerugian itu termasuk dalam jaminan polis asuransi yang bersangkutan. 40 5. Prinsip Subrogasi Subrogation Principle Prinsip Subrogasi diatur dalam Pasal 284 KUHD yang menyatakan bahwa “Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perubahan yang dapat merugikan hak si penaggung terhadap orang-orang ketiga itu.” Subrogasi merupakan peralihan hak dari tertanggung kepada penanggung untuk menuntut ganti rugi kepada pihak lain yang mengakibatkan timbulnya kerugian terhadap objek pertanggungan dari tertanggung sesaat setelah penanggung membayar ganti rugi tersebut kepada tertanggung sesuai jaminan polis. Tapi, suatu hal yang pelu diketahui, bahwa subrogasi hanya berlaku untuk contract of indemnity karena subrogasi mencegah tertanggung untuk mendapatkan penggantian lebih dari kerugian yang dideritanya. 41 6. Prinsip Kontribusi Contribution Principle Prinsip Kontribusi ini terjadi apabila ada asuransi berganda Double Insurance seperti yang tercantum dalam pasal 278 KUHD,yang menyatakan bahwa “apabila dalam satu-satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh berbagai penaggung telah diadakan penaggungan yang melebihi harga, maka mereka itu bersama-sama, menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka telah menandatangani polis tadi, memikul hanya harga sebenarnya yang dipertanggungkan.” 42 dengan jumlah pertanggungan yang ditutupinya.” “Apabila dalam suatu polis ditandatangani oleh beberapa penaggung, maka masingmasing penaggung itu menurut imbangan dari jumlah untuk mana mereka menandatangani polis, memikul hanya harga yang sebenarnya dari kerugian itu yang diderita oleh tertanggung. Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas objek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi. Prinsip kontribusi berarti bahwa, apabila penaggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penaggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding 43 39 Ibid. 40 Ibid.,hal. 39 41 Kun Wahyu Wardana, Op.Cit.,hal. 42 42 Tuti Rastuti, Op.Cit.,hal. 55 Universitas Sumatera Utara 7. Prinsip Mengikuti Keberuntungan Penanggung Pertama Follow The Fortune of the Ceding Company 8. Prinsip mengikuti keberuntungan penanggung pertama tidak boleh diartikan secara luas dan tanpa batas tanggun jawab penaggung ulang. Reasuransi dalam hal ini hanyalah terbatas pada klaim yang sah dan wajib dibayar oleh penaggung pertama sesuai dengan jumlah kerugian sekalipun berdasarkan teori dan praktik penanggung ulang dapat diminta untuk menyetujui penyelesaian klaim atas dasar kompromi. 44

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Asuransi