[Type text]
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT
HUKUM
A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi di Indonesia
Kata asuransi dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah Insurance yang artinya jaminan atau pertanggungan.
14
Sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah assurantie asuransi dan verzekering pertanggungan.
15
Perasuransian adalah istilah hukum legal term yang dipakai dalam perundang- undangan dan perusahaan perasuransian.Istilah perasuransian berasal dari kata
“asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.
16
“Alat sosial untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah yang memadai unit-unit yang terbuka terhadap resiko sehingga kerugian-kerugian
individu mereka secara kolektif dapat diramalkan.Kemudian, kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang bergabung itu.”
Menurut Mehr dan Cammack, mendefinisikan asuransi sebagai:
17
14
Aditya Bagus Pratama, Kamus Lengkap Bahasa Inggris, Surabaya: Pustaka Media, 2004, hal. 121
15
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resiko, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2000, hal. 1
16
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 6
17
H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Bankers Hand Book, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005, hal. 398
Menurut Willett, mendefinisikan asuransi sebagai “alat sosial untuk
menumpukkan dana guna mengatasi kerugian modal yang tak tentu yang dilaksanakan melalui pemindahan resiko dari banyak individu kepada seorang
Universitas Sumatera Utara
atau kelompok orang.
18
“Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup pengambil asuransi dengan penanggung, dimana penutup asuransi mengikatkan diri untuk
membayar sejumlah premi, sedangkan penanggung mengikatkan diri untuk membayar uang yang jumlahnya telah ditetapkan pada saat ditutupnya
pertanggungan kepada penikmat dan didasarkan atas hidup dan matinya seseorang yang ditunjuk.”
Menurut H.M.N Purwosutjipto, memberikan definisi atau pengertian asuransi sejumlah uang sebagai berikut:
19
“Asuransi atau verzekering adalah sebagai suatu pertanggungan yang melibatkan dua pihak, satu pihak sanggup menanggung atau menjamin, dan pihak lain akan
mendapat penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa, yang semula belum tentu akan terjadi atau
semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.” Menurut Wirjono Prodjodikoro mendefenisikan tentang asuransi atau verzekering
adalah sebagai berikut:
20
Menurut Abbas Salim, bahwa asuransi dipahami sebagai suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai substansi
kerugian kerugian yang belum pasti.
21
18
Ibid.
19
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2003, hal.10
20
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta: Penerbit Intermasa, 2000, hal.12
21
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Resik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hal.1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014Tentang Perasuransian menyatakan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan danatau didasarkan pada
hasil pengelolaan dana. Berdasarkan pengertian yang tersebut diatas dapat dipahami bahwa dalam
asuransi terdapat 4 empat unsur yang harus ada, yaitu: 1.
Perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua pihak tertanggung dan penanggung yang sekaligus terjadinya hubungan
keperdataan;
2. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung
kepada penanggung; 3.
Adanya ganti kerugian dari penaggung kepada tertanggung jika terjadi klain atau masa perjanjian selesai;
4. Adanya suatu peristiwa envenemenaccident yang belum tentu terjadi,
yang disebabkan karena adanya suatu risiko yang mungkin datang atau tidak dialami.
22
Secara umum, berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD pada
Buku I Bab IX Pasal 246 ditegaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorangtertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk menberikanpenggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangankeuntungan yang diharapkan, yang
22
A.Djazuli dan Yadi Janwari,Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat Sebuah Pengenalan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hal.119
Universitas Sumatera Utara
mungkin akan dideritanya karena suatuperistiwa yang tidak tentu. Beberapa hal yang ada, perlu dikemukakan lebih lanjut dari pengertian yang
diberikan oleh Pasal 246 KUHD tersebut diatas, antara lain: 1.
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan begitu ia harus tunduk pada ketentuan mengenai syarat sahnya perjanjian, Pasal
1320 KUHPerdata.
2. Perjanjian atau kontrak asuransi pada umumnya bersifat adhesif. Atinya
bahwa kontrak asuransi dibuat oleh perusahaan asuransi yang bersangkutan, dimana calon tertanggung tidak bisa mengajukan usul agar
perusahaan asuransi tersebut mengubah pasal yang menurutnya tidak sesuai dengan kehendak tertanggung.
3. Dalam suatu perjanjian asuransi, terdapat dua pihak, yaitu pihak
penanggung dan pihak tertanggung. Namun, dalam prakteknya, sering kali terjadi pihak tertanggung berbeda dengan pihak yang akan menerima
tanggungan jika terjadi kerugian atas sesuatu yang diasuransikan. Dengan demikian, dalam peristiwa ini terdapat tigak pihak, yaitu:
a.
Pihak penanggung, b.
Pihak tertanggung, c.
Pihak yang berhak menerima tanggungan. 4.
Dalam setiap perjanjian asuransi haruslah ditandai dengan adanya pembayran premi dari pihak tertanggung, sebagai salah satu tanda bahwa
para pihak khususnya pihak tertanggung setuju untuk diadakan perjanjian asuransi, “tak ada premi tak ada asuransi.”
5. Terjadinya perjanjian asuransi, dengan secara yuridis formal maka apabila
terjadi suatu peristiwa yang telah diperjanjikan dapat diadakan suatu claim, pihak penanggung akan memberikan ganti keugian.
23
Pasal 247 KUHD menyebutkan bahwa pertanggungan-pertanggungan itu antara
lain dapat mengenai, yaitu: 1.
Bahaya kebakaran. 2.
Bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum panen. 3.
Jiwa satu atau beberapa orang, 4.
Bahaya laut dan pembudakan, 5.
Bahaya yang mengancam pengangkutan di daratan, sungai dan perarian darat.
23
H. R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 397
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada Pasal 247 KUHD tersebut maka terdapat 2 dua jenis asuransi, yaitu:
1. Asuransi kerugian, yang meliputi asuransi kebakaran, asuransi pertanian,
asuransi laut, dan asuransi pengangkutan. 2.
Asuransi jiwa, yakni adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau
meninggalnya seorang yang dipertanggungkan.
24
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian, Pasal 1 angka 6
menyatakan bahwa usaha asuransi jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis,
tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau
pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan danatau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Purwosutjipto memberikan pengertian mengenai asuransi jiwa, yakni: Pertanggungan jiwa adalah perjanjian timbal balik antara penutup pengambil
asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup pengambil asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada
penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dari meninggalnya orang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu
yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup pengambil asuransi sebagai
penikmatnya.
25
1. Pada asuransi jiwa “peristiwa yang tak tertentu” terjadi, bila terjadi
kematian dalam tenggang waktu yang lebih singkat dari pada waktu yang disebutkan dalam polis. Pada asuransi kerugian “peristiwa yang tak
tertentu” terjadi bila pada masa tenggang waktu yang tersebut dalam polis Perbedaan pokok dari dua jenis asuransi yang tersebut diatas adalah sebagai
berikut:
24
Bagus Irawan, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan, Perusahaan, dan Asuransi, Bandung: Penerbit Alumni, 2007, hal. 5
25
Abdulkadir Muhammad ,Op.Cit, hal. 195
Universitas Sumatera Utara
terjadi hal-hal yang mengakibatkan kerugian, misalnya pada asuransi kebakaran gudang yang diasuransikan terbakar.
2. Pada asuransi jiwa jumlah uang ganti kerugian telah ditetapkan terlebih
dahulu Pasal 305 KUHD. Pada asuransi kerugian bahwa jumlah ganti kerugian dihitung dengan membandingkan harga barang yang rusak
sebagai akibat hilang atau terbakar dengan harga barang sebelum timbul kehilangan atau kebakaran.
26
KUHD di dalam asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X dari Pasal 302-Pasal
308 KUHD.Jadi hanya 7 tujuh pasal.Setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, asuransi jiwa bahkan dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga.
Pasal 302 KUHD menyatakan bahwa “jiwa seseorang dapat, guna keperluanseorang yangberkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama
hidupnya jiwa itu, baik untuk suatu waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.
B. Tujuan dan Asas-asas dalam Hukum Asuransi