7. Prinsip Mengikuti Keberuntungan Penanggung Pertama Follow The
Fortune of the Ceding Company 8.
Prinsip mengikuti keberuntungan penanggung pertama tidak boleh diartikan secara luas dan tanpa batas tanggun jawab penaggung ulang.
Reasuransi dalam hal ini hanyalah terbatas pada klaim yang sah dan wajib dibayar oleh penaggung pertama sesuai dengan jumlah kerugian sekalipun
berdasarkan teori dan praktik penanggung ulang dapat diminta untuk menyetujui penyelesaian klaim atas dasar kompromi.
44
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Asuransi
Perjanjian asuransi, maka adanya penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan resiko yang telah diasuransikan kepada tertanggung, sedangkan
tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung.
45
Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian khusus karena diatur tersendiri didalam KUHD, namun dalam hal yang menyangkut mengenai perjanjian,
mengenai syarat sahnya dan ketentuan-ketentuan hukum lainnya maka perjanjian asuransi harus tunduk pada hukum perjanjian yang sebagaimana diatur oleh Kitab
Undang-undang Hukum Perdata KUHPerdata.
46
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Adapun yang harus diperhatikan dalam KUHPerdata terkait dengan perjanjian asuransi, seperti Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur syarat-syarat sahnya
dalam suatu perjanjian, yaitu:
Kedua belah pihak sepakat dan menyetujui benda atau objek yang diasuransikan.Apa yang dikehendaki oleh tertanggung dikehendaki juga
oleh penanggung. Dengan demikian, mereka sama-sama mengerti dan paham mengenai objek yang diasuransikan dan syarat-syarat yang diperjanjikan dalam
polis asuransi.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
43
Ibid.
44
Ibid., hal. 57
45
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, hal. 2
46
Amiruddin A Wahab, Pengertian dan Ruang Lingkup Pertanggungan, Jakarta: Bina Cipta, hal 20
Universitas Sumatera Utara
Kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian asuransi harus cakap dalam melakukan perbuatan hukum, para pihak-pihak harus berbuat dan mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
3. Suatu hal tertentu.
Setiap perjanjian termasuk juga perjanjian asuransi atau pertanggungan diharuskan adanya objek tertentu yang diperjanjikan objek yang diasuransikan.
Yang dikatakan objek dalam asuransi, meliputi: benda, jiwa manusia, raga manusia, atau kepentingan yang melekat pada benda, jiwa manusia, raga manusia.
4. Suatu sebab yang halal.
Yang dimaksudkan dengan suatu sebab yang halal ialah bahwa suatu perjanjian yang disepakati para pihak tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta tidak melanggar nilai-nilai norma yang berlaku dalam masyarakat.
47
Para pihak dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yangbertindak aktif yang melaksanakan perjanjian itu, yaitu pihaktertanggung, pihak penanggung.Pihak
penanggung merupakan pihak yang mengikatkan diri menerima pengalihan resiko dari tertanggung. Penanggung dalam hal ini perusahaan perasuransian, sedangkan
tertanggung dalam hal ini bisa orang Berdasarkan pada Pasal 1320 KUHPerdata terhadap syarat-syarat sah perjanjian
tersebut bahwa unsur yang pertama dan yang kedua yang disebut diatas adalah sebagai unsur subjektif, sedangkan unsur ketiga dan keempat adalah
unsur objektif, keempat unsur diatas saling mendukung satu sama lain, karena apabila unsur objektif tidak dipenuhi dalam suatu perjanjian maka
perjanjian tersebut dikatakan batal demi hukum, sedangkan dalam hal unsur subjektif tidak
dipenuhi, maka perjanjiannya bukan batal demi hukum akan tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan yang
diminta oleh pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberi kesepakatan secara tidak bebas.
47
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, Hal. 339
Universitas Sumatera Utara
pribadi, atau badan usaha.
48
1. Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian.
Berikut pengertian penanggung tersebut di atas, terdapat hak dan kewajiban yang mengikat penanggung. Hak-hak dari penanggung adalah:
2. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang
berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya. 3.
Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri.
Pasal 276 KUHD.
4. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur
yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. Pasal 282 KUHD.
5. Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan
maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya. Pasal 271 KUHD
49
Sedangkan kewajiban dari penanggung adalah :
1. Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada
tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari
kewajiban tersebut.
2. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung
Pasal 259, 260 KUHD. 3.
Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau
seluruhnya premi restorno, Pasal 281 KUHD.
4. Asuransi kebakaran, dalam hal ini penanggung harus mengganti biaya
yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut diperjanjikan demikian Pasal 289 KUHD.
50
Tertanggung dalam pelaksanaan perjanjian asuransi mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga apabila terjadi peristiwa yang tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis maka penanggung dapat melaksanakan
kewajibannya.Hak-hak tertanggung adalah: 1.
Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung Pasal 259 KUHD
48
Rudyanti Dorotea Tobing, Op. Cit., hal. 78
49
M. Suparman Sastrawidjaja, Op. Cit., hal. 22
50
Ibid., hal. 23
Universitas Sumatera Utara
2. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung
3. meminta ganti kerugian
51
Sedangkan kewajiban dari pemegang polis adalah: 1.
Membayar premi kepada penanggung Pasal 246 KUHD 2.
Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek yang diasuransikan Pasal 251 KUHD
3. Mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap obyek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari; apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung
tidak berusaha untuk
52
Berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak dalam asuransi, Sudikno
Mertukusumo mengemukakan bahwa hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan peraturan atau kaedah, melainkan merupakan perimbagan kekuasaan
dalam bentuk hak individual di satu pihak yang tercermin pada kewajiban dipihak lawan,kalau ada hak maka ada kewajiban kepada seserorang oleh hukum.
53
Perjanjian di dalam asuransi, setelah terjadi kesepakatan antara pihak-pihak tentang isi perjanjian maka akan timbul hubungan hukum. Isi di dalam perjanjian
Suatu perjanjian di dalam asuransi atau pertanggungan diatur hak dan kewajiban bagi para pihak yang terlibat di dalamnya yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis. Pasal 26 KUHD antara lain menetapkan bahwa pertanggungan itu suatu perjanjian, penanggung berkewajiban untuk mengganti kerugian bila
terjadi evenemen peristiwa yang tidak tentu terjadi menjadi kenyataan yang merugikan tertanggung serta berhak untuk mendapatkan uang santunan.
Kemudian dalam Pasal 257 ayat KUHD menetapkan bahwa hak dan kewajiban itu mulai berlaku pada saat perjanjian pertanggung ditutup.
51
Ibid., hal. 20
52
Ibid.
53
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1991, hal. 40
Universitas Sumatera Utara
tersebut berisi hak dan kewajiban yang mengikat dan harus dilaksanakan para pihak dalam perjanjian maka:
1. Hak dan kewajiban itu mulai berlaku pada saat perjanjian asuransi itu
diadakan. 2.
Hak dan kewajiban tersebut bersifat timbal balik bahkan sebelum polis ditandatangani.
3. Hak dan kewajiban pihak-pihak harus dicantumkan secara tegas dalam
polis.
54
H.M.N Purwusutjipto mengemukakan bahwa hak dan kewajiban itu bersifat timbal balik antara penanggung dan tertanggung dengan perincian sebagai
berikut: 1.
Kewajiban membayar uang premi dibebankan kepada tertanggung atau orang yang berkepentingan.
2. Kewajiban pemberitaan yang lengkap dan jelas dibebankan kepada
tertanggung. 3.
Kesalahan-kesalahan yang tidak termasuk dalam kesalahan orang yang berkepentingan, tidak dapat dilimpahkan pada orang yang berkepentingan.
4. Tertanggung bukan orang yang berkepentingan dalam pertanggungan,
tidak dibebani yang disebut dalam Pasal 283 KUHD yaitu berkewajiban mengusahakan segala sesuatu untuk mencegah dan mengurangi kerugian
yang mungkin terjadi.
5. Tertanggung mempunyai hak untuk menuntut penyerahan polis, sedang
orang yang berkepentingan mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian kepada penanggung.
55
Secara umum hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian asuransi sebagai
berikut: 1.
Hak dan Kewajiban pemegang polis a.
Hak untuk mendapatkan jaminan dari penanggung untuk menanggung
54
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahan Asuransi, Jakarta : Sinar Grafika, 2008, hal. 58
55
H.M.N Purwosutjipto, Op. Cit., hal. 35
Universitas Sumatera Utara
b. atas ancaman risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi pemegang
polis. c.
Hak untuk mendapat ganti kerugian dari perusahaan asuransi apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.
d. Kewajiban memberitahukan yang lengkap dan jelas mengenai objek
yang akan diasuransikan kepada perusahaan asuransi. e.
Kewajiban membayar uang premi kepada perusahaan asuransi. 2.
Hak dan Kewajiban perusahaan asuransi a.
Hak untuk memperoleh pemberitahuan yang lengkap dan jelas mengenai objek yang akan diasuransikan dari pemegang polis;
b. Hak untuk memperoleh premi dari pemegang polis;
c. Kewajiban untuk memberikan jaminan kepada pemegang polis untuk
menanggung atas ancaman risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi pemegang polis;
d. Kewajiban membayar ganti kerugian kepada pemegang polis apabila
terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian.
56
56
Ibid., hal. 40
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN