Hubungan Klausul Lingkungan Hidup dengan Lembaga Perbankan

B. Hubungan Klausul Lingkungan Hidup dengan Lembaga Perbankan

Dewasa ini masalah lingkungan menjadi isu yang terus diwacanakan di berbagai negara. Perubahan iklim, bencana alam dan pemanasan global dianggap sebagai akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Munculnya berbagai masalah lingkungan tersebut menjadi perhatian khusus berbagai pihak termasuk pelaku kegiatan ekonomi. Pada tahun 1992 Konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Lingkungan dan Pembagunan UNCED menghasilkan Deklarasi Rio tentang lingkungan dan pembangunan. Deklarasi tersebut bertujuan untuk mendorong pentingnya pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan keseimbangan lingkungan dimana peran semua pemangku kepentingan yang terlibat sangat diperlukan. Semakin besarnya kesadaran masyarakat internasional akan pentingnya pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang memperhatikan faktor lingkungan hidup juga mendorong usaha-usaha dari berbagai pihak untuk meminimalkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan memperkuat sektor keuangan. Hal ini dilakukan karena institusi keuangan, sebagai pihak yang menyalurkan modal usaha memiliki fungsi intermediasi, dapat memainkan perannya dalam mengendalikan kegiatan usaha yang berpotensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan sosial masyarakat. Potensi dampak negatif kegiatan ekonomi terhadap lingkungan ditekan seminimal mungkin melalui sektor perbankan. Salah satunya ialah dengan menyusun arah kebijakan maupun Universitas Sumatera Utara rekomendasi sebagai panduan dalam melakukan kebijakan yang ramah lingkungan. Bank sebagai salah satu pemberi dana, tidak saja melihat pertimbangan ekonomisnya saja tetapi juga harus melihat pada aspek lingkungan hidup. Kerusakan alam yang terjadi di Indonesia ini adalah dampak dari ketidakdisiplinan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam. Seperti para pengusaha yang memangkas habis hutan atau pepohonan untuk dijadikan lahan industri, tetapi tidak melakukan penanaman kembali. Di setiap tindakan ekonomi tentu ada keuntungan dan risiko. Keuntungannya yaitu mendapatkan laba sementara risiko dapat berupa kerusakan alam. Perbankan dengan menyadari akan pentingnya pembangunan yang berwawasan lingkungan tidak ikut membiayai proyek-proyek yang diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak yang merugikan ekosistem. Trilogi pembangunan adalah wacana pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah orde baru di Indonesia sebagai landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi, dan sosial dalam melaksanakan pembangunan negara. Trilogi pembangunan terdiri dari stabilitas nasional yang dinamis, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Perbankan merupakan salah satu sarana yang strategis dalam menyerasikan dan menyeimbangkan masing-masing unsur dari trilogi pembangunan di atas. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan Universitas Sumatera Utara demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Peranan lembaga perbankan yang sedemekian strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, dan dalam rangka lebih meningkatkan kualitas peranan perbankan terebut, bank tidak dapat melepaskan diri dari kualitas lingkungan hidup sebagai akibat daripada pembangunan khususnya di bidang industri. Pembangunan nasional melalui pengembangan sumber daya buatan haruslah selalu mempertimbangkan dinamika lingkungan, wawasan nusantara, dimensi keanekaragaman sumber daya alam, manusia dan budayanya dalam satu kesatuan lingkungan hidup. 81 Perbankan asing dan perbankan di negara-negara tetangga kini sudah banyak yang melaksanakan green banking, bahkan mereka telah memasukkan dalam laporan tahunan mereka. Sejak tahun 1993, yaitu tahun yang telah Pembangunan, lingkungan dan bank merupakan tiga unsur penting yang kualitasnya selalu diharapkan untuk terus meningkat. Kualitas dan kinerja bank tentu akan ikut menentukan konsidi perkeonomian negara ini, lebih khusus lagi dapat memberi konstribusi yang besar terhadap pembangunan dalam arti luas, karena bank adalah agen pembangunan agent of development. Dengan demikian pembangunan diharapkan dapat selalu berjalan sesuai dengan target-target yang diharapkan oleh seluruh stakeholder bangsa ini dalam mencegah industrialisasi menimbulkan perusakan dan pencemaran lingkungan. 81 Aca Sugandhy dan Rustam Hakim, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, hlm. 5. Universitas Sumatera Utara ditetapkan oleh presiden sebagai tahun lingkungan hidup, perbankan Indonesia memeriksa kembali apakah kebijakan perkreditan perbankan Indonesia sudah sepenuhnya menunjang pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan menyeluruh dalam rangka menopang pembangunan yang berkelanjutan. Perbankan perlu memeriksa apakah kebijakan perkreditan bank Indonesia dari segala dimensinya telah berwawasan lingkungan green banking. Oleh karena itu kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup telah merupakan kebijakan pemerintah, maka perbankan Indonesia berkewajiban juga untuk menunjang kebijakan ini. Pencantuman klausul lingkungan hidup dalam perjanjian kredit yang dilakukan oleh lembaga perbankan merupakan wujud partisipasi lembaga perbankan dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan. Berdasarkan Pasal 8 UU Perbankan disebutkan bahwa dalam memberikan kredit atas pembiayaan berdasar prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasar analisa yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. UU Perbankan ini secara implisit menentukan bahwa pemberian kredit harus memiliki keyakinan atau kemampuan dan kesanggupan dari debitur untuk melunasi hutangnya. Keterkaitan dunia usaha dengan lingkungan hidup dapat dilihat dari ilustrasi, yaitu: “Suatu badan usaha mendapatkan fasilitas kredit di bank pelaksana, untuk ini bank telah melakukan evaluasi yang mendalam tentang karakternya, Universitas Sumatera Utara kemampuannya, modalnya, agunan, dan kondisi serta prospek usaha danatau kegiatan badan usaha yang bersangkutan.” 82 Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No. 12 Tambahan Lembaran Negara No. 4471 dan Undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memberikan hak dan kewajiban kepada setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Dengan demikian, peran bank seharusnya dapat lebih ditingkatkan lagi dalam upaya berperan serta meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Adanya klausul lingkungan hidup dalam pemberian kredit diharapkan akan mengurangi dampak pencemaran lingkungan hidup dan lembaga perbankan dapat menerapkan pembangunan berkelanjutan. Hubungan antara perbankan dan lingkungan inilah maka UUPPLH dan peraturan lingkungan hidup lainnya dapat diberlakukan, yaitu suatu usaha danatau kegiatan dalam opersionalnya harus selalu mengindahkan UUPPLH serta peraturan lingkungan hidup lainnya. Pemerintah melalui kebijakannya dalam UU Perbankan pada bagian penjelasan umum alinea ke 4, telah mencantumkan perlunya ketentuan penyempurnaan bagi kegiatan usaha bank dalam penyaluran dananya, termasuk di dalamnya tercantum klausul lingungan hidup dengan peningkatan peranan AMDAL bagi perusahaan berskala besar dan atau beresiko tinggi. 82 Hasanuddin Rahman, Op. Cit., hlm. 39. Universitas Sumatera Utara ditentukan bahwa dalam menilai prospek usaha, bank perlu memperhatikan upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup. Selanjutnya, dalam surat edaran tersebut telah diberikan petunjuk atau ketentuan mengenai hal- hal yang harus diperhatikan dalam hal bank melakukan penilaian prospek usaha debitur dalam rangka upaya yang dilakukan oleh debitur dalam rangka mengelola lingkungan hidup, khususnya debitur berskala besar yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Pernyataan yang dicantumkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia tersebut merupakan pernyataan kesadaran dan pengakuan serta penegasan bahwa kewajiban yang tercantum dalam UUPPLH juga merupakan kewajiban bank yang harus dipatuhi. Ketentuan tersebut jelas bahwa setiap kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, haruslah mendapatkan izin dari pemerintah sebelum melakukan kegiatan usahanya. Bank yang “hijau” merupakan sebuah strategi bisnis jangka panjang yang selain bertujuan profit juga mencetak benefit kepada pemberdayaan dan pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Pada dasarnya konsep bank berwawasan lingkungan tidak hanya sekadar menjalankan aktivitas “go green”. bank yang “hijau” akan memadukan keempat unsur yakni nature, well-being, economy dan society ke dalam prinsip bisnis yang peduli pada ekosistem dan kualitas hidup manusia. Sehingga pada akhirnya yang muncul adalah output berupa efisiensi biaya operasional perusahaan, keungulan kompetitif, corporate Universitas Sumatera Utara identity dan brand image yang kuat serta pencapaian target bisnis yang seimbang. 83 Dunia perbankan nasional dan lingkungan hidup, dewasa ini mendapat perhatian luas, tidak hanya di kalangan akademisi, tetapi juga masyarakat awam. Korelasi antara perbankan dengan gejala kerusakan dan degradasi kualitas lingkungan kian kuat seiring dengan kasus-kasus pencemaran lingkungan yang diduga disebabkan oleh aktivitas perusahaan-perusahaan industri dimana perusahaan-perusahaan tersebut dibiayai oleh bank. Permasalahan lingkungan Banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari penerapan bank yang berwawasan lingkungan. Salah satunya yaitu mengubah kesadaran individu menjadi kesadaran kolektif dalam hal pelestarian lingkungan. Dengan demikian, ancaman resiko kerusakan alam pun dapat ditanggulangi. Selain itu, perusahaan yang menerapkan konsep penghijauan ini juga mendapatkan sertifikasi ramah lingkungan sehingga mampu mendongkrak citra perusahaan. Dengan menerapkannya konsep ini, maka perbankan di Indonesia akan mengalami pembangunan yang berkelanjutan. Adapun green banking yang baik harus tercermin pula dari bank itu sendiri dalam segala aspek. Misalnya menekan penggunaan energi, penghematan penggunaan kertas dalam operasionalnya, dan peduli akan lingkungan sekitar bank.

C. Akibat Hukum Klausul Lingkungan Hidup pada Lembaga Perbankan