18
BAB II PENGATURAN PERJANJIAN KREDIT OLEH LEMBAGA PERBANKAN
DI INDONESIA
A. Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia
1. Pengertian kredit
Kata kredit secara etymologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata redere yang berarti kepercayaan, sedangkan dari bahasa Romawi kata kredit merupakan
credere artinya kepercayaan.
31
Dalam arti luas, kredit dapat diartikan sebagai pinjaman yang didasarkan pada komponen-komponen kepercayaan, risiko, dan
pertukaran ekonomi dimasa mendatang.
32
Pemberian kredit adalah salah satu kegiatan usaha yang sah bagi bank. Landasan hukum yang pokok untuk kegiatan kredit perbankan di Indonesia pada
saat ini adalah UU Perbankan. Pengertian kredit pada Pasal 1 angka 11 UU Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika dihubungkan dengan Kegiatan perbankan utamanya adalah
menghimpun dan menyalurkan dana. Salah satu kegiatan utama itu adalah bentuk kredit kepada masyarakat khususnya para pengusaha yang memerlukan dana
untuk investasi, modal kerja maupun konsumsi.
31
Suharno, Op. Cit., hlm.1.
32
O.P. Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 1998, hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
bank maka berarti bank selaku kreditur percaya menanamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena adanya rasa percaya oleh pihak bank
bahwa nasabah atau kreditur tersebut mampu melunasi pinjamannya dalam jangka waktu yang ditentukan.
Muhamad Djumhana menyebutkan mengenai kredit perbankan sebagai ruang lingkup dari kredit sebagai kegiatan perbankan tidaklah semata-mata berupa
kegiatan peminjaman kepada nasabah, melainkan sangatlah kompleks karena menyangkut keterkaitan unsur-unsur yang cukup banyak diantaranya meliputi:
sumber-sumber dana kredit, alokasi dana, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan perkreditan, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit
serta penyelesaian kredit bermasalah.
33
Menurut Munir Fuadi, kredit berarti kepercayaan. Kata kredit sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “creditus” yang berarti to trust. Dengan demikian
sungguh pun kata kredit sudah berkembang ke mana-mana, tetapi dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata “kredit” tetap
mengandung unsur “kepercayaan”. Walaupun sebenarnya kredit itu tidak hanya sekedar kepercayaan.
34
Sedangkan menurut O.P. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontraprestasi yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, sehingga transaksi kredit yang menyangkut uang merupakan alat kredit . Kredit
33
Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah Bandung: PT. Alumni, 2009, hlm. 47.
34
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer Bandung: Citra Aditya Bakti 1996, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung risiko.
Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen, kepercayaan, risiko, dan pertukaran ekonomi dimasa-masa mendatang.
35
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam konsep kredit selalu terkandung unsur-unsur esensial, yaitu:
36
a. Kepercayaan
Yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan
diperjanjikan pada waktu tertentu. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap pemohon kredit, bnak yakni kredit yang akan diberikan itu dapat
dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang akan disepakati bersama. b.
Agunan Setiap kredit yang akan diberikan selalu disertai agunan yang berfungsi
sebagau jaminan bahwa kredit yang akan diterima oleh calon debitor pasti akan dilunasi dan ini meningkatkan kepercayaa pihak bank.
c. Jangka waktu
Adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati
bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana. Pengembalian kredit didasarkan pada jangka waktu antara tertentu yang layak, setelah
jangka waktu berakhir kredit dilunasi.
35
O.P Simorangkir, Kredit Perbankan Di Indonesia Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 2005, hlm. 2.
36
Rachmadi Usman, Op. Cit., hlm. 236.
Universitas Sumatera Utara
d. Risiko
Yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk
mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan
jaminan dan agunan. e.
Bunga bank Setiap pemberian kredit selalu disertai imbalan jasa berupa bunga yang
wajib dibayar oleh calon debitur, dan ini merupakan keuntungan yang diterima oleh bank.
f. Kesepakatan
Semua persyaratan pemberian kredit dan prosedur pemngembalian kredit serta akibat hukumnya adalah hasil kesepakatan dan dituangkan dalam
akta perjanjian yang disebut kontrak kredit. Dapat dipastikan dalam kredit di dunia perbankan akan terkandung unsur-
unsur kredit sebagaimana telah diuraikan di atas. 2.
Jenis- jenis kredit Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan
akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank
kepada masyarakat. Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah
37
37
Kasmir, Op. Cit., hlm. 76.
:
Universitas Sumatera Utara
a. Dilihat dari segi jaminan
Maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang
diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah : 1 Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
2 Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek
usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah
bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuannya adalah :
1 Kredit produktif , kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan
barang atau jasa. 2 Kredit konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau
dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
Universitas Sumatera Utara
3 Kredit perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
c. Dilihat dari segi kegunaan Maksud dari jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk
melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat
dua jenis yaitu 1 Kredit investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyekpabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan
biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
2 Kredit modal kerja, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal
kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
3. Prinsip-prinsip pemberian kredit Peluncuran kredit oleh suatu bank mestilah dilakukan dengan berpegangan
pada beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut:
38
a. Prinsip kepercayaan
38
Munir Fuady, Op. Cit., hlm 21.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan, maka setiap pemberian kredit sebenarnya mestilah selalu dibarengi oleh kepercayaan.
Yakni kepercayaan dari kreditur akan bermanfaatnya kredit bagi debitur sekaigus kepercayaan oleh kreditur bahwa debitur dapat membayar
kembali kreditnya. Tentunya untuk bisa memenuhi unsur kepercayaan ini oleh kreditur mestilah dilihat apakah calon debitur memenuhi berbagai
kriteria yang biasanya diberlakukan terhadap pemberian suatu kredit. Karena itu timbul prinsip lain yang disebut prinsip kehati-hatian.
b. Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian prudent ini adalah salah satu konkretisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Disamping pula
sebagai perwujudan dari prinsip prudent banking dari seluruh kegiatan perbankan. Untuk mewujudkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian
kredit ini, maka berbagai usaha pengawasan dilakukan, baik oleh bank itu sendiri internal maupun oleh pihak luar eksternal. Disamping itu juga
dengan tujuan penegakan prinsip kehati-hatian ini, regulasi tentang perbankan diperketat.
Sehingga akhirnya dunia perbankan merupakan salah satu bidang yang sangat heavily regulated. Demikian juga dengan
keharusan adanya jaminan hutang dalam setiap pemberian kredit sebenarnya juga mempunyai tujuan agar kredit diluncurkan secara hati-
hati, sehingga ada jaminan bahwa kredit yang bersangkutan akan dibayar kembali oleh pihak debitur.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan Pasal 8 UU Perbankan, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang kemudian terkenal dengan sebutan “the five C of credit analysis”
atau prinsip 5 C.
39
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit dengan analisis 5 C terdiri atas
40
e. Condition, dalam menilai kredit hendaknya dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-
masing. :
a. Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini adalah calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada Bank,
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar- benar dapat dipercaya.
b. Capacity, untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit dihubungkan dengan kemampuan mengelola bisnis serta
kemampuan mencari laba. c. Capital, dimana untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. d. Collateral, merupakam jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
39
Ibid., 248.
40
Kasmir, Op. Cit., hlm. 92.
Universitas Sumatera Utara
Selain prinsip 5 C di atas, bank dalam memberikan kredit juga menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5P sebagai berikut
41
a. Party para pihak
:
Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian kredit.
b. Purpose tujuan
Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur. Harus dilihatapakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang
c. Payment pembayaran
Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian
diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan.
d. Profitability perolehan laba
Untuk perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pemberian kredit. Untuk itu, kreditur harus pula berantisipasi apakah
laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran
kembali kredit, cash flow, dan sebagainya. e.
Protection perlindungan
41
Munir Fuady, Op. Cit., hlm 24-26.
Universitas Sumatera Utara
Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan, atau jaminan dari holding, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penitng
diperlukan. Di samping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank dalam
memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3R, yaitu:
42
a. Returns hasil yang diperoleh
Yakni yang merupakan hasil yang akan diperoleh oleh debitur, dalam hal inni ketika kredit telah dimanfaatkan nanti mestilah dapat diantisipasi oleh
calon kreditur. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, disamping membayar
keperluan perusahaan yang lain seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada dan sebagainya.
b. Repayment pembayaran kembali
Kemampuan membayar dari pihak debitur tentu saja harus dipertimbangkan. Kemampuan bayar tersebut macth dengan schedule
pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
c. Risk bearing ability kemampuan menganggung risiko
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauhmana terdapatnya kemampuann debitur unntuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal-hal
di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu harus diperhitungkan apakah misalnya
42
Ibid., hlm. 25-27.
Universitas Sumatera Utara
jaminan danatau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut.
4. Pelaksanaan pemberian kredit Menurut Pasal 8 UU Perbankan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya
yang berupa pemberian kredit, bank antara lain: a. wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas
itikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan Pasal 8 ayat 1;
b. memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Pasal 8 ayat 2;
Pemberian kredit oleh suatu bank dengan bank lain tidak jauh berbeda, kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan ukuran penilaian
yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing dengan tetap memperhitungkan umur persaingan dan kompetisi.
43
Ketentuan dan persyaratan umum dalam pemberian kredit oleh perbankan terdiri dari 9 sembilan
persyaratan sebagai berikut:
44
a. Mempunyai feasibility study, yang dalam penyusunannya melibatkan
konsultan yang terkait. b.
Mempunyai dokumen administrasi dan izin-izin usaha, misalnya akta perusahaan, NPWP, SIUP dan lain-lain.
c. Maksimum jangka waktu kredit adalah 15 lima belas tahun dan masa
tenggang waktu grace period maksimum 4 tahun.
43
Hermansyah, Op. Cit., hlm. 68.
44
Ibid, hlm. 61-62.
Universitas Sumatera Utara
d. Agunan utama adalah usaha yang dibiayai. Debitur menyerahkan aguanan
tambahan jika menurut penilaian bank diperlukan. Dalam hal ini akan melibatkan pejabat penilai appraiser independen untuk menentukan nilai
agunan. e.
Maksimum pembiayaan bank adalah 65 enam pulh lima persen dan self financing adalah sebesar 35 tiga puluh lima persen.
f. Penarikan atau pencairan kredit biasanya didasarkan atas dasar prestasi
proyek, dalam hal ini biasanya melibatkan konsultan pengawas independen untuk menentukan progress proyek.
g. Pencairan biasanya dipindahbukukan ke rekening giro.
h. Rencana angsuran ditetapkan atas dasar cash flow yang disusun
berdasarkan analisis dalam feasibility study. i.
Pelunasan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang debitur untuk
memperoleh kredit adalah sebagai berikut:
45
a. Pengajuan permohonan atau aplikasi kredit
Untuk memperoleh krdit dari bank, maka tahap pertama yang dilakukan untuk mengajukan permohonan atau peplikasi kredit kepada bank yang
bersangkutan. Permohonan atau aplikasi kredit tersebut harus dilampiri dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
b. Penelitian berkas kredit
45
Ibid., hlm. 68-70.
Universitas Sumatera Utara
Setelah permohonan atau aplikasi kredit tersebut diterima oleh bank, maka bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap
berkas aplikasi kredit yang diajukan. Apabila dari hasil yang dilakukan itu, bank berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan
memenuhi syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian kelayakan kredit. Adapun apabila ternyata berkas aplikasi kredit
yang diajukan tersebut belum lengkap dan belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka bank akan meminta kepada pemohon krdit untuk
melengkapinya. c.
Penilaian kelayakan kredit studi kelayakan kredit Dalam tahap penilaian kelayakan kredit banyak aspek yang akan dinilai,
yaitu: 1
Aspek hukum. Yang dimaksud dengan aspek hukum adalah penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan
oleh pemohon kredit. 2
Aspek pasar dan pemasaran. Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang akan dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa
sekarang dan masa mendatang. 3
Aspek keuangan. Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan anaslisi keuangan adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari
laporan keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan ganti rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.
Universitas Sumatera Utara
4 Aspek teknis. Aspek teknis merupakan penilian mengenai lokasi
tempat usaha, kondisi gedung, beserta sarana dan prasarana pendukung lainnya.
5 Aspek manajemen. Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah
untuk menilai pengalaman dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola kegaitan usahanya, termasuk sumber daya manusia
yang mendukung kegiatan usaha tersebut. 6
Aspek sosial ekonomi. Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan yang memohon
kredit khusunya bagi masyarakat baik secara ekonomis maupun social. 7
Aspek AMDAL. Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan salah satu persyaratan pokok untuk dapat
beroperasinya suatu perusahaan. Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai dampak terhadap
lingkungan baik darat, air, dan udara.
B. Pengaturan Perjanjian Kredit Perbankan di Indonesia