Sengketa Hukum dalam Perjanjian Kredit Perbankan

Nasabah bank sebagaimana dikaitkan dengan kedudukannya sebagai subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi menjadi orang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang dewasa hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah giro. Sedangkan nasabah simpanan danatau jasa diperuntukkan orang yang belum dewasa, misalnya nasabah tabungan atau nasabah lepas untuk transfer dan lain sebagainya. b. Badan hukum Nasabah berupa badan hukum perlu diperhatikan aspek legalitas badan tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan dengan bank. Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan corporate law.

C. Sengketa Hukum dalam Perjanjian Kredit Perbankan

1. Permasalahan hukum dalam perjanjian kredit perbankan Ekonomi suatu negara seharusnya merupakan suatu paduan yang efisien dan suportif diantara kegiatan-kegiatan sektor riil. Saat ini dapat dikatakan bahwa penyediaan berbagai jasa keuangan perbankan merupakan sektor yang strictly well regulated. Hal ini terjadi karena perbankan menyangkut kepentingan jumlah orang banyak. Situasi di Indonesia adalah suatu hal yang cukup memberi gambaran bahwa perbankan merupakan sektor yang sangat diatur. Lebih lanjut Budi Untung menyebutkan bahwa meskipun perbankan merupakan sektor yang Universitas Sumatera Utara strictly well regulated, tetapi kredit macet masih dapat terjadi diantaranya dapat disebabkan karena : 58 Sedangkan Siswanto Sutojo mengatakan bahwa kredit bermasalah dapat timbul selain karena sebab-sebab dari pihak kreditur, sebagian besar kredit bermasalah timbul karena hal-hal yang terjadi pada pihak debitur, antara lain : a. kesalahan appraisal; b. membiayai proyek dari pemilikterafiliasi; c. membiayai proyek yang direkomendasi oleh kekuatan tertentu; d. dampak makro ekonomi unforecasted variabel; e. kenakalan nasabah. 59 58 Budi Untung, Op. Cit., h1m. 21. 59 Siswanto Sutojo, The Management of Commercial Bank Jakarta: Damar Mulia Pustaka 2007, hlm. 171-172. a. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi umum dan atau bidang usaha dimana mereka beroperasi. b. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani. c. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitur. d. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain. e. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius. f. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan bencana alam. Universitas Sumatera Utara g. Watak buruk debitur yang dari semula memang telah merencanakan untuk tidak akan mengembalikan kredit. Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah merupakan satu proses, yang diibaratkan api dalam sekam. Banyak gejala tidak menguntungkan yang menjurus kepada kasus kredit bermasalah, sebenarnya telah bermunculan jauh sebelum kasus itu sendiri timbul di permukaan. Bilamana gejala tersebut dapat dideteksi dengan tepat dan ditangani secara professional sedini mungkin, ada harapan kredit yang bersangkutan dapat ditolong. Sebaliknya bilamana api yang membara dalam sekam itu tidak dideteksi atau dibiarkan saja, transaksi kredit akan berakhir dengan bencana, terutama bagi pihak kreditur. Gejala-gejala yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah adalah : 60 Mengingat kredit yang diberikan oleh kreditur mengandung risiko, maka pemberian kredit dilandasi atas kemampuan, kesanggupan dan itikad baik dari kreditur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. a. penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit; b. penurunan kondisi keuangan perusahaan; c. frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti; d. penyajian bahan masukan secara tidak benar; e. menurunnya sikap kooperatif debitur; f. penurunan nilai jaminan yang disediakan; g. problem keuangan atau pribadi. 60 Ibid., hlm. 173. Universitas Sumatera Utara Dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, bank sebagai kreditur perlu melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur. Akan tetapi pada kenyataannya, harapan kredit yang diberikan kepada debitur berjalan lancar tidak selamanya dapat terwujud mengingat kredit yang diberikan tetap mengandung risiko kegagalan dan kemacetan dalam pengembaliaanya. Prestasi merupakan isi dari perikatan. Apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian, maka ia dikatakan wanprestasi kelalaian. Wanprestasi dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1243 KUH Perdata dapat terjadi karena tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak dengan semestinya, menjalankan hal yang yang dijanjikan akan tetapi terlambat melaksanakannya, atau melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Sehingga dapat dikatakan wanprestasi seorang debitur dapat berupa, sama sekali tidak memenuhi prestasi, tidak tunai memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi, keliru memenuhi prestasi. 61 Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk. Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian. 62 Jika dihubungkan dengan kredit macet, ada tiga macam perbuatan yang digolongkan dengan wanprestasi, yaitu meliputi: 63 61 R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Jakarta: Putra Abidin, 1999, hlm. 18. 62 Nindyo Pramono, Hukum Komersial Jakarta: Pusat Penerbian UT, 2003, hlm. 21. 63 Gatot Suparmono, Op. Cit., hlm. 131. Universitas Sumatera Utara a. Debitur sama sekali tidak membayar angsuran kredit dan atau beserta bunganya. b. Debitur membayar sebagian angsuran kredit danatau beserta bunganya. Pembayaran angsuran kredit tidak dipersoalkan apakah debitur telah membayar sebagian kecil atau sebagian besar angsuran. Walaupun debitur kurang membayar satu kali angsuran tetap tergolong kreditnya sebagai kredit macet. c. Debitur membayar lunas kredit danatau beserta bunganya setelah jangka waktu yang diperjanjikan berakhir. Hal ini tidak termasuk debitur membayar lunas setelah perpanjangan jangka waku kredit yang telah disetujui kreditur atas permohonan debitur. Kredit bermasalah dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari sudut eksternal maupun internal. Faktor terjadinya kredit bermasalah yang bersifat internal pada umumnya berkaitan dengan pihak analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnnya terjadi tidak dapat diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas kredit atau yang menyebabkan kredit bermsalah adalah keadaan perekenomian tidak mendukung perkembangan usaha namun di satu sisi debitur mempunyai kemauan atau itikad untuk membayar akan tetapi di sisi lain ada pula debitur yang tidak mempunyai kemauan atau itikad untuk tidak membayar. Menurut Pasal 1267 KUH Perdata, maka pihak yang ingkar janji atau wanprestasi dapat dibebani untuk memenuhi perjanjian atau dibatalkannya Universitas Sumatera Utara perjanjian disertai dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Ini juga dapat diartikan bahwa pihak yang ingkar janji dapat hanya dibebani kewajiban ganti kerugian saja atau pemenuhan perjanjian dengan ganti rugi saja. Apabila terjadi wanprestasi, maka kreditur dapat memilih antara tuntutan- tuntutan sebagai berikut: a. pemenuhan perjanjian; b. pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi; c. ganti rugi; d. pembatalan perjanjian; e. pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi. 2. Penyelesaian hukum dalam perjanjian kredit perbankan Langkah pertama yang harus segera diambil setelah bank mendeteksi adanya gejala kredit bermasalah adalah menentukan seberapa besar masalah yang sedang dihadapi debitur. Hal itu diperlukan karena cara penanganan selanjutnya akan oleh tingkat besar kecilnya masalah tadi. Selain ditentukan oleh besar kecilnya masalah yang dihadapi oleh debitur, cara bank menangani kredit bermasalah juga dipengaruhi oleh: 64 64 Siswanto Sutojo, Op. Cit., hlm. 178. a. Jumlah dana milik debitur yang diharapkan dapat dipergunakan untuk mengembalikan kredit; b. Jumlah kredit yang dipinjam debitur dari kreditur lain; c. Status dan nilai jaminan yang telah terikat; maupun d. Sikap debitur dalam menghadapi bank. Universitas Sumatera Utara Menurut Siswanto Sutojo dalam menyelesaikan kredit bermasalah dapat dilakukan melalui : 65 1 Waktu yang dibutuhkan untuk menangani kredit bermasalah. a. Organisasi intern bank. Yang menjadi pertimbangan bank membentuk tim khusus untuk menangani kredit bermasalah adalah sebagai berikut: 2 Obyektifitas penangan. 3 Pengalaman dan keahlian yang diperlukan, jumlah saldo kredit tertunggak dan tingkat beratnya masalah yang dihadapi. b. Penanganan kredit bermasalah melalui proses pengadilan dan di luar proses pengadilan. Bank menangani penyelesaian kredit bermasalah melalui proses pengadilan dilakukan antara lain bilamana bank mendapat bukti ada unsur penipuan atau kesengajaan di pihak debitur, atau apabila proses penyelesaian di luar pengadilan tidak membawa hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan penanganan penyelesaian kredit bermasalah di luar proses pengadilan dilakukan bank apabila mereka masih mempunyai harapan dalam satu masa tertentu dengan bimbingan bank debitur mampu mengumpulkan dana untuk melunasi kredit dan bunga tertunggak. Adapun yang lazim dilakukan bank dalam negosiasi kredit bermasalah adalah melalui : 66 1 Penjadwalan kembali pembayaran kredit rescheduling 65 Ibid., hlm. 181. 66 Kasmir, Op. Cit., hlm. 241. Universitas Sumatera Utara Apabila bank merasa perlu mengadakan perpanjangan masa pembayaran kembali yang kedua dan seterusnya yang disertai syarat perjanjian lebih ketat. Hal tersebut hanya dapat diberikan apabila bank yakin bahwa kondisi keuangan debitur telah menjadi lebih baik dari masa sebelumnya. 2 Peninjauan kembali isi perjanjian kredit reconditioning Baik sebagian maupun seluruhnya dilakukan seiring dengan keputusanbank menjadwalkan kembali pembayaran kredit. Tujuan utama dari peninjauan kembali isi perjanjian kredit adalah memperkuat kedudukan bank dalam ikatan perjanjian dengan debitur. 3 Penataan kembali reorganization and recapitalization. Dalam rangka penataan kembali operasi bisnis dan memperkuat kondsi keuangan perusahaan debitur, diperlukan rekapitalisasi yang dapat berbentuk memasukkan modal saham baru atau mengkonversi saldo kredit berikut bunga tertunggak menjadi saham. Isi perjanjian yang dapatditinjau kembali adalah : a jumlah angsuran; b jadwal pembayaran angsuran; c affirmative convenants; yang memuat kesanggupan pihak pimpinan perusahaan melakukan sesuatu hal demi kepentingan kreditur. Hal- hal yang biasa dimasukan dalam affirmative convenants antara lain adalah kesanggupan perusahaan debitur untuk menyerahkan daftar keuangan perusahaan, sesuai dengan jadwal yang ditentukan, Universitas Sumatera Utara kewajiban perusahaan debitur untuk memelihara tingkat likuiditas keuangan, kesanggupan perusahaan debitur untuk melaporkan perubahan susunan atau personalia dewan komisaris danatau dewan direksi. d negative convenants; yang memuat kesanggupan debitur untuk tidakmelakukan sesuatu hal selama masa perjanjian kredit, kecuali bilamana memberitahuka dan mendapat persetujuan dari kreditur terlebih dahulu. e restrictive clauses; isi restrictive clauses hampir sama dengan negative convenants yaitu mewajibkan debitur selama masa berlakunya perjanjian kredit, tidak melakukan tindakan tertentu, perbedaannya hanya terletak pada tingkat pembatasannya. Pada negative convenants kesanggupan debitur bersifat mutlak, yaitu tidak boleh melakukan sesuatu hal tanpa persetujuan kreditur terlebih dahulu. f even of defaults; yang dimaksud even of defaults adalah hal-hal yang bilamana terjadi atau syarat tertentu yang bilamana tidak dipenuhi, menyebabkan debiturnya dinyatakan tidak memenuhi janji, sehingga secara otomatis bank dapat menyatakan bahwa perjajian kredit batal. Akibatya debitur wajib secepatnya membayar kembali saldo kredit yang masih terhutang. Klausula ini diadakan dengan tujuan melindungi bank dari bahaya terseret pada persoalan kredit bermasalah secara berlarut-larut. Universitas Sumatera Utara c. Penangan kredit bermasalah dengan jalan penagihan. Selain dengan cara-cara seperti di atas, bank juga dapat melakukan penyelesain kredit bermasalah dengan cara melakukan penagihan. Penagihan dapat dilakukan baik oleh pihak bank sendiri maupun melalui jasa pihak ketiga. Untuk melakukan penagihan, bank harus mengirimkan surat tagihan resmi kepada debitur yang didalamnya mencantumkan batas waktu terakhir pelunasan tunggakan kredit. d. Penyelesaian kredit macet melalui PUPN dan BUPLN Sekarang KPKNL. Jika kredit bermasalah sudah dapat digolongkan sebagai kredit macet, maka untuk bank-bank milik negara di Indonesia dapat menyerahkan penyelesaian kredit macet kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN. Sekarang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL. e. Penyelesaian kredit bermasalah melalui jasa pengacara. Jalan ini dapat pula ditempuh oleh sebuah bank, hanya penyelesaian melalui jasa pengacara akan membutuhkan biaya yang relatif lebih besar karena harus membayar feenya, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa pengacara, pihak bank harus membandingkan dulu jumlah kredit tertunggak dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan kemudian bagi pengacara. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang