B. Penerapan Klausul Lingkungan Hidup dalam Perjanjian Kredit Investasi Oleh Lembaga Perbankan
Perbankan dan lingkungan dianggap dua “dunia” yang dalam beberapa hal cenderung berlawanan, karena bank adalah institusi profit oriented sedang
lingkungan adalah suatu sistem yang tidak bernilai financial. Meskipun perbankan dan lingkungan berada dalam dua dunia yang berbeda tetapi keduanya
mempunyai kepentingan sama yaitu sustainability, sehingga diperlukan komitmen dan kerja sama dalam mencapai kepentingan tersebut dengan mengintegrasikan
aspek-aspek pengelolaan lingkungan dan sosial di dalam sustainable economy development. Perbankan dapat menjadi suatu kekuatan baru dalam membangun
gerakan go-green. Salah satu jenis kredit adalah kredit investasi. Kredit investasi adalah
kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi,
perluasan, ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik, yang pelunasannya dari hasil usaha dengan
barang-barang modal yang dibiayai tersebut.
105
Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian. Dipandang penting karena komponen ini dalam kondisi tertentu dapat menentukan
kemajuan ekonomi dalam suatu wilayah. Investasi bagi suatu negara merupakan suatu keharusan dan keniscayaan, investasi merupakan salah satu motor
penggerak noda perkonomian agar negara dapat mendorong perkembangan
105
Ibid., hlm. 60-61.
Universitas Sumatera Utara
ekonominya selaras dengan tuntutan perkembangan masyaraktnya. Investasi suatu negara akan dapat berlangsung dengan baik dan bermanfaat bagi negara dan
rakyatnya, mana kala mampu menetapkan kebijakan investasinya sesuai amanah konstitusinya.
106
Peran dunia perbankan sebagai jembatan para investor maupun stakeholder
perusahaan menjadikan perbankan sebagai alat untuk mengembangkan regulasi-regulasi baru bersifat go-green dengan tidak
menghilangkan fokus terhadap pasar market oriented. Dengan mengimplementasikan konsep green banking ini kegiatan perbankan pada
umumnya tidak akan terganggu, sebaliknya akan memberikan keuntungan prinsip sustainable development memastikan pembangunan yang dilakukan harus
Kegiatan investasi tersebut tentu saja pihak pengusaha membutuhkan kredit yang diberikan oleh bank dalam menunjang kegiatan usahanya. Kredit
investasi ini nantinya akan berperan secara langsung ataupun tidak langsung dalam perekonomian masyarakat, negara dan dunia perbankan itu sendiri. Kredit
investasi ini harus digunakan secara tepat dan harus ada mekanisme yang baik dan tepat dalam setiap permasalahan yang dimunculkannya. Di dalam berbagai upaya
yang dilakukan dalam rangka pembangunan melalui penanaman modal, lembaga perbankan sebagai sumber dana dalam pemberian kredit harus senantiasa
memperhatikan aspek lingkungan sebagai aspek yang penting guna keberlangsungan hidup masyarakat.
106
Lusiana, Usaha Penanaman Modal di Indonesia Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 2-3.
Universitas Sumatera Utara
memiliki keseimbangan pada tiga sudut pandang yaitu profit perekonomian, people sosial dan planet ramah lingkungan.
Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Perbankan mempunyai peranan penting dan strategis tidak saja dalam
menggerakkan roda perekonomian nasional, tetapi juga diarahkan agar mampu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
107
Penerapan klausul lingkungan hidup dalam perjanjian kredit investasi diterapkan salah satunya melalui adanya pencatuman mengenai analisis dampak
lingkungan AMDAL dalam perjanjian kredit sebagai syarat dalam pemberian kredit kepada perusahaan. AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha danatau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha danatau kegiatan. Penerapan AMDAL diisyaratkan terutama di investasi bidang perusahaan pembangunan perumahan. Penerapan
AMDAL di sektor perumahan sangat penting untuk mencegah terjadinya penyulapan terhadap lahan-lahan pertanian yang subur dan daerah-daerah yang
berfungsi sebagai daerah penyerapan air serta usaha-usaha pemindahan penduduk secara besar-besaran dari tempat pemukimannnya ke daerah peresapan air, yang
Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai usaha pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat untuk
kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarkat dalam bentuk kredit.
107
Hermansyah, Op. Cit., hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
justru sangat penting artinya di dalam menunjang kehidupan dan penghidupan daerah-daerah pemukiman dan masyarakat pedesaan yang menggantungkan
hidupnya dari lahan-lahan pertanian tersebut.
108
108
M. Suparmoko, Op. Cit., hlm.112
Penerapan AMDAL lembaga perbankan dalam pemberian kredit investasi harus meneliti bahwa proyek yang dibiayai tidak bertentangan dengan tatanan
lingkungan yang ada. Bank Indonesia telah menyadari keharusan bagi bank untuk memperhatikan AMDAL. Kegiatan dilakukan tanpa AMDAL dapat membawa
dampak yang merugikan dikemudian hari karena tidak adanya perencanaan pengelolaan lingkungan yang memadai oleh nasabah sehingga tidak akan
diketahui dampak yang mungkin timbul dari kegiatan usaha nasabah. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, AMDAL merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha danatau kegiatan. Pelaksanaan AMDAL merupakan wujud dari penerapan klausul lingkungan hidup
yang sudah seharusnya dilakukan oleh pihak bank dalam menerapkan bank yang berwawasan lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Dengan tidak diberlakukannya AMDAL dapat berdampak kepada kelangsungan usaha dan kemampuan nasabah untuk mengembalikan pembiayaan yang tentu saja
akan merugikan pihak bank. Klausul lingkungan hidup dalam perjanjian kredit investasi hendaknya
mencakup hal-hal berikut, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Klausul tersebut mengharuskan debitur memberikan informasi mengenai status lingkungandari lokasi usaha debitur dan memberikan hak kepada debitur
untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai potensi pencemaran. 2. Memberikan hak kepada kreditur untuk melindungi dirinya sendiri, misalnya
menghentikan pelaksanaan pemberian kredit manakala ditemukan atau terjadi pencemaran.
3. Klausul yang membebaskan kreditur dari tanggung jawab bila terjadi pencemaran. Akhirnya, yang membebani tanggung jawab kepada debitur bila
ditemukan atau terjadi pencemaran termasuk penggantian atau pembayaran biaya-biaya pemulihan lingkungan.
Penerapan klausul lingkungan hidup ini dapat dicantumkan dalam representative and warranties perjanjian kredit investasi. Di dalam bagian
representative and warranties debitur perlu melingkupi pernyataan debitur bahwa propertiyang dimilikinya memenuhi pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum
lingkungan. Selain itu, dalam bagian affirmative convenant penerapan klausul lingkungan hidup dapat dicantumkan bahwa debitur menjamin barang-barangnya
akan terus memenuhi ketentuan-ketentuan perlindungan lingkungan dan tidak akan menempatkan bahan-bahan berbahaya di atas propertinya tersebut. Dalam
keadaan dimana kegiatan debitur menyebabkan adanya bahan-bahan berbahaya, debitur harus menyetujui bahwa ada jaminan bahan-bahan tersebut tidak akan
melanggar ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Jika bahan-bahan ternyata menimbulkan bahan-bahan yang berbahaya terhadap kesehatan dan mahkluk
hidup, debitur bertanggung jawab atas segala tuntuttan pidana dan gugatan
Universitas Sumatera Utara
perdata. Selanjutnya, debitur juga menyatakan berkewajiban untuk melapor kepada kreditur apabila terjadi tuntutan atau gugatan akibat pelanggaran
ketentuan-ketentuan lingkungan hidup sehingga debitur berkewajiban untuk membersihkan atau memulihan lingkungan yang tercemar.
Selain itu, dalam events of default penerapan klausul lingkungan hidup diterapkan dengan adanya pencantuman bahwa lembaga perbankan dari waktu ke
waktu melakukan pemantauan selama pembangunan proyek yang dibiayai dengan kredit bank itu, untuk memastikan apakah sarana-sarana yang diperlukan oleh
proyek dalam rangka mencegah perusakan dan pencemaran lingkungan hidup sudah dibangun sebagaimana mestinya. Pelanggaran mengenai hal itu
memberikan hak kepada lembaga perbankan untuk menghentikan penarikan lenih lanjut oleh nasabah dan atas kreditnya itu seketika pula menagih nasabah untuk
melunasi kredit itu. Pencantuman klausul tentang lingkungan hidup dalam perjanjian kredit
investasi bukan hanya peran serta bank dalam mengelola lingkungan, tetapi juga dapat menguntungkan bank, seandainya pihak debitur dalam usahanya telah
mencemarkan lingkungan, setidaknya dari turut serta bertanggung jawab atas pencemaran yang ditimbulkan perusahaan debitur. Dalam skala yang lebih luas,
jika semua bank melakukan tindakan yang sama setidaknya akan mengurangi pencemaran lingkungan hidup, karena jika pencantuman klausul tersebut
merupakan syarat yang harus dipenuhi yang tidak
dapat
ditawar lagi, maka akan memberikan dampak positif dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan hidup secara luas.
Universitas Sumatera Utara
Klausul lingkungan hidup bukan hanya sekedar pelengkap isi perjanjian kredit, tetapi juga harus disertai dengan pihak instansi terkait yang mengawasi
agar tidak terjadi pencemaran lingkungan hidup, artinya harus ada tindak lanjut dan kerjasama dengan pihak lain yang diberi tugas untuk mengawasi masalah
lingkungan hidup, dengan kata lain bahwa klausul lingkungan hidup harus dilaksanakan atau ditegakkan sebagaimana mestinya, sesuai dengan maksud dan
tujuan dicantumkannya klausul tersebut. Guna mengarahkan kebijaksanaan perkreditan yang berwawasan
lingkungan, contoh ketentuan yang harus diajukan kepada calon debitur dalam proses pemberian dan persetujuan kreditnya yaitu:
109
5. Inspectiontrade checking, yaitu kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh bank untuk melihat sejauh mana ketaatan dan pengoperasian serta pengaruh
1. AMDAL sebagai persyaratan perizinan atas setiap kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkunganlingkungan hidup.
2. Keputusan persetujuan atas Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL sesuai dengan syarat-syarat.
3. Surat pernyataan lingkungan dari perusahaancalon debitur. 4. Internal monitoring, yaitu kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
perusahaandebitur secara cermat keadaan fasilitas, pengoperasian dan pengaruh terhadap lingkungan serta melaporkannya secara berkala, baik
kepada pemerintah maupun bank.
109
H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi Bandung : Citra Aditya Bakti, 2005, hlm. 154.
Universitas Sumatera Utara
terhadap lingkungan. Oleh aparat perkreditan hal ini dilaporkan sebagai laporan hasil kunjungan debitur.
Penerapan lingkungan hidup dalam lembaga perbankan sangat diperlukan karena ekonomi dan lingkungan sebagai risiko utama dunia, keduanya memiliki
keterkaitan di mana diyakini bahwa kerusakan lingkungan yang diakibatkan tata kelola industri yang tidak berkelanjutan memberikan dampak negatif pada
perekonomian global dan perubahan iklim timbul dari hubungan keberlanjutan bisnis perbankan merupakan hubungan sebab akibat antara perilaku bisnis dan
lingkungan. Kewajiban bank untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian prudential
principles, diatur dalam Pasal 2, 8 dan Pasal 29 ayat 2 dan 3 UU Perbankan. Bank Indonesia memiliki kewenangan menetapkan ketentuan perbankan yang
memuat prinsip kehati-hatian yang ditetapkan melalui peraturan Bank Indonesia. Ketentuan ini bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan
transaksi perbankan agar terwujud sistem perbankan yang sehat dan efisien.
110
Pada intinya prinsip kehati-hatian berkaitan dengan penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor penilaian yang
meliputi prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Penjelasan pasal 2 huruf f UUPPLH memberikan pengertian mengenai yang dimaksud
dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha danatau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah
110
Zahry Vandawati Chumaida, Penerapan Prinsip Kehati-hatian dan Kesehatan Bank Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adln.lib.unair.ac.id diakses pada
tanggal 12 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Prinsip kehati-hatian perbankan dalam memberikan
kredit harus tetap memperhatikan lingkungan kredit yang berwawasan lingkungan.
Mengenai usaha nasabah yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan hidup serta dapat berdampak terhadap kegiatan usaha dan kondisi keuangan
nasabah, pihak bank dalam menilai prospek usaha nasabah perlu memperhatikan upaya yang dilakukan nasabah dalam rangka memelihara lingkungan hidup.
Dengan demikian, lembaga perbankan menempati posisi yang strategis dalam memaksa kalangan usaha peduli pada aspek perlindungan daya dukung
lingkungan, keselamatan, serta kesejahteraan orang banyak. Perjanjian kredit terutama dalam kredit investasi menerapkan klausul lingkungan hidup bukan saja
dimaksudkan sebagai pelaksana kewajiban peran serta bank dalam pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dituntut oleh Pasal 67 UUPPLH, tetapi juga untuk
melindungi dirinya atau kreditnya sehubungan dengan sanksi yang ditetapkan oleh Pasal 84 sampai dengan Pasal 120 UUPPLH.
111
Lembaga perbankan bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan hidup akibat investasi yang diberikannya, oleh sebab itulah bank dituntut untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada penjagaan terhadap lingkungan hidup. Pelaksanaan klausul lingkungan hidup ini tercermin juga dalam
pengadaan barang dan jasa yang berbasis ramah lingkungan terhadap masyarakat, atau bisa juga dengan upaya-upaya lainnya yang tentunya bertujuan untuk
111
Arif Djohan Tunggal, Aspek Hukum Perkerditan Berwawasan Lingkungan Di Bidang Perbankan Jakarta: Harvarindo,2003, hlm.75.
Universitas Sumatera Utara
menjaga kelestarian lingkungan dari limbah-limbah yang diakibatkan dari pengadaan barang dan jasa terhadap krediturnya.
Mencegah risiko apabila debitur lalai menjaga kelestarian fungsi lingkungan, bank menerapkan klausul lingkungan hidup dalam perjanjian kredit
terutama kredit investasi dengan mengambil langkah-langkah pencegahan dengan melakukan pemeriksaan pendahuluan, melakukan audit lingkungan,
merefleksikan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada debitur dan mencantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam perlindungan lingkungan
hidup dalam perjanjian kredit. Namun dalam prekatiknya, penerapan klausul lingkungan hidup hanya
sekedar pencatuman atau disebutkan saja dalam perjanjian kredit investasi. Hal ini terjadi karena belum ada petunjuk dari instansi terkait untuk mengeluarkan
petunjuk penerapan klausul lingkungan dalam perjanjian kredit. Pada prinsipnya, lembaga perbankan dan debitur tidak keberatan jika klausul lingkungan hidup
dimasukkan dalam perjanjian kredit investasi karena pihak perbankan menyadari adanya klausul lingkungan hidup dapat menurangi risiko kredit macet sebagai
akibat perusahaan ditutup oleh pemerintah karena pencemaran lingkungan hidup. Saat ini, lembaga perbankan hanya baru pada taraf menyetujui pencantuman
klasul lingkungan hidup tetapi penerapannya sulit untuk dipraktekkan.
Universitas Sumatera Utara
C. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Penerapan Klausul Lingkungan Hidup dalam Perjanjian Kredit Investasi
Penerapan lingkungan hidup dalam perjanjian kredit investasi merupakan suatu kondisi yang harus segera ditindaklajuti dan memaksa lingkup lembaga
perbankan Indonesia untuk lebih memperhatikan aspek tersebut. Permasalahannya adalah perbankan Indonesia umumnya masih ragu dalam memberikan perhatian
lebih besar terhadap permasalahan lingkungan. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya paradigma pihak bank dalam mencetak laba setinggi-tingginya.
Peduli terhadap lingkungan juga membuat perusahaan berpikir bahwa hal tersebut membebani perusahaan karena akan mengeluarkan biaya lebih. Selain itu,
lembaga perbankan yang membiayai proyek lain yang sejenis tersebut ternyata tidak mengharuskan nasabah debiturnya membangun sarana yang dimaksud
karena pertimbangan persaingan antar bank yang ketat. Pihak bank mewajibkan debitur menerapkan AMDAL yang harus
dilengkapi dengan sarana pencegahan perusakan atau pencemaran lingkungan, atau harus dilengkapi dengan sarana untuk memproses daur ulang Bahan Beracun
dan Berbahaya B3 yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Hal tersebut menimbulkan kendala baik yang harus dihadapi oleh pihak bank maupun pihak
nasabah atau debitur. Pihak nasabah dalam melaksanakan kewajibannya mengenai AMDAL tersebut membutuhkan pembiayaan yang lebih mahal daripada
perusahaan yang dapat menghindarkan diri dari keharusan membangun sarana sesuai izin AMDAL.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaan UUPPLH tentang perizinan dan PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL merupakan kendala serius karena tidak mungkin
perusahaannya berjalan tanpa izin. Perusahaan diwajibkan untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup. Dengan adanya kewajiban
tersebut menambah biaya tersendiri dalam penyediaan perangkat lunak dan kerasnya untuk keperluan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup. Selain
itu, untuk menyesuaikan terhadap penegakan lingkungan hidup mengenai legal audit perusahaannya membutuhkan pengacara atau kantor hukum yang dipercaya.
Tidak ada solusi lain kecuali menyiapkan segala sesuatunya sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian kendala tersebut. Penegasan semacam ini sangat penting
karena gangguan terhadap lingkungan banyak terjadi pada tahap konstruksi dan masa percobaan.
112
Begitu juga dalam praktik AMDAL, lebih mengarah pada penonjolan pemenuhan ketentuan administratif daripada substantifnya. Artinya pesatnya
permintaan akan AMDAL merupakan mata rantai kewajiban dalam urusan perizinan dalam suatu usaha atau dipandang sebagai performa untuk mendapatkan
akad kredit atau izin investasi. Proses transparansi dan mekanisme keterbukaan dokumen AMDAL bagi masyarakat tidak berjalan sesuai harapan, bahkan
msyarakat yang terkena dampak tidak mengetahui secara pasti adanya aktivitas suatu kegiatan.
113
Dari segi pemerintah, kurangnya partisipasi pemerintahan dalam mendukung penegakan penerapan klausul lingkungan hidup dalam perjanjian
112
Eggi Sudjana dan Riyanto, Penegakan Hukum Lingkungan dalam Perspektif Etika Bisnis di Indonsia Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1999, hlm. 250-258.
113
Muhammad Erwin, Op. Cit., hlm. 120.
Universitas Sumatera Utara
kredit investasi. Pemerintah diharapkan menyediakan dana khusus, yaitu khusus untuk bank-bank pelaksana, memberikan kredit murah kepada nasabah-nasabah
debiturnya guna membangun sarana-sarana pengelolaan lingkungan hidup, baik untuk proyek baru maupun proyek yang telah ada yang belum memiliki atau
dilengkapi dengan sarana-sarana tersebut. Apabila sarana-sarana tersebut harus dibangun oleh nasabah debitur dengan kredit bank yang berbunga tinggi, maka
akan ada resistensi dari para nasabah debitur pemilik proyek untuk membangun sarana-sarana itu, yang tentu saja pada gilirannya tidak akan membantu kebijakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sedangkan untuk mengharapkan agar nasabah debitur membangun sarana-sarana itu dengan dana modal sendiri
yang tidak berbunga hampir tidak mungkin, kecuali dari pasar modal dengan penjual saham. Tetapi hal itu tidak mungkin dilakukan bagi proyek baru.
Kendala dalam penegakan lingkungan hidup juga dapat dilihat dari fungsi kelembagaan pengelolaan lingkungan bersifat ambivalen dalam wewenang dan
pembagian tugas antara lembaga satu dengan lembaga lainnya. Menteri Lingkungan Hidup misalnya, tidak mempunyai wewenang untuk implementasi,
pemberian dan pencabutan izin dan penegakan hukum.
114
114
Ibid., hlm. 121.
Perkreditan merupakan salah satu usaha yang penting dan memberikan keuntungan yang cukup besar bagi lembaga perbakan. Namun, pengelolaan
perkeditan menimbulkan masalah yang cukup rumit, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kebijakan pemerintah dan perundang-undangan dalam kegiatan perkreditan
sering berubah seiring perkembangan jaman serta dipengaruhi oleh arus politik dan kekuasaan.
2. Pemberian kredit investasi memerlukan waktu yang panjang, misalnya untuk
sektor perkebunan dapat berlangsung sampai 15 tahun. 3.
Dalam menyelesaikan masalah kredit cukup rumit sehingga memerlukan kerjasama dari berbagai disiplin ilmu atau profesi lain.
4. Akan selalu ada resiko besar yang dihadapi oleh pihak bank mengenai
berbagai kemungkinan yang dapat membawa kerugian bagi bank apabila kredit tidak dikelola dengan baik.
Kendala-kendala dalam penerapan lingkungan hidup dalam perjanjian kredit, yaitu:
1. Kebijakan perkreditan bank pelaksana tidak mengatur secara tegas mengenai
acuan perlunya atau kewajiban menganalisis aspek-aspek yang berhubungan dengan pemeliharaan kaulitas lingkungan hidup terhadap proyek yang
dibiayai. 2.
Aparat bank yang kurang memahami atau mengetahui menganai AMDAL dalam memproses suatu permohonan kredit.
3. Kurangnya ahli dalam penanganan kualitas lingkungan dalam proses
pembangunan untuk menganilisa suatu proyek yang dibiayai berdasarkan prinsip lingkungan.
4. Sanksi tidak dimilikinya AMDAL oleh pelaku usaha tidak diatur secara tegas
di PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL. Dalam praktiknya, AMDAL lebih
Universitas Sumatera Utara
mengarah pada penonjolan pemenuhan ketentuan administrative daripada subtansinya.
5. Bankir pada umumnya mempunyai latar belakang bisnis sehingga orientasi
utama adalah profit. Sehingga lebih banyak berorientasi pada sisi ekonomi dibandingkan keuntungan dalam perspektif lingkungan dan masyarakt.
6. Perbankan Indonesia kurang menyadari akan pentingnya bidang lingkungan
dan memperhatikan resiko lingkungan, menyebabkan bank akan memprioritaskan debitur yang bernilai bsinis murni saja.
Universitas Sumatera Utara
96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan