6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERTAMBANGAN EMAS
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya adalah
pertambangan emas. Pertambangan emas selain dikelola oleh perusahaan juga banyak dijumpai pertambangan emas tanpa izin PETI. Pertambangan tanpa
izin ini biasa dilakukan masyarakat setempat. Kegiatan pertambangan ini dilakukan secara tradisional, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di tepi
sungai dengan cara mendulang [10]. Biji-biji emas hasil dulang biasanya dibersihkan dengan proses amalgamasi [20].
Proses selanjutnya untuk mendapatkan biji emas dari campuran batuan dilakukan proses amalgamasi dengan menggunakan merkuri. Limbah proses
amalgamasi tersebut biasanya dibuang ke sungai atau ditumpuk di daerah pemprosesan sehingga dapat mencemari lingkungan. Data Badan Pengelolaan
dan Pelestarian Lingkungan Hidup tahun 2002, melaporkan bahwa setiap tahun diperkirakan 10 ton Hg sisa penambangan emas tradisional di buang ke
lingkungan sekitar.
2.2 PENGOLAHAN EMAS CARA AMALGAMASI
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dengan membentuk amalgam Au-Hg. Amalgamasi merupakan metode
ekstraksi logam emas yang paling sederhana dan murah, tetapi hanya sesuai untuk bijih emas dengan kadar tinggi, mempunyai ukuran butir kasar 74
μ dan dalam bentuk emas murni yang bebas free native gold. Proses
amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan butiran emas.
Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, dimana air raksa akan menguap dan dengan proses kondensasi uap air raksa tersebut
Universitas Sumatera Utara
7 dapat diperoleh lagi air raksanya untuk dapat dipergunakan kembali.
Sementara Au-Hg tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam. Metode yang digunakan oleh para pengolah bijih emas adalah metode
langsung. Dalam metode ini semua material bijih emas, media giling, kapur tohor, air, air raksa dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses,
sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa terjadi secara bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif
dengan beberapa alasan yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil
flouring , sehingga daya ikat air raksa terhadap emas kurang, dan butir-butir
air raksa yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu dilakukan pendulangan memisahkan ampas dengan amalgam. Akibatnya, metode ini
menghadapi dua permasalahan utama yaitu perolehan emas yang rendah dan kehilangan air raksa yang cukup tinggi. Perolehan emas dalam metode
amalgamasi jarang melebihi 85 [20]. Untuk tambang rakyat yang menggunakan metode amalgamasi cara langsung perolehan emasnya lebih
rendah dari 85 . Ini mengakibatkan terjadinya pemborosan sumber daya mineral karena hanya bijih emas kadar tinggi saja yang diolah, sementara
ampas tailing sebagai sisa pengolahan yang masih mengandung emas dibuang dan dalam jumlah yang cukup banyak.
2.3 TAILING