Pola Pergerakan P.leucomystax

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pola Pergerakan P.leucomystax

Dari hasil pengamatan pola pergerakan P. leucomystax, terlihat bahwa terdapat perbedaan antara pola pergerakan dari masing-masing katak. Pola pergerakan harian katak P. leucomystax bersifat acak dan tidak teratur baik pada katak jantan maupun katak betina, hal ini dapat terlihat pada gambar 2. Katak Jantan di pemukiman Katak Betina di pemukiman Katak Jantan di Pembibitan Katak Betina di Pembibitan Katak Jantan di Pinggiran Hutan Katak Betina di Pinggiran Hutan Gambar 2. Pola Pergerakan Katak P.leucomystax di Taman Wisata AlamCagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara Skala 1 : 200 Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 14 Hal ini diasumsikan bahwa pola pergerakan katak tergantung dari kondisi habitat dan komponen-komponen yang mendukung kehidupan katak seperti jauh tidaknya katak dari lokasi air, tempat mencari makan, dan vegetasi sebagai tempat untuk berlindung dari predator dan kenyamanan dalam bersarang. Selama pengamatan juga terlihat bahwa pergerakan katak pada siang hari akan lebih dominan mencari vegetasi sebagai naungan dan adapula yang mendekati genangan-genangan air di sekitar lokasi pengamatan berupa genangan air hujan dan rembesan air dari parit jalan. Hal ini didukung oleh Lemckert dan Brassil 2000 yang menyatakan, tempat berlindung katak biasanya terdapat pada daerah tertutup seperti serasah atau dalam akar tanaman serta dekat genangan air. Daerah tersebut menjadi daerah berlindung dari predator dan kekeringan dan dapat digunakan sebagai naungan. Walaupun beberapa katak bersembunyi di bawah serasah, sebagian besar katak akan merubah posisinya ketika pelindung kepalanya terbuka. Hasil penelitian Sholihat 2007 juga menyebutkan sumber air dan keberadaan vegetasi merupakan komponen paling penting bagi siklus kehidupan P. leucomystax, dimana terlihat katak jantan yang ditemukan berada di sekitar sumber air yang terdapat di lokasi penelitian baik yang alami dan buatan dan untuk katak betina lebih sering ditemukan berada jauh dari sumber air namun ada juga beberapa katak betina yang ditemukan di dekat sumber air, diduga katak betina ini akan kawin sehingga bergerak mendekati sumber air. Selain itu dari hasil total pergerakan katak P. leucomystax terlihat juga perbedaan total jarak pergerakan yang signifikan yang dilakukan katak selama 24 jam antara katak jantan maupun katak betina, dimana katak P. leucomystax betina pergerakannya lebih luas dibandingkan dengan katak P. leucomystax jantan. Hal ini karena katak jantan cenderung akan menetap pada satu lokasi untuk mempertahankan teritorinya dari katak jantan lainnya, sedangkan untuk katak betina pada umumnya akan melakukan pergerakan lebih jauh untuk mencari pasangan serta tempat yang nyaman untuk bersarang dan meletakkan telurnya ketika berbiak nantinya sehingga terhindar dari predator. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 15 Tabel.2. Pergerakan P. leucomystax di TWACA Sibolangit. Lokasi Individu Total Pergerakan m Jarak dari posisi awal-akhir m Nilai Alur Kelurusan Daerah Pemukiman Jantan 20,73 10,81 0,52 Betina 44,87 7,77 0,17 Daerah Pembibitan Jantan 29,83 21,92 0,74 Betina 10,86 9,13 0,84 Pinggiran hutan Jantan 18,15 10,8 0,59 Betina 48,71 32,54 0,67 Dari hasil perhitungan yang tertera pada tabel.2. dapat dilihat bahwa hasil nilai alur kelurusan dari masing –masing katak lebih besar dari 0,5. Ini menunjukkan bahwa katak bergerak menjauhi titik awal pengamatan. Hal ini disebabkan adanya gangguan di habitat awal katak berupa kegiatan manusia seperti membuka lahan untuk pembibitan, pembangunan fisik, dan kurangnya tempat berlindung dari predator ataupun kelembaban yang kurang tepat untuk tubuh katak. Selain itu hal ini dapat dikarenakan katak mencari sumber air terdekat ataupun tempat –tempat yang memiliki kelembaban dan suhu yang sesuai dengan kondisi tubuh katak untuk menghindari kulitnya dari kekeringan. Secara umum pada siang hari pun katak Polypedates leucomystax tidak akan berada jauh dari sumber air, hal ini juga dapat terlihat dari ditemukannya katak Polypedates leucomystax lain di dekat sumber air Gambar 3 saat melakukan pengamatan. Gambar 3. Katak P. leucomystax lain yang ditemukan di sumber air. Kondisi seperti panas pada siang hari merupakan salah satu contoh yang membuat katak bergerak mencari tempat yang cocok agar terhindar dari masalah Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 16 kekeringan. Berdasarkan hasil pengamatan pada siang hari dengan kelembaban berkisar antar 68 – 95 katak berusaha mencari tempat yang lebih nyaman untuk melindungi dirinya dari cahaya matahari. Sebagai contoh katak jantan di lokasi pinggiran hutan masuk ke bawah serasah untuk melindungi dirinya begitu juga dengan katak betina yang berada di lokasi pembibitan melindungi dirinya dengan bersembunyi di balik serasah dibawah daun talas dan pada malam hari katak mulai kembali bergerak dan beraktivitas. Hal ini juga dapat terlihat dari hasil perhitungan Chi kuadrat nilai alur kelurusan dengan nilai Chi kuadrat hitung lebih kecil dibandingkan dengan Chi kuadrat tabel 2,4 3,841 Lampiran 7, dengan begitu pergerakan katak P. leucomystax jantan dan betina menjauhi titik awal pengamatan. Beberapa katak tertentu tidak menjauhi titik awal pengamatan seperti pada katak betina di daerah pemukiman. Hal ini dapat dikarenakan di daerah tersebut terdapat makanan yang memadai untuk katak tersebut, oleh karena itu katak betina di daerah pemukiman tidak melakukan pergerakan yang menjauhi titik awal pengamatan. Menurut Dole 1965 banyak dari pergerakan yang pendek dari sarang dan kembali lagi dapat diartikan sebagai perjalanan mencari makanan. Sebagai contoh, bila terdapat serangga atau mangsa lain yang terlihat oleh katak, katak akan mengikuti mangsa sampai tertangkap atau lepas, kemudian akan mundur ke posisi semula. Selanjutnya Hodgkinson dan Hero 2001, menambahkan kebanyakan amfibi adalah hewan penetap dengan pergerakan terbatas hanya berkisar antara 10 –100m. Dari hasil pengamatan total pergerakan pada Tabel 2. dapat terlihat bahwa total pergerakan katak betina lebih jauh dibandingkan dengan katak jantan. Hal ini diasumsikan karena katak jantan lebih cenderung menetap pada suatu habitat untuk mempertahankan teritori atau wilayah jelajahnya dari katak jantan lainnya dan akan mencari makanan di sekitar wilayah teritorinya saja, sementara untuk katak betina pada umumnya akan melakukan pergerakan yang lebih jauh untuk mencari makanan yang lebih banyak jika dikaitkan dengan ukuran badan betina yang lebih besar daripada jantan dan untuk mencari pasangan pada saat musim berbiak nanti. Menurut Abrunhosa dan Henrique 2004, Pada banyak anura perilaku menjaga daerah teritori terjadi pada saat adanya interaksi antar pejantan Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 17 yang umumnya dapat diselesaikan di kolam yaitu dengan bersuara menunjukkan keberadaan, kepemilikan teritori dan atau panggilan pada saat berjumpa namun kalau tidak berhasil, diselesaikan dengan perkelahian fisik. . Atas dasar ini Sholihat 2007 menyatakan, bahwa pola pergerakan katak jantan cenderung hanya berada di sekitar genangan air sedangkan pada katak betina memiliki pola pergerakan yang lebih luas dan hanya akan ditemukan di sekitar genangan air apabila sedang musim berbiak. Ini didukung dengan pernyataan Lemckert dan Brassil 2000, pergerakan katak betina lebih luas dibandingkan dengan katak jantan, diduga karena jantan “terikat” dengan daerah bersuaranya. Hal ini juga didukung dari hasil chi kuadrat menunjukkan Chi kuadrat hitung masih lebih kecil dibandingkan dengan Chi kuadrat tabel 3,75 3,841 Lampiran 7. Dimana ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jarak pergerakan yang signifikan dari katak P. leucomystax jantan dan katak P. leucomystax betina. Dari hasil penelitian, diketahui pergerakan katak betina di lokasi pembibitan lebih pendek dibandingkan dengan katak jantan, hal ini diasumsikan karena luka yang terdapat pada pangkal paha dari katak betina setelah pemasangan alat selama 24 jam Gambar 4. Luka tersebut disebabkan ikatan pada katak terlalu ketat sehingga melukai katak ketika bergerak, selain itu luka yang diakibatkan dari alat juga menghambat pergerakan katak. Menurut Dole 1965 alat spool track yang terlalu ketat akan mempengaruhi kemampuan berenang katak dan mengacaukan pergerakannya dalam penelitian ini, katak betina di lokasi pembibitan. Hal ini serupa dengan pendapat Susanto 2011, pemasangan alat yang lebih kencang dapat menyebabkan luka. Selain itu perlu juga diperhatikan tempat alat diikatkan, dimana alat harus diikat di bagian pinggang karena apabila dilakukan pengikatan di bagian dada, alat akan turun ke pinggang sehingga pengikatnya menjadi longgar dan mudah untuk lepas. Selanjutnya menurut hasil penelitian Dole 1965, terkadang tali pengikat membuat kulit katak teriritasi pada bagian pangkal paha dan dada, sehingga kesesuaian alat juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam metode Spool track ini untuk mengurangi kecacatan alat dan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan lebih spesifik. Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU 18 Gambar 4. Bekas luka pada pangkal paha katak setelah 24 jam pemasangan alat.

4.2. Penggunaan Mikrohabitat P. leucomystax di TWACA Sibolangit