DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember2014 sampai April 2015 di Taman Wisata AlamCagar Alam Sibolangit di Desa Sembahe, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara Lampiran 1, dan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah headlamp, kompas, kamera digital, cutter, palet plastik, botol obat, benang katun, kantong plastik, buku
identifikasi, termometer, refraktometer, GPS Global Position system, kertas milimeter, mistarpenggaris, jangka sorong, meteran tanah, selotip paralon,
gunting, timbangan digital, alat tulis, dan tally sheet. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah katak Polypedates leucomystax, lem plastik, korek api,
sedotan, dan kertas mika.
3.3 Deskripsi Area
Taman Wisata Alam Sibolangit secara administrasi pemerintahan berada di Desa Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara. Kawasan ini terletak di sebelah selatan Kota Medan sekitar 35 km dari Medan dan 15 km dari Kota Brastagi dengan luas kawasan sekitar 120
Ha, yang terbagi atas Tawan Wisata Alam seluas 24,85 Ha dan Cagar Alam seluas 95,15 Ha dengan ketinggian 550 m dpl.
3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Pembuatan Spool track Dole, 1965
Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode spool track. Inti dari penggunaan
spool track
ialah mengikuti
pergerakan katak
dengan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
10 menggunakantali. Metode ini memakai alat yang terdiri dari sedotan untuk
jantan atau palet dari plastik untuk betina untuk tempat menggulung benang, kertas mika untuk jantan atau tempat obat untuk betina untuk tempat gulungan
benangdan benang katun yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkanalat yang dapat mendeteksi pergerakan harian dari P. leucomystax
dengan cara mengikuti benang dari spool track
.
Cara pembuatan spool track ialah benang digulung sepanjang kurang lebih 100 meter dalam sedotan yang sudah dipotong dan diberi pembatas kertas mika.
Sedotan yang sudah dibentuk tersebut diletakkan di dalam selongsong yang terbuat dari kertas mika atau di dalam potongan botol obat yang berfungsi agar
saat benang terurai tidak akan membelit katak. Dalam penelitian ini, benang yang digunakan ialah benang katun atau benang jahit biasa yang berwarna cerah. Hal
ini dilakukan karena benang katun lebih mudah lapuk sehingga jika ada katak yang tidak dapat ditemukan kembali maka benang akan lepas dengan sendirinya.
Setelah itu, alat tersebut ditutup dengan benang katun. Penutupan palet dilakukan untuk menghindari benang yang terurai ketika katak bergerak. Palet yang telah
digulung dengan benang dan diberi wadah nantinya akan diikatkan pada punggung katak dengan menggunakan selotip paralon. Pemilihan selotip paralon
sebagai bahan pengikat alat karena jenis ini elastis dan tidak terlalu menyakiti katak yang dipakaikan alat. Berat alat ini harus kurang dari 10 dari berat tubuh
katak Polypedates leucomystax . Semua kegiatan pembuatan alat Spool Track
dilakukan di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.4.2 Pengambilan Sampel Katak
Katak Polypedates leucomystax yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 6 ekor katak Polypedates leucomystax dewasa yang terdiri dari 3 ekor
katak jantan dan 3 ekor katak betina. Untuk pengambilan sampel katak Polypedates leucomystax sendiri dilakukan dengan metode Visual Encounter
Survey-Night Stream VES-NS, Kemudian katak Polypedates leucomystax yang didapatkan akan ditimbang berat badannya, SVL Snout Vent Lenght, dan Jenis
kelamin serta dicatat juga faktor fisik lingkungan sebagai data awal penelitian.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
3.4.3 Pemasangan Alat Pada Katak
Setelah didapatkan katak yang sesuai, katak akan dipasangkan alat Spool track di bagian dorsal katak dengan berat alat tidak lebih dari 10 bobot tubuh
katak Polypedates leucomystax karena dapat mengganggu pergerakan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kemudian setelah pemasangan alat, katak
Polypedates leucomystax diletakkan di masing-masing titik pengamatan.
3.4.4 Penentuan Titik Penelitian
Penentuan titik penelitian ini dilakukan secara Purposive Random Sampling yaitu pada 3 titik pengamatan yang dianggap terkena dampak dari
pembangunan fisik di Tawan Wisata AlamCagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara.
3.4.5 Pengamatan Pola Pergerakan Katak
Setelah katak diberi perlakuan, kemudian katak dilepas kembali di titik yang telah ditentukan dan diamati pergerakannya melalui jejak tali yang
ditinggalkan dari pergerakan katak setiap 3 jam selama 24 jam. Pola pergerakan dilihat dari benang yang ditinggalkan oleh katak. Dicatat data katak yang
diperoleh setiap 3 jam yang meliputi antara lain koordinat titik terakhir, dan jarak pergerakan katak dari titik awal pengamatan.
3.4.6 Penggunaan Mikrohabitat oleh P. leucomystax
Selain data pergerakan katak, data mengenai mikrohabitat katak yang digunakan serta akivitas yang dilakukan setiap lokasi ditemukannya jenis katak
tersebut juga perlu dicatat untuk mengetahui seberapa besar peran mikrohabitat dalam mendukung keberadaan dari P. leucomystax. Beberapa data mikrohabitat
yang dicatat yaitu vegetasi dominan, suhu udara, pH air, dan penutupan oleh vegetasi atau obyek lain dan data khusus lainnya.
3.5 Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis dalam bentuk deskriptif dan kuantitatif. Untuk data mikrohabitat dari
P. leucomystax akan dianalisis dan dijelaskan secara
deskriptif atau dalam bentuk tabel berupa lokasi katak ditemukan, jenis kelamin,
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
aktivitas katak saat ditemukan, serta substrat yang digunakan katak saat ditemukan.
Untuk pergerakan katak akan dianalisa secara terpisah untuk setiap jenis kelamin. Analisis dilakukan secara kuantitatif yaitu untuk melihat net
displacement dan nilai alur kelurusan dari pergerakan straightness of themovement trail. Net displacement yaitu jarak yang ditempuh katak selama
24jam. Net displacement diperoleh berdasarkan pengukuran titik dari interval akhir dan awal selama periode 24 jam. Nilai alur kelurusan diperoleh dengan
menghitung rasio dari jarak kumulatif total katak bergerak selama 24 jam dengan jarak antara titik awal ke titik akhir pengamatan Schwarzkopf dan Alford 2002.
Nilai alur kelurusan digunakan untuk melihat pola pergerakan katak selama 24 jam, apakah bergerak menjauhi titik awal atau hanya bergerak di sekitar titik awal
saja. Nilai alur kelurusan adalah 0 –1, dimana 1 mengindikasikan katak bergerak
ke luar dalam pola alur lurus, sementara 0 menunjukkan tidak adanya pergeseran. Nilai alur kelurusan =
Total jarak antara titik awal ke titik akhir Jarak kumulatif total pergerakan katak
Selain itu, dilakukan pula uji hipotesis dengan menggunakan metode penghitungan chi kuadrat, dengan rumus :
χ
2
hitung = O
− E
2
� Dimana : χ
2
: Chi kuadrat E
: Frekuensi yang diharapkan O
: Frekuensi yang diobservasi Apabila χ
2
hitung lebih besar daripada χ
2
tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Keterangan : H
: Pola pergerakan katak tidak menjauhi titik awal pengamatan. H
a
: Pola pergerakan katak menjauhi titik awal pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pola Pergerakan P.leucomystax
Dari hasil pengamatan pola pergerakan P. leucomystax, terlihat bahwa terdapat perbedaan antara pola pergerakan dari masing-masing katak. Pola
pergerakan harian katak P. leucomystax bersifat acak dan tidak teratur baik pada
katak jantan maupun katak betina, hal ini dapat terlihat pada gambar 2.
Katak Jantan di pemukiman Katak Betina di pemukiman
Katak Jantan di Pembibitan Katak Betina di Pembibitan
Katak Jantan di Pinggiran Hutan Katak Betina di Pinggiran Hutan Gambar 2. Pola Pergerakan Katak P.leucomystax di Taman Wisata AlamCagar
Alam Sibolangit, Sumatera Utara Skala 1 : 200
Universitas Sumatera Utara