2.2.1 Teori-teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai proses penuaan, antara lain:
a Teori radikal bebas
12-13,15
Radikal bebas merupakan sekelompok senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan dan dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi.
Umumnya, radikal bebas dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa senyawa akan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang bersifat sangat
reaktif ini dapat merusak komponen sel dan inti sel sehingga terjadi degenerasi. b
Teori Kerusakan Deoxyribonucleic Acid DNA
13,15
DNA adalah suatu molekul kimia yang berperan pada instruksi untuk sel agar berfungsi. DNA ditemukan dalam inti sel dan mitokondria. Target utama dari
oksigen radikal adalah merusak mitokondria DNA mtDNA. Kesalahan yang terjadi pada mtDNA tidak dapat langsung diperbaiki. Oleh karena itu, luas kerusakan
mtDNA terakumulasi dari waktu ke waktu, sehingga menyebabkan sel mati dan organisme menua.
12-13,15
c Teori Imunologi
Teori ini menyatakan bahwa sistem imun mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada lansia sangat
mudah terserang infeksi karena tidak ada keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi sehingga menyebabkan kekebalan tubuh menurun.
d Teori Wear and Tear
13,15
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi dan jaringan yang mati tidak dapat memperbaiki dirinya. Teori ini menyatakan bahwa
organisme tetap memiliki energi yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
e Teori Cross Linking Collagen-Elastin
13,15
Teori ini menyatakan bahwa pembentukan ikatan silang antara kolagen dan elastin menyebabkan kolagen menjadi kurang lentur, lebih rapuh, mudah terkoyak
Universitas Sumatera Utara
dan akhirnya degenerasi. Keadaan ini menyebabkan sistem tubuh mengalami kemunduran fungsional yang menyebabkan gejala menua.
12-13
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Penuaan
Perubahan fungsi sel dan kematian sel pada lansia dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik digolongkan sebagai faktor
endogenik sedangkan faktor lingkungan digolongkan sebagai faktor eksogenik. Faktor-faktor tersebut dapat bekerja sendiri atau bekerja secara bersama-sama dalam
menimbulkan perubahan pada sel. a
Faktor endogenik
13
Faktor endogenik merupakan proses menua fisiologik yang berlangsung secara alamiah disebabkan oleh berbagai faktor dari dalam tubuh seperti genetik dan
hormonal. Genetik seseorang ditentukan oleh genetik orang tua tetapi dapat juga berubah karena infeksi virus dan radiasi. Selain genetik, pengaruh hormon juga
sangat erat hubungannya dengan umur. Proses menua fisiologis lebih jelas terlihat pada wanita yang memasuki masa menopause. Penurunan fungsi ovarium
menyebabkan berkurangnya produksi hormon seks yaitu hormon estrogen dan akibatnya akan terjadi atropi pada sel epitel. Selain itu, menimbulkan tanda-tanda
menua pada kulit seperti kulit menjadi kering dan berkurangnya elastisitas serta terjadi penurunan fungsi kelenjar saliva sehingga menyebabkan mulut kering.
b Faktor eksogenik
12-13
Faktor eksogenik terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh seperti diet, merokok, sinar ultraviolet UV, polusi dan stres. Nutrisi yang adekuat sangat
dibutuhkan, terutama protein karena berguna untuk mempertahankan dan memperbaiki jaringan lunak dan jaringan keras. Pada rongga mulut, kekurangan
protein menyebabkan degenerasi jaringan ikat gingiva, membran periodontal dan mukosa serta mempercepat kemunduran tulang alveolar.
13
Merokok dapat menyebabkan perubahan biokimia pada tubuh yang dapat mempercepat proses penuaan alami. Rokok menghasilkan tekanan oksidatif,
menganggu sirkulasi, dan memicu kerusakan DNA. Akibatnya, kerutan meningkat,
Universitas Sumatera Utara
warna kulit tidak rata, kulit tampak kering, kusam, dan rapuh. Perokok berat pada awalnya mengalami ptialism dan setelah beberapa jam kemudian berubah menjadi
keadaan mulut kering. Kebiasaan merokok banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Sinar UV dari matahari dapat menyebabkan kerusakan serat kolagen
pada kulit sehingga menyebabkan terjadinya pembentukan bercak-bercak pigmentasi dan menurunkan fungsi kekebalan kulit. Selain itu, nanopartikel akibat polusi dapat
menyebabkan tekanan oksidatif dan merusak jaringan kulit serta kolagen sehingga kulit tidak bisa mempertahankan strukturnya. Kondisi psikologis yaitu stres juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penuaan pada kulit dimana tubuh menghasilkan matriks metalloproteinase yaitu enzim yang memecah kolagen dan
elastin.
12-13
2.3 Pengaruh Penuaan pada Kesehatan Rongga Mulut