6 Obat-obatan
Xerostomia adalah efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-obatan. Obat-obatan yang sering menimbulkan xerostomia terdiri dari obat antidepresen,
anticholinergik, antihistamin, antihipertensi, obat kardiovaskular dan diuretik.
25
Obat- obatan dapat menyebabkan xerostomia dengan mempengaruhi aliran saliva dengan
beberapa cara seperti menganggu transmisi sinyal di persimpangan saraf parasimpatis efektor, menganggu aksi di persimpangan neuroadrenergik efektor atau
menyebabkan depresi koneksi dari sistem saraf otonom.
24
2.4.3 Gambaran Klinis Xerostomia
Gambaran klinis xerostomia terdiri dari peningkatan jumlah karies gigi, traumatik ulser, kekeringan pada bibir, halitosis, terjadi fisur pada lidah, dan juga
candidiasis. Selain itu, individu yang mengalami xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah, menelan dan berbicara serta mulut terasa terbakar. Makanan
yang kering biasanya sulit dikunyah ataupun ditelan. Pada mukosa yang kering dapat mengakibatkan penggunaan gigi tiruan menjadi tidak nyaman dimana keadaan ini
mempengaruhi retensi gigi tiruan dalam menahan tekanan kunyah.
11,17,19
Saliva berbuih, genangan saliva pada dasar mulut tidak ada, kehilangan papila lidah, terjadi
perubahan pada permukaan gingiva, mukosa oral berkilat seperti kaca terutama pada bagian palatal, lobul atau fisur pada lidah, karies pada bagian servikal gigi yang
mengenai lebih dari dua gigi dan terdapat debris pada mukosa palatal.
30
2.4.4 Diagnosa Xerostomia
Diagnosis xerostomia dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: a.
Anamnesis Dalam melakukan anamnesis dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan keadaan xerostomia. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah ada kesulitan dalam hal mengunyah dan menelan makanan, apakah ada
kesulitan berbicara, apakah mulut terasa seperti terbakar, apakah membutuhkan air
Universitas Sumatera Utara
minum saat menelan makanan, apakah mulut terasa kering saat mengonsumsi makanan, apakah pasien sedang mengonsumsi obat dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Klinis
31
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gambaran klinis yang tampak dalam rongga mulut. Menurut Osailan, pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cara menempatkan kaca mulut pada dasar lidah atau mukosa bukal. Kaca mulut akan terasa lengket apabila disentuhkan ke dasar lidah ataupun mukosa bukal.
30
c. Teknik Pengumpulan saliva
Teknik pengumpulan whole saliva dapat dilakukan melalui empat metode yaitu draining method, spitting method, suction method dan teknik swab. Pengukuran
aliran saliva pada kondisi tanpa stimulasi dapat dilakukan dengan cara pasien disuruh duduk pada posisi badan tegak lurus dan diinstruksikan untuk mengalirkan saliva ke
dalam suatu wadah selama 15 menit. Aliran saliva pada kondisi stimulasi dapat diukur dengan cara menginstruksikan pasien untuk mengunyah gum base atau parafin
wax 1-2g selama 1 menit atau memberikan stimulus dengan asam sitrat 2 yang diletakkan pada lidah pada setiap 30 detik interval dan mengumpulkan saliva ke
dalam wadah selama 5 menit. Draining method adalah metode pengumpulan saliva yang pasif dan membutuhkan pasien untuk mengalirkan saliva dari mulut ke dalam
wadah yang diukur dalam satu waktu tertentu. Spitting method adalah sama seperti draining method tetapi saliva dikumpulkan dalam mulut pada satu waktu tertentu
kemudian meludahkan ke dalam wadah. Suction method dilakukan dengan menggunakan saliva ejector untuk mengalirkan saliva dari mulut ke dalam suatu
wadah. Teknik swab dilakukan dengan menggunakan preweight cotton roll atau spons yang diletakkan di mulut pasien dalam waktu tertentu lalu ditimbang. Teknik
swab ini lebih efektif dalam mengestimasi derajat salivasi pada pasien xerostomia.
d. Pemeriksaan Sialografi
32,33
Pemeriksaan sialografi adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya polip, mucous plug atau fibrin, area granulomatosa,
obstruksi duktus dan stenosis dari kelenjar saliva dan salurannya sistem salivari.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara penyuntikan media kontras yaitu etiodol atau sinografin secara intravena ke dalam kelenjar saliva. Sialografi memberikan
pemandangan yang jelas pada duktus secara keseluruhan. Cara pemeriksaan adalah pasien tidur dalam posisi supine dan dibuat foto plain cranium anteropoterior dan
lateral. Kemudian diberikan pastiles untuk merangsang saliva lalu dimasukan spuit sialo yang dihubungkan dengan kateter dan diplester ke kulit. Ujung kateter
dihubungkan dengan spuit yang berisi media kontras. Media kontras disuntikkan dan dilakukan pemotretan. Setelah selesai pemotretan, pasien diberi minum asam supaya
semua kontras media terangsang keluar. e.
Biopsi
34
Biopsi kelenjar saliva minor sangat berguna untuk mendiagnosa kondisi perubahan patologis yang berhubungan dengan disfungsi kelenjar saliva. Pemeriksaan
ini dapat digunakan untuk mendiagnosa Sjogren’s Syndrome SS, Human Immunodeficiency Virus HIV, penyakit kelenjar saliva, sarcoidosis, amyloidosis
dan graft-vs-host disease. Biopsi kelenjar saliva minor dapat dilakukan jika suspek terbentuk keganasan pada kelenjar saliva.
f. Pemeriksaan Sialometri
34-35
Pemeriksaan sialomerti adalah salah satu cara pengukuran aliran saliva dimana alat untuk mengukur saliva ditempatkan dibawah orifise kelenjar parotid dan
submandibular atau sublingual. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat istirahat sekresi saliva berkisar 0,3-0,5mLmenit. Setelah
dirangsang dengan asam sitrat sekresinya akan meningkat menjadi 0,4-1,5mLmenit. Apabila sekresi saliva setelah dirangsang menunjukkan hasil kurang dari
0,1mLmenit keadaan ini dikenal sebagai keadaan patologis.
34
2.4.5 Terapi Xerostomia