Pola komunikasi ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bekasi
POLA KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
UJUNG HARAPAN BEKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SI
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Tanih Alwiyah
NIM : 205051000476
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
POLA KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
UJUNG HARAPAN BEKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SI
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Tanih Alwiyah
NIM : 205051000476
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
POLA KOMUNIKASI
USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
UJUNG HARAPAN BEKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SI
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Tanih Alwiyah
NIM : 205051000476
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persayaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan tiruan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2010
(5)
ABSTRAK
Tanih Alwiyah
205051000476
Fakukltas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri di Pondok Pesantren
Attaqwa Putri Ujung Harapan Bekasi
Ustadzah Ulfa Noer adalah ustadzah yang sangat disiplin, dan bijaksana,
beliau juga disegani para santrinya, dan beliau juga adalah santri perintis awal
berdirinya pondok pesantren Attaqwa Putri. Bagi para santri beliau adalah ibu dan
juga teman yang selalu siap mendengarkan keluh kesah mereka. Pola komunikasi
yang digunakan ustadzah Ulfa tidak lain untuk mendidik akhlaq dan juga merubah
kepribadian para santri-santrinya agar terbentuk menjadi insan kamil.
Dalam skripsi ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi Ustadzah
Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa putri?
Pola komunikasi ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di pondok pesantren
Attaqwa putri, menggunakan pola komunikasi kelompok dan pola komunikasi
antarpribadi. Pola komunikasi kelompok adalah pola komunikasi yang terjadi
antar seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama di suatu
tempat yang membentuk kelompok. Pola komunikasi kelompok ustadzah Ulfa
Noer terlihat ketika usadzah Ulfa mengajar baik formal atau nonformal
(pengajian), dan pola komunikasi antarpribadi ketika para santri menghafalkan
pelajaran atau muroja’ah pada sore hari.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan penelitian
lapangan, dengan menggunakan studi kasus, yaitu penelitian yang memberikan
gambaran objektif tentang suatu masalah.
Peran pondok pesantren sangat penting selain dalam pembentukan akhlaq
yang baik (akhlaqul karimah) tapi juga dalam upaya memajukan anak bangsa
yang siap terjun di masyarakat.
(6)
KATA PENGANTAR
Assalam u’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Puji dan Syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Nikmat, Inayah dan MaghfirahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Karena itu, penulis merasa bersyukur kepada Allah
SWT dan berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
serta kemudahan kepada penulis, baik pada saat penulis menyelesaikan studi
maupun saat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa pula penulis sampaikan semoga senantiasa
terlimpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa
umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti saat ini kita rasakan.
Kemudian, skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil, maka penulis ucapkan terima
kasih yang tak terhingga, terutama kepada yang terhormat :
1.
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Dr. H. Arief Subhan,
M.A, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal,
MA, dan Pudek III Drs. Study Rijal LK, M.A. yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal.
(7)
2.
Koordinator Teknis Program Non Reguler Dra. Hj. Asriati Jamil, M.
Hum. yang telah banyak memberikan bantuan dan telah memberikan
masukan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dra. Musfirah Nurlaily, M.A. Selaku sekretaris Progran Non Reguler yang
telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA yang selalu sabar dalam membimbing,
memberikan masukan dan saran kepada penulis, di tengah-tengah
kesibukannya beliau tetap bersedia membimbing penulis.
5. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan
kepada penulis, semoga apa yang di berikan dapat bermanfaat.
Amin...
6.
Orangtua penulis yang tersayang, Bpk. H. Timu dan Ibu Hj. Romanih
yang setiap saat selalu mendo’akan penulis, memberikan motivasi, baik
moril maupun materil. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih atas
nasehat, keikhlasan dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis.
Ya Allah ampuni dan sayangi kedua orang tua hamba. Amin ya Robbal
‘alamin....
7. Ustadzah Hj. Ulfa Noer. Selaku salah seorang pimpinan dan pengurus
pondok pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi.
8. Dewan Asatidz yang membantu penulis dalam mengumpulkan data selama
dalam penelitian. Ustadzah Ade Damroh, Ustadzah Masfiroh, Ustadzah
Adah, Ustadzah Musliha. Terima kasih atas motivasi dan bantuannya.
(8)
9. Teman-temanku KPI Angkatan 2005, kurang lebih empat tahun kita
sama-sama mencari ilmu dan pengalaman demi masa depan.
10.
Sahabat karibku Lulu, Bu Dwi, dan Yuni yang selalu menyemangati
penulis dalam penulisan skripsi hingga selesai.
11.
Suami dan anakku tercinta yang selalu menemani dan menghibur penulis
selama penulis menyusun skripsi sampai selesai....
Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan, kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi, semoga Allah
SWT membalas semuanya dengan beribu-ribu kebaikan.
Amin ya Robbal
‘alamin....
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bekasi, 17 Maret 2010
(9)
DAFTAR ISI
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
D. Metodologi Penelitian... 6
E. Tinjauan Kepustakaan ... 9
F. Sistematika Penulisan... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Komunikasi ... 12
1. Pengertian Komunikasi ... 12
2. Unsur-unsur Komunikasi... 13
B. Pengertian Pola komunikasi ... 17
1. Jenis-jenis Pola Komunikasi ... 17
2. Penerapan Pola Komunikasi ... 20
C. Pondok Pesantren dan Unsur-unsurnya... 21
a. Santri ... 21
c. Pondok Pesantren ... 22
BAB III USTADZAH ULFAH NOER DAN PONDOK PESANTREN PUTRI ATTAQWA A. Profil Ustadzah Hj. Ulfa Noer, S.Ag ... 24
B. Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi ... 26
(10)
C. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung
Harapan Bahagia Bekasi... 27 D. Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri ... 32 E.Keadaan Santri dan Pelajar... 33
BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI USTADZAH ULFAH NOER
TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI A. Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri Di Pondok Pesantren
Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi ... 36 B. Faktor Pendukung dan Penghambat Santri di Pondok
Pesantren Attawqa Putri... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 51 B. Saran-saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian, mereka membutuhkan orang lain untuk berinteraksi, bekerja dan juga untuk berhubungan dengan sesama demi kelangsungan hidupnya. Salah satu cara yang lazim dan sering digunakan untuk itu semua adalah dengan berkomunikasi.
Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian atau pengiriman pesan yang berupa pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) untuk memberitahu merubah sikap, pendapat dan prilaku baik secara langsung maupun tidak langsung, dan yang terpenting dalam proses penyampaian pesan itu harus jelas, agar tidak terjadi salah faham. Pesan bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Adapun perasaan bisa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain sebagainya yang timbul dari hati.1
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, makin luas pergaulan maka makin besar fungsi, peranan dan tanggungjawab sosial seseorang. Makin banyak ia terlibat proses komunikasi, maka akan berpengaruh pula terhadap diri dan tingkah lakunya, karena komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (pesan) yang mengandung arti antar komunikator dan komunikannya dengan tujuan mewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan. Dengan berkomunikasi seseorang memberi dan menerima informasi baik berupa pendapat maupun ide.
Dalam perspektif agama, bahwa komunikasi sangat penting perannya dalam kehidupan sebagai hubungan antara manusia dengan yang lain dan juga untuk bersosialisasi, manusia dituntut untuk pandai dalam berkomunikasi. Manusia dilahirkan ke dunia sebagai khalifah di bumi ini, jadi dengan manusia pandai berkomunikasi mereka dapat menyampaikan amanahNya melalui berdakwah untuk merubah atau mempengaruhi seseorang menuju jalan
1
Onong Ucjhana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2005),cet ke-19, h.11
(12)
yang benar sesuai dengan aturan agama. Dalam kegiatan belajar mengajar pun dibutuhkan komunikasi. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari komunikasi, yaitu seorang guru yang menyampaikan pesan adalah sebagai komunikator dan murid adalah komunikan. Adapun pesan yang disampaikan berupa materi pelajaran yang direncanakan oleh guru yang ada dalam kurikulum sekolah atau pesantren.
Adapun dalam pendidikan proses penyampaian pesan sumbernya bisa dari murid, guru, dan lain sebagainya. Media pendidikan adalah salurannya, dan penerimanya adalah murid.2 Komunikasi tidak sebatas pertukaran informasi atau pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan gagasan, agar komunikasi dan informasi yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dengan efektif dan baik, maka pendidik perlu menyampaikan komunikasi yang baik pula.3
Komunikasi intruksional adalah komunikasi yang dipakai dalam proses pendidikan. Komunikasi ini lebih mengarah pada pendidikan dan pengajaran. Seorang guru mempunyai kerjasama dengan muridnya, sehingga pesan atau materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Komunikasi intruksional dapat terjadi dimana saja. Contohnya di Pondok pesantren, Universitas, dan juga di sekolah.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, yaitu tempat untuk mempelajari, mendalami, serta mengamalkan ajaran - ajaran agama Islam dan juga belajar tentang pentingnya moral keagamaan dalam Islam, dan ini sangat penting bagi generasi muda pada zaman sekarang jangan sampai moral dan akhlak mereka terbawa dan terpengaruhi oleh dunia barat.4
Pondok pesantren merupakan tempat penyampaian materi yang berkaitan dengan keagamaan biasanya disampaikan oleh para pengajar yang di sebut dengan ustadz atau ustadzah. Para asatidz memulai aktifitas mengajar pada pagi hari jam 07.00 sampai jam 11.30 WIB. Mereka adalah alumni dari berbagai perguruan tinggi bahkan ada yang alumni dari luar
2
H. M. Alisufsabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : UIN Jakarta, 2005), cet-ke-1,h11 3
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h.7 4
(13)
negri seperti Kairo Mesir, dan juga ada yang memang alumni dari pondok pesantren Attaqwa, yang ikhlas mengabdikan dirinya untuk mengamalkan ilmu.
Ustadzah Ulfah adalah seorang pengajar dan selagus perintis awal mula pondok pesantren putri berdiri, diantara asatidz yang lain beliaulah yang sangat dipanuti oleh setiap santri karena kedisipilinan dan juga wibawanya.5 Selain itu beliau juga mempunyai keahlian dan kepercayaan dalam menyampaikan pesan kepada santrinya, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam asuhan beliau dan para ustadzah lainnya, pondok pesantren attaqwa menjadi salah satu tempat mendidik dan membina para santrinya.
Peran yang dimiliki ustadzah Ulfa Noer sangat penting dalam kegiatan belajar dan mengajar, terutama pendekatan dengan santrinya itu lebih mudah dilakukan oleh beliau dalam proses pembentukan kepribadian dan akhlak para santri. Dalam hal ini beliau tidak hanya memerintahkan pada santri untuk merubah akhlaqnya tetapi beliau juga mencontohkan dalam keseharian atau kepribadian beliua.6 Semua itu tercipta karena adanya komunikasi yang baik antara ustadzah Ulfa Noer terhadap santri. Beliau mengajar di pondok pesantren lebih mengutamakan niat dan keikhlasan, sehingga apa yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik di dunia maupun di akhirat.
Pondok pesantren Attaqwa putri yang bertempat di Desa Bahagia, Kec. Babelan, Kab. Bekasi, adalah salah satu lembaga Pendidikan Islam yang mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan dalam pencapaian kualitas yang baik bagi santri-santrinya. Dengan mencetak para santri yang berakhlakul karimah, berdisiplin, berdikari, yang siap terjun ke masyarakat untuk berdakwah kapan dan dimanapun ia dibutuhkan. Pondok Pesantren Attaqwa putri menekankan santrinya untuk dapat membaca Al-Qur'an dengan baik, berakhlaq baik dan juga pandai membaca kitab kuning.
Para santri diwajibkan berbicara dengan temannya dengan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dalam segi berpakaian pun ditekankan pada santri kesederhanaan dengan menggunakan jubah, dan ini untuk menghindari persaingan antar
5
Wawancara pribadi dengan Neneng tgl 16 juni 2009 6
(14)
santri. Selain pendidikan formal santrinya juga diberikan pendidikan non formal atau ekstrakulikuler seperti kegiatan muhadlarah, qiroatul Qur'an, sholawat, marawis, qosidahan, angklung, memasak, dan masih banyak kegiatan lainnya yang mana kegiatan ini tidak ada di pesantren-pesantren lainnya.
Namun yang lebih penting dalam pedidikan di pesantren ini adalah pembinaan akhlaq dan kefashihan atau kelancaran santri dalam membaca Al - Qur’an. Walaupun santri tersebut pintar, namun apabila membaca Al-Qur’annya tidak lancar maka tidak akan lulus pada ujian. Begitu pula dengan akhlak santri, walaupun santri pintar dalam materi pelajaran, tetapi jika akhlaknya tidak baik, maka tidak akan lulus pula.
Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menelitinya. Untuk lebih memudah penelitian, maka penulis mengambil judul “ POLA KOMUNIKASI USTADZAH ULFA NOER TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN
ATTAQWA PUTRI UJUNG HARAPAN BEKASI ”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada pola komunikasi ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa Putri. Karena banyaknya jumlah santri putri, maka penulis membatasinya pada pola komunikasi ustadzah Ulfa Noer.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pola komunikasi Ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Putri Attaqwa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
(15)
a. Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi Ustzh. Ulfa Noer dan santri di Pondok Pesantren Putri Attaqwa.
2. Manfaat Penelitian a. Segi Akademis
Sebagai acuan dan tambahan referensi atau perbandingan bagi studi dalam usaha untuk mengembangkan keilmuan yang sesuai dengan bidangnya, pendidikan ini diharapkan dapat menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi di Lembaga Pendidikan Islam.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah panduan tambahan bagi juru dakwah untuk dapat menyampikan dakwah secara efektif.
D. Metodologi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan, umtuk memperoleh data dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian berdasarkan pendekatan kualitatif, dengan strategi studi kasus. Adapun pengertian dari pendekatan kualitatif adalah: sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati.7
1. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Ustadzah. Hj. Ulfa Noer dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pola komunikasi Ustadzah. Hj. Ulfa Noer terhadap santri di pondok pesantren Attaqwa.
2. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa cara peneliatian sebagai berikut :
a. Observasi
7Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3
(16)
Teknik observasi merupakan pemilihan, pencatatan, pengubahan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme sesuai dengan tujuan – tujuan empiris.8 Teknik ini penulis gunakan untuk mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai pola komunikasi yang dilakukan Ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa putri. Dalam hal ini peneliti mengikuti dan mengamati langsung setiap kegiatan yang dilakukan oleh Ustadzah Ulfa Noer di Pondok Pesantren Attaqwa putri, guna memperoleh data yang lebih akurat tentang hal-hal yang menjadi objek penelitian.
b. Dokumentasi
Penulis menghimpun data-data yang bersifat teoritis berupa buku – buku, data dari dokumen yang berupa catatan formal, jurnal dan sebagainya yang berkaitan dengan judul penelitian.
c. Wawancara
Teknik wawancara adalah suatu teknik untuk mencari data dengan menanyakan pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan informasi seputar permasalahan yang akan diteliti.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang baku atau tunggal. Hasil wawancara ini menekankan perkecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal. Dalam wawancara ini responden yang bersangkutan terdiri atas mereka yang terpilih saja. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan. Adapun dalam penelitian ini
8
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000) h. 83
(17)
sumber wawancara meliputi ustadzah Ulfa Noer, beliau adalah putri pendiri pondok pesantren Attaqwa putri dan sekaligus pengasuh para santri di pesantren, Humas, beberapa ustadzah dan santri.
3. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam bentuk laporan ilmiah. Proses dalam analisis sebagai berikut :
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintetiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan – temuan umum.
4. Subjek dan Objek
Adapun subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. (informan) Sumbernya adalah orang yang berkaitan langsung dengan pondok pesantren. Sedangkan objek penelitian adalah pola komunikasi ustadzah dan santriwati.
E. Tinjauan Kepustakaan
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah maka langkah awal yang penulis tempuh adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi – skripsi terdahulu yang mempunyai judul atau objek dan subjek penelitian yang sama ataupun hampir sama dengan yang penulis teliti. Maksud tinjauan kepustakaan ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah penulis teliti baik itu di perpustakaan Utama
(18)
UIN Syarif Hidayatullah dan juga di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, ternyata ada beberapa judul skripsi yang membahas pola komunikasi. Pertama adalah judul skripsi “ Pola Komunikasi KH. Mahmudi Dalam Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al Mubarok Serang – Banten”. Karya Muhammad Fathullah tahun 2008. skripsi tersebut membahas tentang bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh KH. Mahmudi selaku pimpinan Pondok Pesantren Al Mubarok terhadap para santrinya dalam upaya pembinaan beliau kepada para santrinya. Kedua adalah judul skripsi “ Pola Komunikasi Dokter dan Pasien di Klinik Yasmin Medika Ciputat dalam Proses Penyembuhan”. Karya Banisadr tahun 2007. Skripsi ini membahas tentang pola komunikasi antarpribadi dokter dengan pasiennya dalam proses penyembuhan.
F. Sistematika Penulisan
Secara sistematis skripsi ini, penulisannya dibagi dalam lima bab, yang terdiri dari beberapa sub, yaitu :
Bab I : Membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Membahas pengertian pola komunikasi, unsur-unsur
komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, penerapan pola komunkasi, pengertian pondok pesantren dan santri.
Bab III : Membahas profil Pondok Pesantren Putri At-Taqwa, sejarah
berdirinya, visi dan misi, tujuan pondok pesantren, sistem pendidikan formal, dan non formal.
(19)
Bab IV : Bab ini adalah bab inti yang membahas tentang pola komunikasi Ustadzah Ulfa Noer terhadap santri di Pondok Pesantren Attaqwa Putri dan metode yang diterapkan dalam menjalankan program
Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran DAFTAR PUSTAKA
(20)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
pengertian komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris Communication, yang bersumber dari bahasa Latin Communicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari communicatio ini adalah communis, artinya sama atau kesamaan arti.9 Sama halnya dengan pengertian tersebut, Astrid Susanto mengemukakan bahwa, perkataan komunikasi berasal dari kata communicare, yang di dalam bahasa Latin mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana.10
Sedangkan secara terminologi, para ahli mendefinisikan komunikasi adalah, proses menyampaikan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain atau memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan prilaku, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak langsung dengan media.11 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengucapkan agar orang lain ikut berpartisipasi atau merubah seseorang dengan tujuan dan harapan agar dari isi pesan yang disampaikan sesuai dengan keinginan.
Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah “ proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.12
9
Onong Uchjana Efendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1992), cet, ke-1, hal. 4
10
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998) hal. 1
11
T. A. Lathief Rosyidi, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan : 1985), h. 48
12
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press 2007) cet ke-I h. 20-21
(21)
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja serta tidak terbatas pada bentuk komunikasi meggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Selain itu komunikasi juga hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol). Pikiran bisa berupa gagasan, ide, informasi, opini, peristiwa dan lain-lain. Lambang bias berupa bahasa lisan dan tulisan dan bisa juga berupa isyarat, signal, gambar, warna, dan lain sebagainya.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Adapun Unsur-unsur Komunikasi sebagai berikut:
a. Sumber
Semua peristiwa atau proses komunikasi pasti melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang atau bisa juga dalam bentuk kelompok seperti suatu organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut seabagi pengirim pesan atau sender.
Sumber juga dapat dikatakan sebagai: sesuatu yang terbesit dalam benak seseorang, baik berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa atau kejadian, pengetahuan dan lain-lain, yang semua itu adalah hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan indra kepada yang ada di sekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam dikepala, yang disebut dengan ideasi.13
b. Komunikator
Komunikator yaitu: orang yang menyampaikan pesan . komunikator mempunyai fungsi sebagai Encoder yakni istilah lain yang mempunyai pengertian yang sama dengan komunikator. Encoding adalah suatu usaha komunikator untuk menafsirkan pesan yang akan disampaikan pada komunikan agar dapat dipahami.14 Komunikator juga dapat
13
Hafied Cangara, M.sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 24
14
(22)
berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain sebagainya.
Syarat- syarat komunikator :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi 2. Memiliki kemampuan komunikasi 3. Memiliki daya tarik
4. Memiliki kemampuan yang luas 5. Mengenal diri sendiri
6. Memiliki kekuatan15
c. Pesan
Pesan dalam komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirim kepada penerima.16 Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat tertulis seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telpon, radio dan sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.17
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah lakukomunikan. Pesan dapat disampaikan panjang lebar tetapi perlu diarahkan dan diperhatiakan kepada tujuan akhir dari komunikasi.18
d. Komunikan
Komunikan atau yang menerima pesan adalah orang yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi. Komunikan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.19 Selain sebagai penerima pesan komunikan juga mempunyai fungsi sebagai decoder pengertiannya sama dengan komunikan. Dalam menerima pesan decoder mempunyai sifat decoding yaitu suatu
15
A. W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h. 12 16
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17 17
Arni Muhammad, ... h. 18 18
Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, h. 6 19
(23)
usaha komunikan dalam menafsirkan pesan yang disampaikan oleh komunikator.20 Komunikan atau penerima pesan dapat bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.21
e. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran lebih banyak dan luas.22 Dalam hal ini menyangkut semua peralatan mekanik untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa saluran atau media pesan tidak dapat menyebar secara luas dan cepat.23 Media ini dapat bersifat nirmasa yaitu: Telepon, HP, dan lainnya, dan ada pula bersifat media massa seperti: televisi, radio, Koran (pers), dan film.
f. Feed back
Feed back atau umpan balik adalah salah satu bentuk dari pada pengaru yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan unutk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal yang demikian menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.24
g. Efek
Efek adalah perubahan yang terjadi dipihak komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang meliputi pengetahuan, afektif yang meliputi perasaan emosi, dan juga kognitif yang merupaka tindakan.
20
Dra. Hj. Roudhonah, MA, ... h.46 21
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta Gramedia, 1998), h. 17 22
Roudhonah, , ... h.46 23
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), h. 7 24
Hafied Cangara, M. sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 27
(24)
B. Pengertian Pola Komunikasi
Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah bentuk atau sistem.25 Sedangkan dalam kamus Ilmiah Populer artinya adalah model, contoh, pedoman, (rancangan), tetapi arti pola lebih tepat digunakan sebagai bentuk, karena menyesuaikan kata sesudahnya.26 Pada pembahasan ini, maka pola lebih tepat diartikan sebagai jenis, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang dirangkainya.
1. Jenis-jenis Pola Komunikasi
Menurut Onong, dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, pola atau bentuk komunikasi terbagi menjadi empat macam yaitu: Komunikasi interpersonal, Komunikasi kelompok (besar dan kecil), Komunikasi massa, Komunikasi media.27
a. Komunikasi Interpersonal (antar pribadi)
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana menjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi seperti ini bisa berlangsung secara berhadapan muka, dan bisa juga melalui medium telepon. Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, adalah suatu pertukaran dalam proses tersebut, yaitu suatu kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.28 Menurut R. Wayne Pace (1979) bahwa “ interpersonal communication is communication involing two or more people in a pace to pace setting”, maksudnya adalah proses komunikasi.
b. Komunikasi Kelompok
25
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta Balai Pustaka, 2002) h. 885
26
Puis A Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Polpuler, (Surabaya ar-kola, 1994) h. 605
27
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-19 h. 11
28
(25)
Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya, Human
communication, A Revisian of Approach Speech/ Communication, yang sudah
diterjemahkan oleh Sasa Djuarsa, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperolah maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti sebagai informasi, peneliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan baik dan akurat. Menurut Onong komunikasi kelompok adalah komunikasi antar seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok. Karakteristik komunikasi kelompok adalah : 1). Langsung dan tatap muka 2). Lebih tersturktur 3). Formal dan rasional 4). Dilakukan secara sengaja 5). Para peserta lebih sadar atas tanggung jawabnya masing-masing.29
Komunikasi kelompok terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
1) Kelompok kecil. Adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antar pribadi dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, seminar, dan lain-lain.
2) Komunikasi kelompok besar. Yaitu yang terjadi dengan sekumpulan orang yang
sangat banyak dan komunikasi antar pribadi lebih sulit untuk dalakukan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul, seperti yang terjadi dalam acara tabligh akbar, kampanye, dan lain-lain.30
c. Komunikasi Massa
Menurut Bittner, mendefinisikan komunikasi massa dalam bukunya, Massa Communication: An Introduction (1980) dengan: ”Komunikasi Massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Dalam bukunya Defleur dan Dennis “Understanding Massa Communication” (1985), bahwa komunikasi
29
Roudhonah, ... h. 124-125 30
(26)
massa adalah suatu proses dalam mana komunikator - komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan - pesan secara luas, dan secara menerus menciptakan makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda - beda dengan melalui berbagai cara. Charles R. Wright, menjelaskan, komunikasi massa adalah jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunkasi dan sifat komunikatornya. Dari pengartian di atas menunjukan pada penekanan-penekanan yang ada dalam definisi tersebut, yaitu: Komponen, Isi pesan, Jenis media, Khalayak, Teknologi. Jadi, pengertian komunikasi massa adalah penyampaian pesan melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum.31 Karakteristik komunikasi massa yaitu : 1). Pesan komunikasi massa bersifat umum, 2). Audience komunikasi massa bersifat heterogen, 3). Penyampaian pesan komunikasi massa serentak, 4). Hubungan komunikator dan komunikan non pribadi, 5). Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana dan terorganisir, 6). Komunikasi massa berlangsung satu arah, 7). Penyampaian pesan komunikasi massa dilakukan secara berkala.32
d. Komunikasi Media
Komunikasi Media adalah komunikasi yang maknanya sama dengan media umum, yaitu media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya adalah surat, pamflet, poster, spanduk, brosur, telegraf, dan lain – lain.33
2. Penerapan Pola Komunikasi
Seorang komunikator dikatakan berhasil dalam menyampaikan pesan kepada komunikan, diantaranya tergantung dengan bentuk atau pola komunikasi yang dibagun oleh komunikator ketika berinteraksi pada komunikan. Dalam interaksi sosial pola komunikasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
31
Roudhonah, ... h. 137 32
. Roudhonah, ... h. 137-138 33
(27)
1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, yaitu menempatkan komunikator sebagai pemberi aksi dan komunikan penerima aksi.
2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, yaitu komunikator berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Demikian pula halnya komunikan bisa berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula sebagai pemberi aksi.
3. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi multi arah, yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara perorangan melainkan kepada orang banyak. Di sini komunikan dituntut aktif dari pada komunikator.34
C. Pondok Pesantren dan Unsur-unsurnya a. Pengertian Santri
Santri adalah murid yang tinggal atau belajar di Pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai kyai jika mempunyai pesantren dan santri yang tinggal di pondok tersebut. Eksistensi dari seorang kyai juga berkaitan dengan adanya santri di pesantren.35Kata ‘santri’ dalam kamus besar bahasa Indonesia, adalah orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadah dengan sungguh - sungguh.36
Ada dua pendapat yang mengatakan tentang pengaertian santri yaitu:
1. Kata santri berasal dari kata “shastri” yang berasal dari India, yang berarti orang yang paham kitab-kitab suci.
2. Kata santri berasal dari kata “cantrik” yang artinya seseorang yang selalu mengikuti gurunya, menetap dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.37 Pada umumnya santri terbagi dalam dua kategori yaitu:
1. Santri mukim, yaitu murid - murid yang berasal dari daerah yang jauh dan tinggal di pesantren. Santri yang sudah lama tinggal di pesantren adalah satu kelompok santri yang
34
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 9-10 35
HM. Amin Haedari & Abdullah Hanif, MASA DEPAN PESANTREN Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press 2004) cet ke-1 h, 35
36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1998), cet. Ke-1, h. 783
37
Nurcholis Majid, Bilik-bilik Pesasantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),h. 20
(28)
memegang tanggungjawab dan yang mengurusi kepentingan pesantren setiap harinya, mereka juga bertanggungjawab untuk mengajar adik - adiknya atau santri yang baru tinggal di pesantren tentang kitab kuning dasar dan menengah.
2. Santri kalong, adalah santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren,. Mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Santri kalong datang ke pesantren jika ada tugas dan aktifitas di pesantren. Jika sebuah pesantren memiliki santri mukim banyak dan santri kalong sedikit maka pesantren tersebut adalah pesantren besar dan sebaliknya jika pesantren memiliki santri kalong banyak dan santri mukim sedikit maka pesantren tersebut adalah pesantren kecil.38
b. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren dan santri berasal dari bahasa Tamil yang artinya guru mengaji, pendapat lain mengatakan bahwa kata itu berasal dari bahasa India “Shastri” dari awal kata “shastra”, yang berarti buku-buku suci atau buku agama dan pengetahuan.39 Pondok pesantren adalah perpaduan dua kata yang dirangkai menjadi satu yaitu kata pondok dan kata pesantren. Pengertian pesantren masih banyak perbedaan pendapat, ada yang mengatakan berasl dari India (Hindu) dan ada pula yang mengatakan dari Arab. Mastuhu penyimpulkan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, untuk mendalami dan memahami, sekaligus mengamalkan ajaran Islam dengan penekanan pada pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.40
Istilah pesantren dalam kamus bahasa Indonesia adalah: Asrama dan tempat para murid atau para santri belajar mengaji. 41
Dari keterangan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian Pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap (bertempat tinggal) yang dibarengai dengan kegiatan mempelajari, memahami, mendalami dan mengamalkan ajaran Islam. Pesantren tetap
38
HM. Amin Haedari & Abdullah Hanif, .... h, 35 39
Muhammad Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, (Jakarta: C.V. Mas Agung, 1992), h.23
40
Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pesantren (Jakarta : INIS, 1994), h.6 41
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Pustaka Amani), h.321
(29)
berpegang teguh pada prinsip awalnya, tidak mudah terpengaruh terhadap perjalanan arus budaya. Hal inilah yang membedakan pesantren tetap eksis di dalam perjalanannya. Ondok pesantren bukan hanya lembaga yang menajarkan agama Islam, tetapi juga salah satu pilar penopang terhadap dunia pendidikan di indonesia. Dari segi sejarah bukan hanya memiliki makna keislaman tetapi juga keaslian terhadap bangsa indonesia.42
42
Ali Anwar, Sebuah Kajian Singkat Tentang Transformasi Peran Dan Otoritas, (Bekasi Pahlawan Nasional), h.5
(30)
BAB III
USTADZAH ULFA NOER DAN PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
A. Profil Ustdzah Hj. Ulfa Noer, S.Ag
Hajjah Ulfa Noer, S.Ag dilahirkan di Desa Bahagia Ujung Harapan Bekasi pada tanggal 16 maret tahun 1953.43 Ustadzah Ulfa Noer (Ummi Ulfa) merupakan anak ke-enam dari sepuluh bersaudara. Orang tua beliau merupakan seorang ulama terkenal dan pendiri pondok pesantren Attaqwa. Sebagai anak yang terlahir dari keluarga seorang ulama, nuansa religius dan pendidikan akhlak sangat diutamakan. Beliau dilahirkan dari pasangan KH. Noer Alie dan Ibu Hj. Rahmah. Ayahnya mendidik Ulfa dengan keserhanaan namun nuansa religius hadir dalam keluarganya hal ini tidak lain adalah pendidikan yang ditanamkan oleh ayahnya. Semasa kecil, Ulfa sangat santun dan periang sehingga teman-temannya sangat sayang kepada beliau. Ulfa merupakan sosok wanita yang sangat disiplin dan penuh tanggungjawab dalam segala hal, selain itu Ulfa Noer juga memiliki kepribadian bersahaja, kreatif, rajin dan terutama dalam kegiatan belajar.44
Pada tahun 1977 Ustadzah Ulfa menikah dengan Ustadz H. Nasrullah dari hasil pernikahannya beliau dikaruniai empat orang anak. Satu putra dan tiga putri. Mereka adalah Ahmad Fauzan, Ika Barkah, Elly Kamalia, dan yang bungsu adalah Rif’ah Purnamasari. Semasa kecil Ulfa sangat tekun dalam mempelajari ilmu agama, ia belajar mengaji pada siang hari setelah pulang sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan malam hari ba’da magrib sampai jam 20.00 WIB dan guru beliau mengaji tidak lain adalah ayahnya.
Pendidikan formal Ustadzah Ulfa Noer, yaitu : 1. MI Attaqwa Tahun 1958-1963
2. MTS Attaqwa Tahun 1964-1967 3. MA Attaqwa Tahun 1968-1971
43
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Ulfa Noer. Bekasi, 04 Juli 2009 44
(31)
4. S1 IAIN Jakarta tahun 1972 Sastra Arab, tetapi hanya semester IV
5. Pada tahun 1974 Kairo (Mesir) dengan jurusan yang sama yaitu Sastra Arab selama 4 tahun
6. S1 Pada tahun 2003 di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Aqidah Jakarta, jurusan Tarbiyah (PAI).
Aktivitas yang pertamakali beliau lakukan setelah lulus dari Madrasah Aliyah yaitu mengabdikan diri di pondok pesantren yang tidak lain adalah pondok pesantren Attaqwa, dengan membantu mengajar. Ketika Ustadzah Ulfa berumur 27 ayah beliau meninggal dunia, dan beliau diberi wasiat untuk menjaga dan mengurus para santri dengan tetap menjalankan ajaran-ajaran yang telah diberikan kyai kepada santri. Semua itu masih beliau lakukan sampai sekarang.
Selain itu, aktivitas ustadzah Ulfa juga berdakwah dimasyarakat dengan menghadiri majlis ta’lim kaum ibu baik di dalam maupun di luar lingkungan pesantren. Beliau juga sering diundang untuk ceramah dalam kegiatan keagamaan seperti acara Maulid, Isra Mi’raj, dan ada juga dalam acara pernikahan, khitanan, dan lain-lain.45
B. Sejarah Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi
Pondok pesantren Attaqwa lahir atas prakarsa KH. Noer Alie, seorang kyai kharismatik yang sangat dihormati. Pondok pesantren Attaqwa putri terletak diujung harapan kecamatan babelan kabupaten bekasi, provinsi Jawa Barat, yang dipimpin oleh KH. Noer Alie. Pada tahun 1953 KH. Noer Ali membentuk organisasi sosial yang diberi nama yayasan pembangunan, pemeliharaan, pertolongan Islam (P.3), yaitu untuk dijadikan induk pendidikan S.R.I pesantren dan kebutuhan umat lainnya.
Pada tahun 1954, KH. Abdurahman diperintahkan oleh KH. Noer Ali untuk mendirikan pesantren di Bekasi, yang akan diberi nama ”Pesantren Bahagia” mengingat di Bekasi belum ada pendidikan tingkat lanjut bagi anak-anak daerah Bekasi. Pesantren bahagia yang ada dibekasi dipindahkan keujung harapan untuk mendukung konsentrasi KH. Noer Alie
45
(32)
dan para guru dalam proses belajar mengajar. Itulah yang menjadi alasan pemindahan pesantren bahagia dalam memajukan dan mengembangkan pendidikan di kampung ujung harapan.
Pondok pesantren Attaqwa sekarang telah memiliki santri-santri yang berjumlah ratusan, jika dijumlahkan semua mungkin sudah mencapai ribuan jumlahnya. Pesantren Attaqwa sekarang dipimpin oleh salah satu putri beliau yang bernama Ustdz. Hj. Atiqoh Noer MA. Pesantren Attaqwa dibawah naungan yayasan yang diberi nama yayasan Attaqwa yang dipimpin oleh salah satu putra beliau bernama KH. Amin Noer LC. Pondok pesantren Attaqwa dalam cita-cita pendidikannya, adalah berusaha membentuk muslim yang intelek dan bertakwa sehingga mampu menegakkan agama islam dari segala aspek kehidupannya dan terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Untuk mewujudkan itu semua maka tersusunlah Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :46
C. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri ujung Harapan Bekasi
1. Visi
Berilmu Amaliyah beramal ilmiyah dengan landasan Al Quran dan Sunnah Rasul SAW yang diformulasikan dalam kalimat singkat, yaitu :
a. Ikhlas, adalah titik tolak kegiatan insan muslim menuju keridhoan Allah SWT tidak ada kegiatan insan mukhlis yang tidak didasari ibadah kepada Allah SWT. Ikhlas diperintahkan Allah SWT dalam firmannya QS. Al Baqarah : 139 yang berbunyi :
!
"#
$%&
'( !
'(
"#
$%&
*+
,-.0 !
1 23
"+4
5
6789:
Artinya : Katakanlah ”Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal dia Rabb kami dan Rabb kamu bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepadanya mengikhlaskan hati (QS. 2 : 139).
46
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar Kerja Yayasan Attaqwa (Bekasi, 2004), hal. 2
(33)
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa tanpa keikhlasan maka semua amal tidak diterima dan sia-sia dihadapan Allah SWT. Kalau diibaratkan amal sebagai tubuh atau jasad maka ikhlas adalah ruhnya. Jadi setiap amal yang tidak ikhlas sama dengan tubuh yang tidak bernyawa, tidak mempunyai ruh atau sama dengan mayyit. Setiap orang melaksanakan sesuatu dengan ikhlas akan muncul dalam diri sifat amanah dalam kehidupannya. Orang amanah itu dalam bahasa Arab disebut sebagai Amin.47
b. Berdzikir, dalam makna yang luas yakni bahwa semua kegiatan adalah untuk berdzikir kepada Allah. Ibadah mahdoh berupa shalat, puasa, zakat, dan haji dilakukan untuk berdzikir kepada Allah. Demikian juga kegiatan lain selalu dihubungkan dengan mengingat kepada Allah. Tidak ketinggalan pula dzkir berupa doa dan pembacaan doa. Dengan berdzikir tersebut akan lahir insan-insan yang benar dalam segala tindakannya. Insan yang benar dalam bahasa arab disebut sebagai orang yang shadik dan siddik. Berdzikir adalah aktivitas yang diperintahkan Allah SWT yang tertuang dalam Al-Quran surat An Nisa ayat 103 yang berbunyi :
; < =
>?@+AB9
C D C"E3!
F
&G H+;
=
I
J$# AK
A &
D C &
& &
D
;
< =
L
=M
$%
F
$AK
M =
C D C"E3!
D
O1
P
C D C"E3!
%Q
RS
C &
TUK KV $+!
X# @KS
OV
67Y8:
Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). (QS. 4 : 103).
47
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar Kerja Yayasan Attaqwa (Bekasi, 2004), hal. a
(34)
Sebagai hamba Allah yang muslim dan mukmin harus senantiasa berada dalam keadaan ingat kepada Allah dengan berdzikir, baik dzikir yang wajib ataupun dzikir yang sunnah, baik secara sendiri-sendiri ataupun secara jamaah, seperti shalat, puasa, ngaji, dan wiridan seperti membaca Al Quran, takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih. Hal ini telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW para sahabat, tabi`in dan aulia shalihin serta ulama pada umumnya, dan khususnya yang telah dicontohkan oleh pendiri Attaqwa. Sehingga diharapkan akan selalu mendapatkan rahmat, maghfiroh dan maunah dari Allah SWT. Dzikir ini juga merupakan ungkapan bahwa manusia makhluk yang sangat lemah, dan hanya Allah satu-satunya yang maha besar, maha kuasa dan maha pemurah, sehingga sewajarnya manusia selalu menggantungkan diri padanya dalam segala hal. Dengan dzikir pada setiap saat dan pada setiap tempat dimanapun kita
berada diharapkan Allah akan memberikan keselamatan kepada dunia dan akhirat.48 c. Berfikir, disini menggambarkan bahwa semua tindakan seorang insan muslim
berdasarkan kepada pemikiran yang jernih, logis, dan berdasarkan kepada ilmu pengetahuan. Untuk itu ia harus mengembangkan pengetahuan yang diperlukan bagi kepentingan umat manusia ini. Dengan berfikir tersebut akan lahir insan-insan yang pintar dan cerdas, yang sanggup mempergunakan pengetahuannya dalam kegiatan kehidupannya. Dalam bahasa arab pintar dan cerdas itu disebut dengan fathonah.49 Berfikir diperintahkan Allah SWT dalam Al Quran surat Ali Imran : 191 yang berbunyi :
ZK I
1 &G'S\ 4
I
J$# AK
A &
D C &
]
& &
1 &G^ R_ L 4
:`="
a
K b
# cdd!
6e
@f
g
V
hQ+PC"
a
R\#
iRKj#
X
#
k
YP =
al
R\ &
O !
6797:
48
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar..., ibid. hal. 6 49
(35)
Artinya : Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ”Ya Rabb kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka (QS. 3 : 191).
Ayat di atas memberikan gambaran bahwa seorang muslim berpikir dan menggunakan akal yang telah diberikan Allah kepadanya. Berpikir tentang rahasia alam termasuk apa yang ada dalam dirinya sebagai nikmat yang maha besar dari Allah SWT. Dengan berpikir akan terwujud insan yang cerdas pintar berwawasan luas dan akan menjadi sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan manusia yang pada akhirnya dapat mewujudkan islam sebagai agama yang Ya`lu wa la yu` la alaih. Disamping itu dengan berpikir itu akan memperkuat keyakinan dan keimananya akan kebesaran Allah SWT dan akan menjadi modal untuk mencapai kebahagiaan hakiki di akhirat kelak. Kegiatan berdzikir dan berpikir tersebut merupakan dua langkah yang harus dilakukan oleh seorang insan agar ia menjadi manusia yang mempunyai wawasan yang luas. Langkah pertama adalah mengarahkan hati manusia untuk dzikir kepada Allah dan beribadah kepadanya dalam kondisi apa pun. Langkah berikutnya dilanjutkan memikirkan seluruh ciptaan Allah SWT yang juga terkait dengan ibadah kepadanya. Langkah kedua ini adalah sesungguhnya merupakan sisi lain dari bentuk dzikir dan pikir kepada Allah SWT.50
Beramal, adalah konsekuensi logis dari berdzikir dan berpikir. Insan yang berdzikir akan muncul dari mulutnya ucapan sanjungan dan pengakuan bahwa Allah tidak menciptakan alam ini tidak sia-sia. Semua yang diciptakan Allah mempunyai manfaat dan hikmah. Oleh sebab itu ia akan melakukan berbagai amal saleh, usaha yang baik untuk mengkaji pemanfaatan dan hikmah dari semua yang diciptakan Allah SWT. Dari amal saleh yang
50
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Visi, Misi dan Garis Besar Kerja Yayasan Attaqwa (Bekasi, 2004), hal. 10
(36)
dilakukan dengan prinsip dzikir dan pikir tersebut akan lahir berbagai keterampilan atau skill dalam dirinya, terutama life skill.
Amal adalah mata rantai yang keempat dari rantai-rantai tersebut di atas yang tidak boleh terputus karena amal merukan penentu atau hasil dari buah pikir dan dzikir. Tanpa amal manusia tidak mempunyai nilai apa-apa. Sukses atau tidaknya seseorang sangat ditentukan oleh amalnya, baik untuk kepentingan orang banyak, khususnya untuk kepentingan agama, bangsa dan negara. Inilah yang disebut amal sholeh.51
2. Misi Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bahagia Bekasi
Membentuk insan salehah yang mampu menegakan ajaran islam dalam aspek kehidupannya. Insan yang berdzikir dan berpikir serta mamapu menerima dan memberi nasihat serta tidak otoriter dan tidak pula rendah diri dan dalam bentuk kongkritnya membentuk muslimah yang cerdas, benar, trampil dan disiplin.
a. Cerdas
Mempunyai kecerdasan untuk memahami dan menerima islam secara kaffah dan mempunyai kesanggupan untuk menggali ilmu dengan ikhlas dan benar.
b. Benar
Yang dimaksud adalah akidah yang benar melakukan ibadah yang baik dan memiliki akhlakul karimah.
c. Terampil
Adalah santri yang mempunyai kemampuan untuk membuktikan umumnya ditengah-tengah masyarakat. Dan mempunyai kesanggupan untuk berusaha.
d. Disiplin
Adalah mempunyai kedisiplinan yang tinggi untuk mengatur waktu dan kehidupannya.52
51
Sekretariat Yayasan Attaqwa, ... hal.11 52
M. Amin Noer, Sejarah Ringkas Yayasan Attaqwa, (Ujung Harapan : Sekretariat Yayasan Attaqwa 2003), hal. 15
(37)
D. Tujuan Pondok Pesantren Attaqwa Putri Ujung Harapan Bekasi
a. Pondok pesantren Attaqwa putri adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk membentuk insan sholeh dan mushlih yang mampu menegakan ajaran Islam dalam aspek kehidupannya, insan yang berdzikir dan berfikir serta membentuk muslimah yang cerdas, benar, trampil, dan berdisiplin sesuai dengan ajaran islam.
b. Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri dipandang perlu diwujudkan tata kehidupan pesantren dengan tata tertib yang memadai. c. Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri perlu di tetapkan peraturan tata tertib dasar santri
sebagai salah satu pembinaan terhadap santri.
E. Keadaan Santri dan Pelajar
Yayasan Attaqwa sendiri mengembangkan sistem pendidikan sekolah tersebut diberbagai daerah bekasi, jumlah sekolah itu meliputi 20 TK, 62 MI, 18 Madrasah Tsanawiyah dan SMP, 13 Madrasah Aliyah, 2 SMU dan SMEA, dan 2 Pesantren tinggi untuk putra dan putri. Jumlah keseluruhan dari siswa yang menuntut ilmu pada yayasan ini adalah 18.718 orang.53
Pondok pesantren attaqwa yang dulunya sederhana kini menjelma menjadi kebanggaan masyarakat ujung harapan. Pada saat ini pendidikan di pesantren attaqwa terdiri dari tingkat Tsanawiyah, Aliyah, Pesantren Tinggi Attaqwa dan sekolah Tinggi Agama Islam, Attaqwa (STAIA). Namun, pondok pesantren attaqwa sendiri identik dengan madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Sebab anak didik yang belajar dan tinggal diasrama, keseluruhannya santri yang masih duduk dijenjang madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dua jenjang inilah yang terkait oleh aturan-aturan pondok pesantren. Sedangkan anak didik yang masih belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan sekolah tinggi, mereka tinggal dirumah mereka masing-masing.
Lazimnya pesantren lainnya, pondok pesantren Attaqwa juga menekankan adanya keseimbangan antara belajar (dirasah) dan beribadah (ubudiyah) namun, ada yang berbeda
53
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitulasi Global Lembaga – lembaga di bawah Yayasan Attaqwa Pusat, (Ujung Harapan Bahagia Bekasihal. 4
(38)
dipesantren lainnya, yakni masa belajar dipesantren ini sungguh luar biasa padatnya. Tidak mengenal lelah dari pagi hingga malam hari, ruang-ruang kelas selalu penuh dengan santri yang sedang belajar. Pagi hari mulai jam 07.15-12.00, siang hari dari jam 13.30-15-30 dan malam hari jam 18.00-22.00.54
Materi yang diberikan pada pagi hari dan siang hari adalah materi pelajaran, baik yang menyangkut pengetahuan umum, pengetahuan agama. Sedangkan malam harinya adalah khusus untuk membahas pelajaran agama meski jadwal balajar keagamaan padat, namun santri merasa senang mendapatkan pelajaran berharga dari pondok pesantren Attaqwa Putri. Terbukti dengan jumlah santri yang menimba ilmu dipondok pesantren Attawwa putri yang tak pernah surut. Kebanyakan berasal dari wilayah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi).
Adapun kegiatan ekstrakurikuler santri lainnya adalah sebagai berikut : 1. Pukul 04.00-04.30 Bangun tidur dan persiapan shalat subuh berjemaah. 2. pukul 04.30-05.00 Shalat subuh berjemaah dan wirid.
3. Pukul 05.00-06.00 Pengajian Al Quran (Tadarus)
4. Pukul 06.00-07.15 Olah raga, sarapan pagi, dan persiapan sekolah. 5. Pukul 07.15-12.00 Belajar pagi hari
6. Pukul 12.00-12.30 Shalat zuhur berjemaah. 7. Pukul 12.30-13.00 Makan siang.
8. Pukul 13.00-15.30 Belajar siang hari 9. Pukul 15.30-16.00 Shalat berjemaah 10. Pukul 16.00-17.00 Kegiatan ekstrakurikuler
11. Pukul 17.00-18.00 Makan sore, mandi, dan persiapan sholat maghrib 12. Pukul 18.00-18.30 Shalat maghrib berjamaah
13. Pukul 18.30-19.00 Tadarusan
14. Pukul 19.00-19.30 Shalat Isya berjamaah
54
(39)
15. Pukul 19.30-22.00 Mudzakaroh, mengulang pelajaran sekolah. Pukul 22.00-04.00 Tidur malam.
Untuk mendukung kualitas pendidikan dan pengajaran tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Attaqwa, maka dipersiapkan tenaga edukatif yang berpengalaman. Kebanyakan dari sarjana-sarjana lulusan Damaskus, Al Azhar, GONTOR, IKIP, IAIN, King Saud University, IIU Malaysia, IIU Islamabad, STAI Attaqwa, Unisma, AIC jakarta, Unipta serta PTA Attaqwa.55
55
(40)
BAB IV
ANALISIS POLA KOMUNIKASI USTADZAH ULFAH NOER TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN
ATTAQWA PUTRI
A. Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri di Pondok Pesantren Attaqwa Putri
Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, Ustadzah Ulfa Noermengandalkan komunikasi dengan para santrinya dengan menggunakan menggunakan dua pola komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi kelompok. Hal ini dapat dilihat atau dibuktikan pada kegiatan belajar mengajar baik secara formal maupun non formal. Dalam kegiatan belajar mengajar beliau sangat semangat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan para santriwatinya. Beliau dikenal sangat tegas dalam mendidik santriwatinya, jika ada santri yang tidur ketika pelajaran nya, maka beliau pun tidak segan-segan untuk menghukumnya baik dengan pukulan atau berdiri, namun bagi para santri pukulan beliau adalh berkah (memotivasi santri) untuk berubah.56 Penjelasan beliau sangat mudah difahami sehingga santri senang ketika diajar dengannya. Walaupun demikian, beliau sangat memperhatikan keadaan santri.
2. Selain menggunakan komunikasi kelompok, beliau juga menggunakan komunikasi antarpribadi. Biasanya komunikasi antarpribadi terjadi Pada kegiatan menghafal pelajaran yang rutin diakan pada sore hari (Ba’da ashr), para santri menghadap kepada beliau untuk membuktikan hafalannya. Di samping menghafal, tidak sedikit santri yang curhat (tukar pikiran), beliaupun menanggapi dengan antusias apa yang dikeluhkan oleh para santriwatinya baik tentang keadaan pondok, teman-teman maupun para pengurus pondok pesantren. Setelah menanggapi keluhan beliau memberikan nasehat dan motivasi kepada satriwatinya. Hal ini yang membedakan pondok Pesantren Attaqwa Putridengan pondok
56
(41)
pesantren lainnya. Dimana ustadzah adalah ibu bagi santrinya. Beliau sangat memperhatikan keadaan santri-santrinya Sehingga terjalin hubungan yang sangat dekat antara ustadzah dan para santrinya.
Hal ini sesuai dengan penuturan ustadzah Ulfa Noersebagai berikut:
” Aktivitas saya dengan santri, seperti ibu dan anak. Ditengah-tengah kesibukan, saya menyempatkan diri saya untuk mengontrol keadaan santri pada sore dan malam hari semua itu saya lakukan untuk lebih dekat dengan anak-anak. Sore hari adalah waktu anak-anak datang kerumah saya untuk menyetorkan hafalannya (pelajaran) dan biasanya setelah menghafal, tidak sedikit anak-anak yang curhat sama saya sekitar masalah dengan temannya, pengurus, ustadzah dan ada juga yang curhat tentang keadaan pesantren. Sebagai ibu saya berikan anak-anak solusi yang tepat dengan masalah yang mereka sampaikan. Semua ini saya lakukan agar anak-anak lebih terbuka akan masalah yang dihadapi. Selain itu, hal ini dilakukan agar apa yang dilaporkan oleh para pengurus kepada saya tentang santri tidak terjadi kesalahpahaman dengan apa yang saya dengar langsung dari anak-anak”.57
Keberhasilan kegiatan ini terlihat, bahwa tidak adanya jarak antara seorang pendidik dengan para santri. Hal ini akan menumbuhkan sikap saling percaya antara komunikator (Ustzh. Ulfa Noer) dan komunikan (santri) sehingga melahirkan suatu sikap simpatik santri dan masyarakat sekitar terhadap ustadzah Ulfa. Seperti penuturan ustadzah Ade Damroh, salah satu pengajar di pondok pesantren Attaqwa :
“...Hubungan kami dan ustadzah Ulfa sangat dekat, karena beliau selalu membaur dengan para ustadzah dan juga dengan para santri. Beliau adalah seorang ibu yang bijak, sehingga santri pun tidak segan lagi untuk menyampaikan pendapatnya dan begitu juga ketika berinteraksi dengan beliau.”58
Sesuai dengan perkataan Ustadzah. Ulfa Noer, bahwa : perintah dakwah (dalam agama islam) tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu metode saja, namun berbagai cara harus dikerjakan sesuai dengan keadaan objek dakwahnya, kemampuan masing-masing da’i dan atas kebijaksanaannya masing-masing-masing-masing.
57
Wawancara dengan Ustadzah Ulfa tanggal 06 Juli 2009 58
(42)
Terdapat beberapa hal yang disampaikan Ustadzah Ulfa Noer dan para pengurus pondok pesantren Pesantren Attaqwa Putri dalam hal pembelajaran kepada santri, diantaranya yaitu:
1. Dalam Pendidikan
Salah satu prasyarat untuk mewujudkan masyarakat madani ditentukan oleh sejauh mana kualitas peradaban masyarakatnya. Peradaban suatu bangsa akan tumbuh dan lahir dari sistem pendidikan yang digunakan oleh bangsa tersebut. Masyarakat yang berperadaban adalah masyarakat yang berpendidikan. Hal ini juga sesuai dengan konsep pendidikan yang dilakukan oleh Muhammad Naquib Al Atthas. Menurut pendidikan Islam itu lebih tepat diistilahkan dengan ta`dib (dibanding istilah Tarbiyah, Ta`lim dan lainnya), sebab dengan konsep ta`dib pendidikan akan memberikan adab atau kebudayaan. Dengan istilah ini juga dimaksudkan pendidikan berlangsung dengan terfokus pada manusia sebagai objeknya guna pemenuhan potensi intelektual dan spiritual.
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dua sifat, yakni bersifat pembinaan (melestarikan dan membina agar tetap beriman) dan pengembangan (sasaran dakwah). Pendidikan agama sebagai dakwah pada dasarnya membina (melestarikan) fitrah anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama (perasaan bertuhan). Yang mana bila fitrah itu tidak dilestarikan melalui pendidikan dikhawatirkan fitrah itu akan luntur menjadi atheis atau menganut agama selain Islam.
Menyikapi realitas pendidikan Semarang, maka lembaga-lembaga yang ada harus selalu berusaha menemukan format yang ideal sebagai sistem alternatif bangsa Indonesia masa depan. Perpaduan antara sistem pendidikan klasik dengan sistem pendidikan modern dapat melahirkan sistem pendidikan Islam yang komferhensif, tidak saja hanya menekankan penguasaan khasanah keilmuan Islam klasik tetapi juga mempunyai integritas keilmuan modern.
(43)
Menyadari hal demikian, pimpinan pondok Pesantren Attaqwa Putri mencoba untuk menerapkan sistem tersebut kedalam pendidikan santri secara klasikal yang merupakan materi-materi stándar dan khas pesantren. Pendidikan ini diberikan sebagai wujud formalitas pesantren dewasa ini. Status pondok pesantren salafi inilah yang menjadikan sistem pendidikan klasikal ini masih diberikan kepada para santri. Contohnya sistem komunikasi yang menggunakan dua bahasa, pendidikan reguler pesantren, penggunaan kitab - kitab yang dikaji, organisasi dan sebagainya. Secara jelasnya akan dikelompokan ke dalam beberapa kategori di bawah ini :
a. Sistem pendidikan reguler atau kegiatan belajar mengajar pondok
Penggalian hazaña budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari keberadaban sebuah pesantren dan yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu keislaman, terutama yang bersifat kajian-kajian klasik. Maka pengajaran “kitab-kitab kuning” telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses belajar mengajar dipesantren. Pondok Pesantren Attaqwa Putrimengajarkan beberapa kitab diantaranya, dalam bidang fiqih, kitab-kitab yang dipelajari adalah : Safinatun Najah, taqrib, Fathul Qorib, tadhrib. Dalam bidang nahwu, para santri diajarkan kitab : Matan Al Jumuriyah, Awamil, Mukhtashor Jidan, Imriti, dan Al Fiyah Ibnu Malik. Sementara dalam bidang shorof para santri diajarkan kitab kailany, matan bina. Para santri juga diajarkan kitab-kitab lain seperti: Durotin Nashihin, Sullamut Taufiq, Ta`lim Muta`lim dan tafsir Jalalain. Kitab kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari proses belajar mengajar di pesantren dianggap penting dalam pembentukkan kecerdasan intelektual dan moralitas kesalehan (kualitas keberagamaan) pada diri santri (thalib).
b. Keterampilan dan Kesenian
Mengingat dan menyadari akan kondisi zaman pada saat ini yang menuntut manusia yang berkualitas tinggi dengan kualitas manusia Indonesia yang begitu banyak namun tidak banyak memiliki masyarakat yang siap bersaing dengan dunia dan negara lain, yayasan
(44)
ini terus berusaha menghasilkan lulusan yang siap bersaing dengan lulusan-lulusan sekolah lain dalam mencetak alumninya. Oleh karena para asatidz dan pengurus terus berkreasi dan berinovasi demi terciptanya sistem pendidikan yang ideal dan berdaya serta berhasil guna bagi seluruh masyarakat maupun instansi-instansi yang akan memperkerjakan mereka nantinya. Berkaitan dengan keterampilan-keterampilan yang diajarkan kepada para santri pondok Pesantren Attaqwa Putri sebagai bekal untuk menunjang hidup mereka dimasyarakat kelak adalah sebagai berikut :
1. Kursus komputer 2. Keterampilan menjahit
3. Keterampilan seni baca Al Quran (Qoriah) 4. Keterampilan khat Arab (Kaligrafi) 5. Keterampilan dakwah
6. Kasidah dan marawis 7. Sholawat
c. Pembinaan dalam mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam
Yang merupakan salah satu ciri dan keunggulan pondok pesantren dengan lembaga-lembaga pendidikan lain adalah penanaman atau transmisi nilai-nilai ajaran agama Islam secara mendalam dan menyeluruh. Artinya tidak ada pembatasan masalah, dalam mengkaji nilai-nilai ajaran Islam, dan sekalipun mungkin ada klasifikasi atau pembedaan kelas, yang lebih terpadu serta bervariasi dengan referensi atau sumber-sumber yang dapat diakui kesalihanya.
Para santri atau siswa dididik untuk lebih membiasakan atau mengamalkan nilai-nilai keagamaan, baik itu yang bersifat wajib maupun sunnah. Contohnya adalah selalu membiasakan shalat wajib dengan berjamaah. Kemudian bagi seluruh santri diwajibkan untuk menghafal mufrodat (kosa kata) yang diberikan para ustad/ustadzah dan juga pengurus setiap harinya. Selalu menjaga kebersihan lingkungan dnegan tidak membuang
(45)
sampah sembarangan, melaksanakan sholat sunnah tahajjud bersama dan santri diwajibkan menghafal dan mempraktekkan tahlilan dan doa-doa dengan cara bergantian untuk memimpin doa setelah sholat wajib dan ketika ada program tahlilan bersama. Selain itu juga ada program maulidan yang rutin diadakan pada malam jum’at oleh seluruh sanri yang bertempat di aula pondok. Hal tersebut didasari atas pesan dari bapak kyai yaitu pendiri dari pondok pesantren Attaqwa yang tidak boleh untuk meninggalkan acara maulidan karena dengan harapan untuk mendapatkan keberkahan. Kegiatan maulidan adalah aktivitas yang sudah ”mendarah daging” di pondok pesantren Attaqwa. Jika kelak para alumni pondok yang akan terjunh dimasyarkat luas akan selalu siap ketika dihadapkan pada persoalan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadzah Ulfa sebagai berikut :
” Membiasakan anak untuk menjalankan syariat agama dan menjauhkan larangan. Sebab bila anak sudah biasa melakukan perbuatan yang baik, beribadah, berakhlaq baik dan sebagainya, maka kebiasaan itu akan terbawa sampai ia dewasa dan hal inilah yang membentengi mereka agar tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas”. d. Kesehatan atau Olah Raga
Untuk menghasilkan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan gigih harus didukung dengan kondisi fisik yang sehat. Setelah rohani telah cukup menjadi benteng tangguh dari godaan-godaan yang dapat menjauhkan dari sang pencipta maka langkah selanjutnya adalah membentengi diri dengan jasmani yang kuat dan tangguh. Kuncinya adalah olah raga dengan benar dan teratur. Dengan menyadari itu maka program oleh raga sangat perlu dimasukan sebagai lprogram wajib bagi seluruh santri. Adapun jenis olah raga yang ditawarkan kepada para santri adalah bola voli, dan bulu tangkis. Semua jenis olah raga dapat dipilih sesuai dengan minat dan bakat para santri.
e. Pembinaan Organisasi
Para santri juga dididik untuk menjadi manusia yang memiliki rencana dan program serta aturan yang jelas dan terarah. Dalam keorganisasian mereka memiliki tanggung jawab dan pekerjaan yang harus dilakukan secara bersama-sama atau individual yang telah diatur dan terprogram kerja organisasi. Siap untuk memimpin dan juga dipimpin. Dan
(46)
pada akhirnya mereka harus mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka kerjakan selama mereka menjadi pengurus dalam organisasi tersebut. Ini juga sebagai pembelajaran bagi santri bila kelak terjun kedalam organisasi ketika mereka melebur kedalam masyarakat yang lebih majemuk dan universal. Di Pesantren Attaqwa Putripara santri diberikan kebebasan untuk memilih organisasi yang mereka inginkan. Semua organisasi terkoordinasikan dalam pertsatuan pelajar pondok pesantren (PPAWATI) dan tentu saja mereka adalah para santri-santri senior yang mempunyai tugas untuk membimbing adik-adiknya. Banyak lagi pendidikan yang diberikan kepada para santri sebagai bekal mereka dalam menjalani hidup dengan berbagai persoalan dan kendala yang akan dihadapi. Walaupun dengan pendidikan yang telah diberikan tidak menjamin mereka menjadi manusia yang berdaya guna dan berhasil. Tetapi setidaknya pondok Pesantren Attaqwa Putri selalu mencoba memberikan yang terbaik kepada mereka sebagai generasi yang diharapkan orang tua, masyarakat, negara dan dunia. Karena banyak alumni pesantren yang belum dapat mencirikan kepesantrenannya atau seorang lulusan pesantren. Bahkan ada yang berpendapat bahwa para alumni pesantren seperti burung yang baru lepas dari sangkarnya. Dalam arti lain bahwa mereka kembali mendapatkan kebebasan dunia luar, karena didalam pesantren terlalu banyak peraturan, atau dalam istilah pondok disebut dengan tata tertib atau disiplin, yang mereka anggap terlalu mengekang. Yang pada akhirnya luapan emosi mereka yang terpendam ketika tinggal di pondok pesantren mereka ungkapkan ketika mereka berada diluar pondok pesantren. Oleh indikasi tersebut maka pondok pesantren dituntut untuk lebih mampu mengantisipasi hal-hal demikian.
2. Dalam Dakwah
Pemahaman yang diberikan kepada santri mengenai dakwah adalah agar selalu diutamakan menjaga akhlak dimana dan kapan saja mereka berada. Karena mereka adalah alumni yang membawa nama baik pondok Pesantren Attaqwa Putri. Artinya mereka membawa misi untuk menjaga nama almamater pondok selain menjaga nama baik mereka sendiri. Atau dengan kata lain mereka dituntut untuk selalu mengamalkan nilai - nilai ajaran
(47)
agama dalam kehidupan mereka. Dengan begitu maka misi dakwah akan mudah mencari sasaran. Dengan materi agama yang mereka miliki diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan dan aktivitas mereka sehari-hari.
Islam tidak hanya terbatas pada sebuah dimensi ritualitas semata, yakni sebagai sebuah perwujudan tatanan aqidah yang memiliki dua dimensi diantaranya, dimensi ritual dan dimensi sosial. Mengenai dimensi sosial dalam fiqih itu terbagi kepada empat bagian.
1. Pertama, mengenai ibadah ritual yaitu, manata hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khaliqnya. Kedua, muamalat yakni, menata hubungan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya untuk dapat memenuhi hajat hidup sehari-hari. Ketiga, munakahat, yaitu menata hubungan manusia dengan lingkungan keluarga. Keempat, adalah kinayat, yakni menata keamanan dan kenyamanan dalam pergaulan yang terjamin rasa ketentraman.
Terkait dalam hal ini, santri pondok Pesantren Attaqwa Putri diwajibkan untuk mengamalkan Panca jiwa pondok Pesantren Attaqwa Putri yang dianggap urgen dalam kehidupan sehari-hari. Adapun Panca Jiwa pondok Pesantren Attaqwa Putriadalah :
a. Keikhlasan b. Kesederhanaan c. Berdikari d. Bebas berfikir e. Ukhuwah islamiyah.
Dengan panca jiwa tersebut diharapkan dari pesantren akan lahir manusia-manusia ahli agama yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Karena lembaga ini melakukan penggalian potensi santri. Mereka dididik agar bisa melakukan dakwah. Oleh sebab itu beberapa santri yang terpilih atau dianggap mampu, diberikan tugas dalam khutbah jumat. Artinya juga mereka dipersiapkan untuk menjadi seorang juru dakwah yang siap pakai, minimal dakwah dilingkungan masyarakat sekitar tempat mereka tinggal.
Metode dakwah adalah metode yang dilalui seorang da`i dalam menyampaikan dakwahnya; atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan dakwah. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial kemasyarakatan berupaya menghasilkan alumni yang pandai
(1)
Saya menggunakan pola komunikasi kelompok, yaitu saya memberikan materi kepada mad’u dan mad’unya sebagai pendengar,
5. Metode Apa yang ustadzah gunakan dalam ceramah/dakwah? (Jawaban)
Kalau metode dakwah saya menggunakan metode dakwah bil lisan.
Pewawancara Nara Sumber
Tanih Alwiyah Ustadzah. Hj. Ulfa Noer, S. Ag
Wawancara II
Nama Responden : Ustadzah Ade Damroh, S. Pdi Jabatan : Humas. Hubungan Masyarakat
Tempat : Pondok Pesantren Attaqwa Putri Hari/Tanggal : Sabtu, 06Juli 2009
(2)
1. Menurut ustadzah bagaimana kepribadian ustadzah Ulfa? (Jawaban)
Ustadzah Ulfa adalah sosok seorang pendidik dan ibu bagi santri dan juga bagi para asatidz. Karena kita sebagai pengajar tetap dirangkul dengannya, beliau tidak pilih kasih. Belaiu juga sangat disiplin waktu.
2. Apa faktor pendukung dan penghambat santri di podok ini? (Jawaban)
Faktor penghambatnya pertama yaitu dari segi materi karena dapat memperlambat kemajuan pondok pesantren Attaqwa Putri, kedua yaitu sikap atau kebiasaan santri di rumah itu dibawa ke pondok, dan kadang keterlambatan asatidz untung mengajar sehingga kalau kelas kosong anak-anak banyak yang main. Adapun faktor pendukungnya adalah, semua fasilitas belajar santri sudah lebih lengkap dari sebelumnya. Gedung sekolah sudah nyaman dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
3. Pola komunikasi apa yang digunakan pengurus di pondok ini? (Jawaban)
Pengurus di pondok pesantren menggunakan pola komunikasi persuasif yaitu komunikasi berupa ajakan untuk menimbulkan rasa kesadaran para santri bahwa apa yang disampaikan oleh pengurus, pimpinan, guru, ustadz, dan ustadzah itu semua akan dapat merubahan sikap santri, tetapi santri tidak dipaksa.
Komunikasi lain yang digunakan yaitu komunikasi instruktif. Komunikasi instruktif adalah penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak terlaksana.
Pewawancara Nara Sumber
(3)
Wawancara III
Nama Responden : Citra (santri)
Kelas : III Madarasah Aliyah
Tempat : Pondok Pesantren Attaqwa Putri Hari/Tanggal : Sabtu, 03Juli 2009
Pertanyaan:
1. Menurut ukhti bagaimana ustadzah Ulfa itu? (jawaban)
Ustadzah Ulfa dikenal dengan tegas dan wibawanya, kalau beliau yang ngajar biasanya kami sudah mempersiapkan pelajarannya lebih dulu, karena takut nanti dihukum, kadang beliau menghukum dengan pukulan, tetapi justru puklannya itu menjadi berkah atau motivasi bagi kami untuk lebih rajin belajar.
2. Bagaimana kedekatan ustadzah Ulfa dan santri? (Jawaban)
Kami mengangap ustadzah Ulfa adalah ibu kami, karena beliau mau mendengarkan curhat kali, biasanya kami curhat sore hari, setelah kami menghafal pelajarannya. Bahkan ada santri yang datang kerumahnya, ada yang bertanga tentang pelajaran dan ada juga yang curhat. Beliau selalu menasehati dan memotivasi kami, agar kami betah di pondok dan rajin belajar.
Pewawancara Nara Sumber
(4)
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Telephone/Fax : (021) 7432728 / 74703580 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
FORMULIR*) PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE – 79 TAHUN AKADEMIK 2009/2010
1. Nama : Tanih Alwiyah
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 02 Mei 1987
3. Nomor Pokok : 205051000454
4. Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
5. Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
6. Program : S1
7. Judul Skripsi : Respon Warga Perumahan Reni Jaya-Pamulang Terhadap Fatwa Haram Rokok Majelis Ulama Indonesia (MUI).
8. Tanggal Lulus : 11 Desember 2009
9. No. Ijazah***) :
10. Indeks Prestasi : 3.27 11. Jabatan Dalam Organisasi
Kemahasiswaan : -
12. Alamat Asal : Jl. Bratasena IV Blok BB 6 No. 11 RT 01/RW014 Reni Jaya-Pamulang
13. Alamat Sekarang : Jl. Bratasena IV Blok BB 6 No. 11 RT 01/RW014 Reni Jaya-Pamulang
14. Nama Ayah : Joko Mariyo
15. Pendidikan Ayah : SLTA
16. Pekerjaan Ayah : Pensiunan
17. Nama Ibu : Karnisem
18. Pendidikan Ibu : SD
19. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Jakarta, 15 Desember 2009 Tanda Tangan Ybs.
(5)
(Bagus Samsudin)
Catatan:
*) Diketik Rangkap 2 (dua) **) Coret yang Tidak Perlu
***) No Ijazah Diisi oleh Bagian Akademik Biro AAK
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERISTAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Telephone/Fax.: (021) 7432728 / 74703580 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id. E-mail, : [email protected]
IDENTITAS ALUMNI
Wisuda Ke : 78 / Tahun Akademik : 2009/2010
Yang bertandatangan di bawah ini,
1. Nama : Bagus Samsudin
2. Nomor Pokok/NIM : 205051000454 3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 02 Mei 1987
5. Alamat Asal : Jl. Bratasena IV Blok BB 6 No. 11 RT 01/RW014 Reni Jaya-Pamulang
6. Alamat Sekarang : Jl. Bratasena IV Blok BB 6 No. 11 RT 01/RW014 Reni Jaya-Pamulang
7. Kode Pos : 15416
8. Telepon : (021) 7403158 HP: 085781995648 9. Jurusan/Program : Komunikasi dan Penyiaran Islam
10. Judul Skripsi : Respon Warga Perumahan Reni Jaya-Pamulang Terhadap Fatwa Haram Rokok Majelis Ulama Indonesia (MUI).
11. Pembimbing : Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A 12. Penguji 1 : Drs. Wahidin Saputra, M.A 13. Penguji 2 : Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum
(6)
14. Tangal Lulus Ujian : 11 Desember 2009 15. IP/Yudisium : 3.27
16. Nomor & Tgl. Ijazah*) :
17. Pekerjaan : Mahasiswa
18. Alamat Pekerjaan : -
Mengetahui, Jakarta,
15 Desember 2009
Ketua Jurusan Tanda
Tangan Ybs.
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum (Bagus
Samsudin)
Catatan:
Formulir Diketik Rangkap 2 (Dua)