Implementasi Etika Komunikasi Dari Kitab Al Akhlaq Lil Banat Dalam Komunikasi Antara Santri Dengan Ustadzah Di Pondok Pesantren Al Washilah Jakarta Barat

(1)

AL WASHILAH JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Nenden Nelawati

1112051000135

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memeproleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan adalam penelitian ini telaha saya

cantumkan sesuai drngan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini merupakan hasil

plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Agustus 2016

Penulis


(5)

i al Washilah Jakarta Barat

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berbasis Agama Islam, didalamnya terdapat santri-santri yang memiliki tekad dan keyakinan untuk menuntut ilmu dunia akhirat dan memperbaiki akhlak agar memiliki akhlak mulia (etika komunikasi yang baik). Pondok pesantren pasti memiliki pedoman buku/kitab dalam setiap pembelajarannya dan berharap materi yang disampaikan seharusnya terealisai atau terimplementasi. Salah satunya adalah pondok pesantren al Washilah yang ada di wilayah Jakarta Barat, di pondok tersebut

menggunakan kitab Al Akhlaq Lil Banat untuk materi etika komunikasi.

Berhubungan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana implementasi etika komunikasi yang

digunakan pondok pesantren al Washilah dari kitab Al Akhlaq Lil Banat terhadap

komunikasi antara santri dengan ustadzahnya?

Adapun teori yang digunakan adalah teori etika deontologi yang dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya (Burhanudin:2002).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriftif. Subjek penelitian adalah informan yang memberi informasi yaitu pimpinan, ustadzah dan santri pondok pesanten al Washilah. Adapun objek

penelitiannya adalah etika komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam

komunikasi antara santri dengan ustadzah dipondok pesantren al Washilah.

Berdasarkan hasil penelitian etika komunikasi di pondok pesantren al Washilah telah terimplementasi, itu semua terbukti dengan berlangsungnya proses

etika komunikasi dari kitab al akhlaq lil banat yang digunakan oleh pondok

pesantren al Washilah dalam kehidupan keseharian santri, yaitu terlaksananya etika komunikasi santri dengan ustadzahnya ketika di dalam kelas, etika komunikasi antara santri dengan ustadzahnya di luar kelas, etika komunikasi antara santri ketika bertemu dengan ustadzahnya diluar pondok, kemudian etika komunikasi santri ketika berbicara dengan ustadzhanya serta etika komunikasi santri ketika bersikap dan berjalan di depan ustadzahnya.


(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain pujian kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulisan tugas akhir yang sederhana ini telah terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh umatnya yang mudah-mudahan

mendapat syafa’at di hari akhir nanti.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu bantuan secara moril ataupun materil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terim kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan, bimbingan serta motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan terimakasih tersebut ditujukan kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis diantaranya :

1. Bapak Dr.H.Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi beserta Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku wakil dekan bidang Akademik, Ibu Dr.Hj.Roudhonah, M.Ag, selaku wakil dekan bidang administrasi, dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si.selaku wakil dekan bidang kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam. Serta Ibu Fita Fathurakhmah SS, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

iii

4. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukannya untuk membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan serta semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis dan seluruh staf Akademik yang telah membantu dalam perkuliahan.

6. Kepada seluruh pihak Perpustakaan Utama UIN syarif Hidayatullah

Jakarta yang sudah mengizinkan dan memberi arahan kepada penulis dalam memilih dan meminjamkan buku-buku ataupun skripsi-skripsi terdahulu untuk dijadikan rujukan dalam skripsi yang ditulis penulis.

7. Kepada seluruh pihak Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang sudah mengizinkan dan memberi arahan kepada penulis dalam memilih dan meminjamkan buku-buku ataupun skripsi-skripsi terdahulu untuk dijadikan rujukan dalam skripsi-skripsi yang ditulis penulis.

8. Kepada Keluarga Besar Pondok Pesantren al Washilah Jakarta terutama

Ibu Nyai Hj. Fuaedah dan Bapak H. Moh. Hasim Adnan, ST yang telah memberikan izin kepada penulis untuk ikut belajar bersama di pondok


(8)

iv

yang telah berbagi cerita, pengalaman yang berkesan selama di lapangan, dan membantu dalam pengumpulan data, serta anak-anak santri ponpes al Washilah Jakarta.

9. Kepada orang tua penulis ayahanda Dadang Jamashari dan Ibunda

Neneng Sumiyati, yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan doa yang tiada henti selama penulis mengerjakan skripsi.

10.Kepada ketiga adik penulis Taufiq, Devi dan Julia yang selalu memberikan

semangat canda tawa disela-sela proses pembuatan skripsi ini, walaupun sering timbul sedikit rasa kesal di dalam hati yang penulis rasakan.

11.Kepada kakak Ebah yang selalu memberikan semangat dan do’a yang

tiada henti disela-sela kesibukannya, serta Ms. Tuti yang selalu memberikan semangat selama penulis sibuk dalam penulisan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabatku ratu selfie Mia Kurnia Ningsih, Imas Hayati Nufus,

Nirma Sugiarti, Novi Fitriani, Dewi Utari, Apik Sopan Katanya, yang

selah memberikan, semangat, do’a, dan saran yang tiada henti.

13.Semua kawan-kawan seperjuangan KPI E angkatan 2012, Thabitha Nasty

Dhiradja, Mudillah, Syifa Maulidina, Fitri Permata Sari, Sarah Meida Pratiwi, Siti Aisyah, Dityan Pranisa, Anisa Bilqis, Apik Sopan Katanya, Nirma Sugiarti, Dewi Utari, Mia Kurnia Ningsih, Imas Hayati Nufus, Novi Fitriani, Ahmad Fikry Fauzan, M. Aidillah P, Arif Sahrizal, Arif Faturahman, Fahmi Syamsi, Giovani, M. Ridho A, M. Ridho F, A. Faizal,


(9)

v

kalian, semoga kita dapat meraih kesuksesan dan bermanfaat untuk sesama.

Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu perasatu, mohon maaf dan terimkasih atas kebaikannya membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan anda.Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan menfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca.Amin ya Rabbal Allamin….

Terima Kasih

Jakarta, 30 Agustus 2016


(10)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metodologi Penelitian ... 9

F. Tinjauan Pustaka ... 17

G. Kerangka Teoritis ... 19

H. Sistematika Penulisan………. ... 20

BAB II LANDASAN TEORI A. Implementasi ... 21

1. Pengertian Implementasi ... 21

2. Tahapan Implementasi ... 21

B. Etika Komunikasi ... 23

1. Pengertian Etika ... 23

2. Sistematika Etika ... 30

3. Ukuran Baik dan Buruk ... 34

4. Dimensi-dimensi Etika ... 36

5. Kaitan Etika Komunikasi ... 37

6. Implementasi Etika Komunikasi ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESNTREN AL WASHILAH JAKARTA BARAT DAN KITAB AL AKHLAQ LIL BANAT A. Profil Pondok Pesantren ... 41

1. Sejarah Pondok Pesantren ... 41

2. Kondisi Umum Pondok Pesantren ... 42

3. Visi, Misi, Tujuan, dan Program Pondok Pesantren ... 44


(11)

vii

C. Aktivitas Santri dan Ustadzah ... 51

1. Jadwal Kegiatan Santri ... 51

2. Jadwal Kegiatan Ustadzah ... 52

D. Daftar Jumlah Santri ... 53

E. Profil Kitab Al Akhlaq Lil Banat ... 54

F. Etika Komunikasi di dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat ... 55

G. Isi Kandungan Kitab Al Aklaq Lil Banat tentang Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzahnya ... 67

1. Sejarah dan Pengarang kitab Al Akhlaq Lil Banat ... 67

2. Etika Komunikasi Santri dengan Ustadzahnya dalam kitab Al Aklaq Lil Banat ... 68

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Implementasi Etika Komunikasi dari Kitab Al Akhalaq Lil Banat dalam Berkomunikasi antara Santri dengan Ustadzah di Pondok Pesantren al Washilah Jakarta Barat ... 73

1. Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di dalam kelas ... 74

2. Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di luar kelas ... 77

3. Etika Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di luar Pondok Pesantren ... 79

4. Ketika Santri Berbicara dengan Ustadzahnya secara langsung atau tidak langsung ... 82

5. Ketika Santri Bersikap (bahasa tubuh) dan Berjalan di depan Ustadzahnya ... 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran-Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN


(12)

viii


(13)

ix

Bagan 1 Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren al Washilah ... 46


(14)

1 A. Latar Belakang

Jakarta adalah ibu Kota, di dalamnya terdapat beragam masyarakat. Banyak orang berlomba-lomba mencari nafkah, bersaing di kehidupan sosial, Agama dan pendidikan. Pemerintah selalu berusaha untuk mencoba memenuhi semua kebutuhan masyarakat, akan tetapi pemerintah pun tidak dapat mengatasi semuanya tanpa bantuan dari masyarakat itu sendiri. Misalnya di dunia pendidikan, pemerintah sudah menyediakan lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah Negeri. Akan tetapi mengahadapi persaingan dikota Jakarta yang besar ini, sekolah pun menjadi beragam, banyak yang mendirikan sekolah Swasta,(Paforit), Bimbel/Les Private, dan Pondok Pesantren.

Sungguh hebat di Kota Jakarta metropolitan dan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, pondok pesantren dengan notabennya memiliki pendidikan Agama bahkan kebanyakan orang enggan untuk masuk pesantren, tapi masih bisa berkembang dan meluas. Itu semua terbukti dengan data bahwa di DKI Jakarta terdaftar ada 88 Pondok Pesantren, 19 pondok pesantren di Jakarta Selatan, 37 pondok pesantren di Jakarta Timur, dua pondok pesantren di Jakarta Pusat, 15 pondok pesantren di Jakarta Barat, 13 pondok pesantren di Jakarta

Utara, dan satu pondok pesantren di Kepulauan Seribu.1

Salah satu pondok pesantren yang berada di Jakarta Barat adalah pondok pesantren Al Washilah, beralamat di Jl. Kampung Baru No. 20 Rt.004/10

1

Roudlatul Ulum Kencong. Data diakses pada 19 Feb 2016 dari


(15)

Kembangan Utara Jakarta Barat 11610 Telp. (021) 5811672 / 583 583 44. Yayasan Pondok Pesantren al-Washilah Jakarta berdiri pada tahun 1988 di bawah Pimpinan alm. KH. Ahmad Dasuki Adnan SH, MA. Diatas tanah seluas 8000 meter persegi (m²).

Dahulu Ponpes al-Washilah ini bernama Yayasan al-Washilah, dan diisi oleh santri kalong (santri yang tidak menetap). Kegiatan di Yayasan al-Washilah ini adalah pesantren kilat bagi siswa sekolah umum. Pendiri Yayasan al-Washilah mengajak khalayak umum, serta siswa diberbagai sekolah umum lainnya untuk mengisi liburan dan bulan Ramadhan dengan pengajian di pesantren. Kemudian Yayasan al-Washilah ini juga memiliki program-program seperti:

1. Pesantren Preman (anak-anak preman diajak untuk belajar di Yayasan

al-Washilah)

2. Gempar (Gerakan Metode Praktis Baca Tulis al-Qur’an) mengajak

masyarakat yang buta huruf terhadap baca al-Quran.

3. Sekolah Anjal (Anak Jalanan) mengajak dan merangkul anak jalanan

yang tidak mampu sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dalam program ini Yayasan al-Washilah mengadakan program sekolah bagi anak jalanan di tingkatan SLTP (SMP) dan SMK (STM) untuk bersekolah secra gratis dan tidak dipungut uang sepeserpun.

4. Radio Dakwah (al Waish 1602 Khz:Pencipta Nuansa Bahagia)

5. Pembinaan Pemuda /Remaja Beriman (Preman)


(16)

Tahap-demi tahap pembangunan terus dilalui oleh Yayasan al-Washilah sehingga menjadi Yayasan Pondok Pesantren al-Washilah dengan beberapa sekolah yang berada didalamnya yaitu TK, MI, MTS, SMP dan Madrasah Aliyah (MA). Sampai sekarang Pondok Pesantren al-Washilah semakin berkembang,

semua program menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan zaman.2

Pondok pesantren Al Washilah ini menjadi istimewa, karena ponpes ini adalah ponpes yang awalnya hanyalah ponpoes untuk anak jalanan, akan tetapi ponpes ini bisa menjadi ponpes modern sekarang. Kemudianponpes al washilah ini tidak hanya membimbing dalam pendidikan akhirat saja, akan tetapi dibarengi dengan kehidupan dunia yaitu dengan mengembangkan potensi anak-anak santri terjun langsung (praktek sesuai jurusan). Bahkan pondok pesantren al washilah adalah salah satu pondok pesantren yang termurah dalam biaya masuk pendaftaran di kota Jakarta Barat, sehingga semua kalangan bisa memasukan anaknya untuk bersekolah dipondok pesantren al washilah ini tanpa memikirkan biaya yang besar.

Ilmu keagamaan dan permasalahan kehidupan sosial diajarkan di Pondok pesantren, yang kemudian pelajaran tersebut akan diterapkan dikehidupan mereka nantinya ketika sudah terjun ke masyarakat. Dalam proses pembelajarannya pondok pesantren tidak hanya mengandalkan para kiyai dan ustad atau ustdzahnya dalam pengajaran. Walaupun, ustad dan ustadzahnya memliki ilmu dan

2

Lukmanul Hakim, "Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH. Dasuki Adnan," (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.51


(17)

pengalaman yang luas, akan tetapi mereka pun pasti memiliki pegangan buku/kitab sebagai pedoman mereka dalam proses pembelajaran. Salah satu

buku/kitab yang pondok pesantren al washilah gunakan adalah kitab Al Akhlaq

LilBanat.

"Kitab Al AkhlaqLilBanat adalah kitab karya Umar Baradja, yaitu

kitab yang membahas tentang akhlak khusus bagi putri. Demikian ini karena putri sekarang akan menjadi ibu dimasa mendatang. Apa bila ia besar dalam akhlak yang mulia dan tumbuh dengan pendidikan yang benar, maka ia pun akan menjadi sekolah dasar dimana anak-anak menerima dasar-dasar

kebaikan dan tonggak-tonggak kebesaran serta kemuliaan darinya."3

Karena komunikasi berlangsung dalam latar dan lingkungan tertentu, dengan sendirinya ada juga ikatan etika dalam berkomunikasi. Kebermuatan komunikasi ini antara lain juga ditentukan oleh seberapa etis komunikasi yang dilakukan. Karena itu komunikasi bukan hanya dilakukan dengan landasan nilai-nilai. Dengan kata lain, komunikasi itu dilakukan dengan cara yang baik untuk mencapai tujuan yang baik atau dilakukan dengan cara bermutu untuk mencapai tujuan bermutu.

Biasanya etika komunikasi itu akan berkaitan dengan etika komunikator saat menyampaikan pesan, etika pesan, dan etika komunikan dalam menyampaikan pesan. Etika komunikator berkaitan dengan prilaku komunikasi yang etis atau yang berdadab yang diperlihatkan komunikator. Sedangkan etika pesan berkaitan dengan kualitas kandungan pesan dan tujuan penyampain pesan. Ada pun etika

3

Umar Baradja, Bimbingan Akhlak bagi Putri-Putri Anda,(Surabaya: YPI “Al-Ustadz

UmarBaradja”, 1992), 7. Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor To remove


(18)

komunikan berkaitan dengan bagaimana komunikan menerima pesan dan

memandang komunikator sebagai sumber pesan.4

Di dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat terdapat pembahasan tentang akhlak

terhadap guru (sopan santun anak perempuan terhadap ustadzahnya), yaitu yang pertama adalah Seorang murid/santri harus mencintai kedua orang tuanya, karena mereka telah mendidiknya dirumah. Sehingga seorang santri harus mencitai ustadzahnya karena dia telah mendidiknya dengan akhlak mulia, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, memberi nasihat yang berguna ketika santri di sekolah. Kedua Menghormati ustadzahnya seperti menghormati kedua orang tuanya, ketika duduk di depannya maka duduklah denga sopan, berbicaralah dengan sopan, ketika ustadzahmu berbicara janganlah seorang santri memotong pembicaraannya, tapi tunggulah sampai ustadzahnya selesai berbicara.

Dengarkalah ketika ustadzahmu menjelaskan pelajaran, ketika kamu tidak paham maka bertanyalah kepada ustadzahmu, dengan lembut dan hormat, sebaiknya kamu mengangkat tangan agar ustadzahmu tahu kalau kamu ingin bertanya, bertanyalah sesuai pelajaran. Apabila ustadzahmu bertanya sesuatu kepadamu, maka berdirilah kemudian jawab pertanyaan dengan jawaban yang baik. Seoarang santri tidak boleh menjawab pertanyaan yang bukan diajukan kepada dirinya. Ketiga jika kamu (santri) ingin dicintai oleh ustadzahnya, maka laksanakanlah kewajibanmu, yaitu hadir setiap hari dengan tepat waktu, jangan absen (bolos) atau terlambat kecuali ada halangan yang benar.

4

Yosal Irianti dan Usep Syaripudin, M. Ed., Komunikasi Pendidikan. (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2013), cet.1, hal.34-38


(19)

Hendaklah masuk kelas ketika jam istirahat habis, jika ustadzamu menegurmu janganlah keralasan dihadapannya dengan alasan-alasan yang tidak benar. Pahamilah seluruh pelajaran, pelajarilah dan hafalkan. Seorang santri asru memperhatikan kebersihan kitab-kitab, alat-alatmu, dan ketertiban. Hendaklah seorang santri tunduk kepada perintah ustadzahnya dari hatimu, bukan karena takut hukuman. Janganlah sorang santri marah ketika diberi hukuman oleh sutadzahnya, karena seorang ustadzah tidak akan menghukum kecuali agar kamu melaksanakan kewajiban-kewajibanmu. Keempat walaupun seorang ustadzah menghukummu, mereka tetap mencintimu dan berharap semoga hukuman itu berguna bagimu. Berterimakasihlah kepadah ustadzahmu atas keikhlasannya dalam mendidikmu dan jangalah melupakan kebaikannya selama-lamanya.

Semua itu pasti ada aturan atau etikanya, sehingga mereka tidak seenaknya ketika berhadapan dengan gurunya/ustadzahnya. Apakah ketika mereka sudah mempelajarinya akan terimplementasi atau mereka terapkan dalam kehiduapan mereka sehari-hari?

Karena seberapa banyak ilmu yang kita pelajari bahkan kita kuasai jika semua itu tidak di barengi dengan akhlak yang mulia maka ilmu tersebut akan sia-sia. Sama halnya dengan seberapa banyak teori yang kita pelajari dan kita kuasai akan tetapi jika tidak kita praktekan atau realisasikan maka percuma, ilmu tersebut akan sia-sia dan tidak bermanfaat. Dengan dikajinya kitab aklakulilbanat di pondok pesantren al washilah dengan secara terus menerus, apakah semua santri akan mengimplementasikan atau menerapkannya di kehidupan sehari-hari terutama ketika mereka berkomunikasi dengan ustadzahnya?


(20)

Sehubungan dengan hal di atas, kemudian peneliti tertarik untuk mengetahui tentang apakah terimplementasi materi tentang etika berkomunikasi

dari kitab yang mereka pelajari (kitab Al Akhlaq Lil Banat) ketika mereka

berkomunikasi dengan ustadzahnya. Sehingga Penulis tertarik untuk mengambil

judul skripsi“Implementasi Etika Komunikasi dari Kitab Al Akhlaq Lil Banat

dalam Komunikasi antara Santri dengan Ustadzah di Pondok Pesantren al Washilah Jakarta Barat”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan fokus, untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin membatasi masalah yang akan diteliti yaitu peneliti hanya menggunakan juz 1 dan bab 34 yaitu mengenai atau materi tentang etika komunikasi (akhlak murid

perempuan terhadap Guru) dari kitab Al Akhlaq Lil Banat hanya di pondok

pesantren al Washilah Jakarta Barat. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimana Implementasi etika komunikasi yang digunakan pondok

pesantren al Washilah dari kitab Al Akhlaq Lil Banat terhadap

komunikasi antara Santri dengan Ustadzahnya ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika komunikasi yang

digunakan pondok pesantren al washilah dari kitab Al Akhlaq Lil Banat


(21)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membrikan manfaat secara akademis dan praktis yaitu:

1. Segi Akademis

a. Untuk menambah referensi baru dalam materi mengenai etika

komunikasi khususnya pada konteks etika berkomunikasi antara santri dengan ustadzahnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap sejarah islam

terutama dibidang etika komunikasi dari sebuah kitab di pondok

pesantren, yaitu kitab Al Akhlaq Lil Banat dan bagaimana etika

komunikas tersebut bisa terimplementasi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti sendiri, hasil ini dijadikan sebagai upaya menambah

pengetahuan dan wawasan serta pengalaman, terutama dibidang

etika komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banatdan bagaimana

etika komunikasi tersebut bisa terimplementasi di pondok pesantren al Washilah Jakarta Barat.

b. Bagi masyarakat, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

dijadikan referensi tambahan dalam bidang komunikasi khususnya


(22)

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan bahwa metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-kenyataan ganda. Metode ini mengahadapkan secara langsung si peneliti dengan responden.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sebagaimana pendapat Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Moeleong, yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif "Berusaha mengungkapkan gejala suatu tradisi tertentu yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasannya dan peristilahnya".5

Sedangkan pendekatan deskriptif menurut Moeleong adalah "Laporan Penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan".6

2. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang peneliti gunakan untuk memperoleh data yang valid dan akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

5

Lexy J Moeleong, Metodoligi Penelitian Kalitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya Offest, 202), h.3

6Mas’ud Hasan Abdul Qahar kk,

Kamus Istilah Pengetahuan Populer,(CV.Bintang Pelajar),h.13-14


(23)

a. Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan penelitian ini adalah sampel bertujuan dimana

teknik ini dalam non-probability sampling yang berdasarkan kepada

ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri

tersebut sesuai dengan tujuan peneliti yang akan dilakukan.7 Adapun

data informan dalam penelitian ini bisa dilihat dari tabel berikut :

7

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Salemba Humaikan, 2010), ed-3,hal,106

Tabel 01

Subjek Jumlah Alasan

Lurah Pondok Putri 1 orang Melihat, memahami, dan

mengontrol sikap

dankegiaatanustadzahdananak santri selama 24 jam dan

setiap hari dilingkungan

pondok pesantren.

Ustadzah yang

Mengajar Kitab Al

Akhlaq Lil Banat

1 orang Merupakan ustadzah yang

memberikan pelajaran akhlaq


(24)

Kerangka Subyek Penelitian Sumber: Data Primer

Dalam memilih sampel untuk anak santri, peneliti menggunaka kriteria usia anak santri yang remaja berdasarkan usia 16 sampai dengan 18 tahun. Adapun mengutip Hurlock dalam Yudarik Jahja, membagi masa remaja awal (13 hingga 16 atu 17 tahun) dan masa remaja akhir (17 sampai 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa

depan.8

Pada usia 17 atau 18 tahun ini biasanya usia yang sudah bisa memutuskan dan menentukan pillihan serta mendorong sebagian besar remaja untuk berprilaku lebih matang. Adapun ciri-ciri dalam kriteria yang digunakan untuk responden anak santri adalah :

1. Anak santri.

8

Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (jakarta, Kencana Media Group, 2011), ed.1 Cet.1, hal.220

Anak Santri Mereka masuk dalam kriteria

sampel yang peneliti buat untuk daftar responden untuk anak santri.


(25)

2. Sudah menjadi santri 3 tahun atau lebih.

3. Berusia 16 sampai dengan 18 tahun.

b. Data sekunder adalah data yang peneliti peroleh dari hasil

wawancara dan observasi dari berbagai pihak di pondok pesantren al washilah, bahkan dari berbagai literature atau dokumentasi misalnya berupa buku yang memuat segala informasi terkait dengan judul penelitian.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah ” informan yang memberi data informasi kepada peneliti. Orang yang diteliti dikatakan subjek dalam hal ini karena merekalah yang memberi informasi”.9

Adapun subjek utama yaitu para pemimpin dan ustadzah di ponpes Al Washilah. Subjek pendukung adalah anak-anak santri ponpes al washilah. Pemilihan subjek ini dilakukan karena mereka memiliki data yang dibutuhkan untuk penellitian.

Objek dalam penelitian adalah konsep atau kata-kata kunci yang diteliti atau

topik peneltian. 10Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah etika

komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam komunikasi antara santri dengan

ustadzah di pondok pesantren al Washilah.

9

Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta;Kencana Media Group, 2011) ed.1 cet.1, Hal.220

10


(26)

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari tanggal 01 April 2016 sampai dengan 31 Mei 2016. Bertempat di Pondok Pesantren Al washilah Jakarta Jln. Kampung Baru, No. 20 Rt. 004/010 Kembanga Utara, Jakarta Barat, 11610.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Observasi

Observasiadalahpengamatandanpencatatanyang

sistematisterhadapgejala-gejala yang diteliti.11Menurut Kartono

pengertian observasi ialah study yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Selanjutnya, dikemukakan tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam

pola-pola kultur tertentu. 12Pengamatan ini dilakukan dengan melihat dan

mencermati kegiatan santri ketika berkomunikasi dengan ustadzahnya ketika berada di dalam asrama dan di sekolah. Hasil observasi ini ada di bab 4.

11

Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial.(Jakarta:Bumi Akasara, 200),h.54

12


(27)

b. Wawancara

Wawancara berarti “proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman

wawancara).”13

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber adalah para ustdazah dan santri putri pondok pesantren al washilah. Adapun lurah pondok putri yaitu Ustadzah Hj. Ati Rohayati, SPd.I, Ustadzah yang

mengajar kitab Al Akhlaq Lil Banat ustadzah St. Suaebah Aslamiyah,

SPd.I., dan santri.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti

tidak hanya dokumen resmi”.14 Teknik dokumentasi sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, “karena dalam

banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.15

Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Untuk melengkapi data

13

Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta:Galia Indonesia. 1999).h.63 14

Irwan Soehartono, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), h.70

15

Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.217


(28)

yang sudah diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data-data tersebut berasal dari artikel, media elektronik, dan foto-foto sebagai lampirannya.

6. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus samapai

datanya jenuh.16 Dalam penelitian seluruh temuan harus dicek keabsahannya,

agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan dan dibuktikan. Untuk mengecek keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peniliti adalah triangulasi.

Triangulasi menurut Moeloeng adalah "teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”,17

Pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah :

1. Triangulasi Data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dan data hasil denga dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.

2. Triangulasi Metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang beebeda yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoeh data yang bisa dipercaya. 3. Triangulasi Sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran

suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik

dilihat dari dimensi waktu maupun sumber lainnya.18

16

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif dan R&D.( Bandung:Alfabeta, 2013), h.243

17

Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif,hlm. 178 18Rofa’atul Fauziyah, Aplikasi Pembelajaran

Kitab Al-akhlâq Lil Banîn Dalam


(29)

7. Teknik Analisis Data

Analisis Data menurut Moeleong adalah proses mengorganisasikan dan menggurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumusan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.19Teknik Analisis data yang digunakan peneliti yaitu dengan

melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 20

a. Tahap pertama adalah pengumpulan data yang didapat saat observasi

dan wawancara di lapangan.

b. Tahap kedua adalag reduksi data, dimana reduksi adalah

merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

c. Tahap ketiga tahap display data adalah tahap penyajian data, dimana

dalam penyajian data yang sudah dikelompokkan akan disajikan

dalam bentuk uraian singkat, hubungan anatara kategori, flowchart

dan sejenisnya.

d. Tahap keempat adalah tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi

atas data yang sudah disajikan.atau menarik kesimpulan.

Jombang.(Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2011), h.11

19

Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h.103 20

Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humaika, 2012), hal. 164


(30)

8. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pedoman penulisan skripsi karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang dterbitkan oleh CeQDA April 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Buku yang dijadikan tinjauan pustaka oleh peneliti adalah buku sebagai berikut :

1. Kitab Al Akhlaq Lil Banat juz 1. Karangan Al Ustadz Umar Baradja

(terjemahan jilid 1).

2. Buku Teori Komunikasi (Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media

Massa), karangan Warner J. Severin, James W dan Tankard, Jr. Tahun 2001.

3. Buku Etika Komunikasi Richard L. Johanesen. Pengantar Dr. Deddy

Mulyana, M.A. 1996.

Kemudian penelitian terhadap kitab ini di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelumnya belum ada. Namun demikian, ada beberapa penelitian terhadap kitab ini dan di lakukan pada Magister atau S2. Penelitian mengenai ini penulis telusuri melalui website-website dan sebagian bias (dibaca secara keseluruhan). Menurut penulis ada beberapa perbedaan yang signifikan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan, khususnya dari pendekatan yang digunakan. Bahkan tempat penelitian pun berbeda. Adapunpenelitian-penelitianterdahuluadalahsebagaiberikut:


(31)

Implementasi Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon. Disusun oleh Jazuli untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam, di Institut Agama Isam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon tahun 2012. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon. Menjelaskan kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon. Menggambarkan proses pelaksanaan pendidikan Islam di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon, dan Menunjukan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan Islam di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon.

Pola Pembentukan Akhlak dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banin dan Kitab Al Akhlak Lil Banat Karya Umar Bin Ahmad Baraja (Kajian Pedagogis dan Psikologis). Disusun oleh Agung Nugroho untuk memperoleh gelar Magister di Institut Agama Isam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pembentukan akhlak dalam kitab tersebut dengan menggunakan pendekatan pedagodis dan psikologis. Pendekatan pedagogis digunkan untuk mendeskripsikan pola pembentukan akhlak mulai dari tujuan, materi, pendekatan dan metode. Sedangkan pendekatan psikologis digunakan untuk mengidentifikasi kadar dan tingkat kesesuaian materi, pendekatan dan metode dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan sosial

moral anak. Tesis ini merupakan penelitian kepustakaan.21

21

Nugroho. Agung, Pola Pembentukan Akhlaq dalam kitab Al Akhlaq Lil Banin dan Kitab Al Akhlaq Lil Banat Karya Umar bin Ahmad Baraja (Kajia Pedagogis dan Psikologis), (Tesis Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin, 2015), hal. i


(32)

G. Kerangka Teoritis

Teori yang mendasari studi ini adalah teori Deontologis, dimana pemikiran etis yang menyatakan bahwa baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Ini berarti ada kewajiban moral atau keharusan etis yang harus dipatuhi. Ada dua jenis pemikiran deontologis, yaitu deontologist tindakan dan deontologist aturan. Deontologis tindakan menyatakan bahwa baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Deontologis aturan adalah bahwa kaidah moral dan tindakan baik-buruk diukur dari aturan yang berlaku secara universal, bersifat

mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan itu.22

Dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi

kondisi dari segalanya.23 Moral manusia bagi Kant berarti rasa kewajibannya.

Hukum alam timbul di dalam batin manusia sebagai rasa kewajiban atau juga disebut kata hati. Kewajiban manusia ialah patuh pada hukum moral di dalam batinnya. Hukum moral yang menghendaki supaya kewajiban seseorang harus berada di atas keinginan dan dorongan alamnya, terkenal dirumuskan dengan

22

Muhammad Mufid. Etika dan Filsafat Komunikasi. (kencana:Jakarta, 2010) hal. 183-185. 23

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 69


(33)

ungkapn “ Du Sollst” (kamu harus). Bagi Kant perbuatan yang baik, ialah yang

dilakukan dengan kemauan atau niat yang baik.24

H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, adapun susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis memaparkan bebarapa landasan teori-teori relevan yang digunakan dalam penulisan skripsi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku referensi maupun internet. BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN

AL WASHILAH DAN KITAB AL AQHLAK LIL BANAT Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa hal diantaranya meliputi profil Pondok Pesantren al Washilah, sejarah berdirinya, kondisi umum, visi-misi, tujuan, dan program pondok pesantren al Washilah Jakarta Barat.

24


(34)

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil temuan data dilapangan mengenai, apakah terimplementasi etika komunikasi

dari kitab Al Akhlaq Lil Banatdalam komunikasi antara santri

dengan ustadzah di Pondok Pesantren Al Washilah Jakarta Barat. BAB V PENUTUP


(35)

22

LANDASAN TEORI A. Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah kegiatan yang kita lakukan setelah kita mendapatkan sebuah materi. Ketika kita sudah mempelajari, menelaah, kemudian mengerti, maka selanjutnya adalah melakukan kegiatannnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Akibat dari kegiatan yang kita lakukan maka secara tidak langsung akan bertambahnya pengetahuan kita, keterampilan kita, dan akan mengubah prilaku kita.

Hal ini di jelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa

Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.1Implementasi juga merupakan

suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap. Implementasi dapat berarti “put something

into effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan efek /dampak).2 2. Tahapan Implementasi

Ketika berbicara tentang pelaksanaan atau penerapan sebuah kegiatan maka semua itu tidak semata-mata berlangsung sesuai dengan yang kita inginkan. Tapi semua itu ada prosesnya, ada poin-poin atau bagian-bagian tertentu yang harus kita tentukan dan kita jalani. Seperti trik apa yang akan kita gunakan, kemudian kita koordinir, siapa yang maju terlebih dahulu, membagikan tugas, tentukan siapa

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indinesia. (Jakarat: Balai Putaka, 1988 )h.327

2

Mulyasa, KurikulumBerbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya), cet ke-1, h.32


(36)

semuanya agar rencana yang disusun berjalan dengan baik. Itu semua harus di tentukan dan dipersiapakan diawal sebelum pelaksanaannya.

Adapun tahapan implementasi itu diawali oleh strategi implementasi, pengorganisasian, penggerakan dan kepemimpinan serta pengendalian.Tahapan-tahapan ini pada dasarnya dilakukan sebagai cara untuk meruntut apa yang harus dilakukan sehingga runtutan itu menjamin terciptanya kesinambungan program

yang akan dilaksanakan.3

B. Etika Komunikasi 1. Pengertian Etika

Ketika membahas tentang etika, kita tidak bisa membahasnya dengan berdasarkan satu bidang atau satu sisi saja, akan tetapi kita bisa membahasnya dari semua sisi. Karena semua bidang pasti memiliki sebuah etika. Etika merupakan prilaku yang kita tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari kita berdasarkan kebudayaan yang kita miliki atau kita panuti.

Secara etimologi (bahasa) “etika”berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu

ethos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal biasa, padang rumput,

kandang, kebiasaan, adat, akhlak perasaan, cara berfikir. Dalam bentuk jamak, ta

etha berarti adat kebiasaan.4

3

Murniati dan Nasir Usman, Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan, (Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2009), cet-I, h.162-163

4

Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta:Kencana, 2009), cet ke-1, h.173-174


(37)

itu seperti apa, kelompok nilai atau asas yang berkenaan dengan moral, dan point betul atau tidaknya sesuatu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang lama, “etika” dijelaskan

sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Jadi kamus lama hanya mengenal satu arti, yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia yang baru, disitu “etika“ dijelaskan dengan membedakan

tiga arti:5

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak

dan kewajiban moral (akhlak),

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Etika juga bisa dikatakan sebuah materi atau pembelajaran, sedangkan moral bersifat kegiatan atau pelaksanaanya. Etika mencari dan menimbang sesuatu yang indah dan yang tidak, dan moral mengatakan takaranyang indah bagaimana prilaku manusia ketika di dalam lingkungan sosial khusus.

Seperti yang di katakan Sidi Gazalba, etika bersifat teori, moral bersifat praktek. Yang pertama membicarakan bagaimna seharusnya, yang kedua bagaimana adanya. Etika menyelidiki dan mempertimbangkan tentang yang baik dan yang buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan manusia

5


(38)

merupakan muara etika.6

Etika adalah bagian dari filsafat. Etika selalu menyelidiki sebuah penjelasan (benar) sampai ke akar-akarnya. Etika selalu menganggap menyelidiki patokan baik-buruknya prilaku manusia sebagai sebuah pekerjaan tertentu.

Etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi Etika, ia mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah-laku manusia.

Etika hendak mencari, tindakan manusia manakah yang baik.7

Adapun macam-macam etika yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Pertama etika deskriptif, mencoba melihat dengan kritis atau secara nyata tingkah laku manusia dan kegiatan seperti apa yang mereka anggap penting yang mereka lakukan setiap harinya dalam kehidupan mereka. Kedua yaitu etika normatif, mencoba menentukan bermacam tingkah laku yang sempurna yang semestinya dilakukan oleh manusia, dan apa yang seharusnya kita lakukan agar kehidupan yang kita jalani selama ini memiliki nilai yang berharga.

Etika deskriptif membahas tentang kenyataan yang ada, yaitu nilai dan pola prilaku manusia menjadi sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dan kenyataan yang pasti yang menyeluruh. Sedangkan etika normatif, membahas tentang norma-norma yang menjadi panutan prilaku manusia, memberi arahan, membimbing bagaimana seharusnya kita berprilaku sesuai dengan norma yang ada dan menjauhi prilaku yang tercela.

Seperti yang dijelaskan oleh Burhanudin, “dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digemuli dalam etika, kita menemukan dua macam etika: 1) Etika

6

Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta:Gramedia Pustaka utama, 2002), h.672 7


(39)

sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yang mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang konkret yang membudaya. 2) Etika normatif, yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yan seharusnya dijalankan oleh manusia, dan apa tindakan yang seharusnya diambil oleh manusia untuk mencapai apa yang bernilai dalam hidup ini. Etika normatif berbicra mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbawan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan

norma-norma.8

Sebenarnya dari semua teori etika dan penerapannya,ujung dari apa yang manusia lakukan dalam kehidupannya selama ini, yang mencoba berbuat baik, mengindari perbuatan tercela, baik itu perbuatan yang biasa ataupun luar biasa, yaitu tidak halnya manusia mencari sebuah kesenangan, manusia ingin senang dan nyaman selama mereka hidup. Kesenangan inilah yang dijadikan inti dalam kehidupan mereka yang selalau di buru oleh manusia sealam hidupnya.

Umumnya tujuan akhir ini dari dari seluruh tindakan kecil dan besar yang kita ambil dan ajalankan dalam kehidupan sehari-hari tidak lain adalah kebahagiaan. Inilah nilai tertinggi yang selalu dikejar oleh manusia dalam

hidupnya.9

Sopan santun, etiket, budi pekerti, susial sebenranya mempunyai komitmen yang memiliki sama makna dengan etika, akhlak dan moral, namun jika sopan santun, etika, budi pekerti, susila lebih merujuk seperti apa tindakan itu terjadi, dan hanya dalam lingkup pertemanan, biasa saja, dan manusia hanya dilihat dari sisi lahirnya.

8

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 3-4

9

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 6


(40)

budi pekerti, susila pada dasar prinsipnya juga mempunyai makna yang sama dengan etika, akhlak dan moral, dengan catatan bahwa sopan santun, etika, budi pekerti, susila lebih menekankan pada bagaimana suatu perbuatan itu dilakukan, hanya berlaku dalam pergaulan, bersifat relatif, dan memandang manusia dari segi

lahirnya saja.10

Akhlak merupakan tingkah laku atau sikap manusia yang selalu terjadi dalam kehidupnnya sehari-hari bahkan bisa disebut sebagai sebuah adat, sikap tersebut selalu tercermin atau diperlihatkannya secara nyata. Tidak hanya itu, setiap prilaku yang di tunjukkan oleh manusia secara nyata secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap perasaaan orang lain.

Dalam Lisan al-Arab, makna akhlak adalah perilaku seseorang yang sudah

menjadi kebiasaannya, dan kebiasaan atau tabiat tersebut selalu terjelma dalam perbuatannya secara lahir. Pada umumnya sifat atau perbuatan yang lahir tersebut

akan memengaruhi batin seseorang.11

Dengan melihat rumusan pengertian diatas pada dasarnya istilah tersebut bermuara pada satu makna yaitu tentang baik dan buruknya, pantas tidak pantasnya, diterima atau ditolak perbuatan manusia. Maka untuk lebih terlihatnya perbedaan antara akhlak (moralitas Islami) dibandingkan dengan berbagai istilah yang lahirnya perlu dikemukakan beberapa karakteristik akhlak/etika Islam

(miralitas Islam) itu, yaitu:12

10

Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf : Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi, (Jakarta:Kalam Mulia, 2012), h.4-5

11

Muhammad Abdurahman, Akhlak; Menjadi Seseorang Muslim Berakhlak Muia,

(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2016), cet.1, hal.6 12

Abd Rahman Assegaf, Studi Islam Kontekstual; Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah, (Yogyakarta:Gama Media, 2005), h.171


(41)

tingkah laku yang baik dan menjauhkan dari tingkah laku yang buruk.

b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran

baik dan buruk adalah Allah SWT.

c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif dapat dijadikan

petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia kapan dan dimanapun.

d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang

akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia.

Hampir sama dengan etika dan moral, ilmu akhlak merupakan materi atau pembelajaran yang membahas tentang prilaku atau sikap manusia, sedangkan akhlak adalah sikap atau prilaku manusianya.

Akhlaq dan Ilmu Akhlaq memiliki perbedaan, akhlaq diartikan sebagai tingkah laku manusia, sedangkan ilmu akhlaq diartikan sebagai teori yang

mempelajari tingkah laku manusia.13

Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa etika adalah suatu ilmu aturan yang ada di dalam diri kita yang selanjutnya harus diikuti, karena etika merujuk kepada suatu kebaikan dan kebenaran, yang nantinya etika menjadi sebuah kebiasaan atau adat manusia selama berada dalam kehidupannya. Etika memiliki arti yang sama dengan akhlak, sehingga ketika kita membahas sebuah etika maka tidak akan lepas dari pembahasan akhlak yang dimiliki manus, yang sebenarny sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir.

13

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II;Pencarian Ma’rifah Bagi Sufi Klasik dan Penemuan


(42)

umat jelas bersumber dari al-Qur’an dan pemikiran manusia itu sendiri.

a. Diantara ayat al-Quran yang menjadi sumber ajaran akhlak

diantaranya:

َه ا و ج ْرَي اك ْ َ ل ٌةَنَسَح ٌةَوْس ا ه ْو س َر ْيف ْم َل َ اَك ْدَقَل

ارْيثَك َهَرَكَ َو َرخ َ ْاا َم ْوَيْلاَو

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada ( diri )Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS.al-Ahzab/33:21)

Sikap atau tingkah laku manusia merupakan inti dari pembahasan dari ilmu etika, dan baik-tidaknya atau benar-tidaknya sikap merupakan inti formulanya yang merujuk kepada norma moral atau aturan yang berlaku. Norma moral dijakdikan sebagai ukuran manusia itu sudah bersikap baik atau tbelum.

Objek material ilmu etika adalah, tingkah laku atau tindakan manusia sebagai manusia: sedangkan objek formulanya adalah segi baik-buruknya atau benarsalahnya, tindakan tersebut berdasarkan norma moral. Penilaian dan putusan tentang apakah tingkah laku seseorang dapat dikatakan baik atau buruk, atau apakah tindakannya sebagai manusia itu benar atau salah secara moral tentunya

mengandaikan adanya suatu tolek ukur disebut norma moral.14

Sikap dan prilaku manusia biasanya ada yang dilakukan dengan sesuai keinginan manusia itu sendiri, dan ada sikap atau prilaku yang mereka lakukan

14


(43)

saja.

Secara umum perbuatan manusia dapat dikelompokkan menjadi dua: 15

a. Perbuatan yang lahir dengan kehendak dan disengaja

b. Perbuatan yang lahir tanpa kehendak dan tidak disengaja

Dari dua bentuk perbuatan itu maka bagian yang pertamalah yang menjadi objek kajian ilmu akhlak. Sedangkan yang kedua bukanlah menjadi objek kajian ilmu akhlak. Namun sebagai pertimbangan untuk melihat apakah perbuatan itu disengaja atau tidak.

2. Sistematika Etika

Ada etika umum ada etika khusus. Pertama, etika umum yaitu membahas tentang keadaan-keadaan awal pertama kali ketika manusia berprilaku nyata, membuat kepastian nyata, pembahasan atau teori tentang etika, aturan-aturan awal moral yang dimiliki dan memang seharusnya menjadi panutan bahkan menjadi ukuran ketika melihat prilaku baik dan tidaknya prilaku manusia.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara mengnai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam

bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.16

Kedua, etika khusus merupakan pelaksanaan atau praktek aturan moral ketika dalam bidang tertentu. Pelaksaan ini nampak keadaannya, ketika seseorang

15

Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf : Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi, (Jakarta:Kalam Mulia, 2012), h.7

16

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 7


(44)

dengan materi-materi dan aturan-aturan moral dasar seharusnya yang telah dipelajari.

Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud:Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya

lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.17

Dalam etika khusus terpecah lagi menjadi dua bagian yang lebih diperinci, yaitu etika individu dan etika sosial. Pertama, etika individu membahas tentang sebuah kewajiban dan prilaku yang dimiliki oleh seseorang, berdasarkan orang tersebut. Kedua, etika sosial yaitu membahas tentang tanggung jawab atau kewajiban, prilaku, dan pandangan sebagai kelompok atau bagian dari seluruh manusia.

Etika khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika individu dan etika sosial. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola prilaku

manusia sebagai anggota umat manusia.18

Etika sosial membicarakan bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lainnya, baik manusia itu sendiri atau kelompok. Prilaku yang banyak menimbulkan pertanyaan terhadap pemikiran dunia zaman sekarang, tingkah laku dan cara pandang terhadap dunia, alam serta kewajban manusia kepada manusia

17

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 7

18

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 8


(45)

seperti ketika mereka berada di dunia pendidikan, kerja dan sebagainya.

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara perorangan dan langsung maupun secara bersama dan dalam bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan ideologi, sikap dan pola perilaku dalam bidang kegiatan masing-masing, maupun tentang tanggung jawab manusia terhadap makhluk hidup lainnya serta

alam semesta pada umumnya.19

Etika Umum

Etika Etika Individual

Etika Khusus Sikap terhadap Biomedis

Etika Sosial sesama Bisnis

Etika Keluarga Hukum

Etika Profesi Guru/Dosen

Etika Politik Pekerja Sosial

Etika Lingkungan Hidup ABRI

Kritik Ideologi Wartawan

I.Pengetahuan Dan Lain-lain Sesungguhnya membangun dan membuat manusia sadar terhadap kewajiban mereka bahwa mereka itu berada dalam lingkungan sosial di setiap keadaanya merupakan sesuatu yang menjadi tujuan bahkan fungsi etika sosial tersebut.

Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan

bersama dalam segala dimensinya.20

19

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 8

20

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 9


(46)

di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari manusia, seperti dalam dunia sekolah yang di dalamnya berada sebuah interaksi antara pengajar dan siswa, serta adapula sebuah aturan-aturan seperti sebuah penghormatan yang harus di patuhi oleh keduanya.

Sebagaimna dimaklumi bahwa akhlak terdapat dalam setiap lingkungan pergaulan hidup manusia, maka demikianlah dalam lingkungan perguruan, pendidikan dan pengajaran, di mana terdapat hubungan antara guru dan murid terdapat pula prinsip-prinsip kesopanan yang perlu dilaksanakan oleh semua

pihak.21

Di lingkungan pembelajaran seoarang guru berinteraksi langsung dengan siswanya, namun guru pun penting tertanam dalam dirinya sendiri untuk mengikuti aturan-aturan yang semestinya mereka lakukan dan harus mereka ikuti, mereka tidak bisa bersikap seenaknya. Sebagai seorang guru ketika mereka menyalurkan ilmunya dan mendidik siswanya harus rela, ikhlas, penuh kasih sayang, bersikap bijaksana, menempatkan waktu yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan seorang guru pun tidak hanya mengajari melalui materi saja, akan tetapi harus menjadi contoh yang baik bagi siswa-siswanya.

Dalam suasana pengajaran berlangsung, guru berhadapan dengan murid (pelajar). Dalam hubungan ini guru harus berpegang kepada kode etik yang sesuai dengan fungsinya, yakni: niat ikhlas, kasih sayang, hikmah kebijaksanaan,

memilih waktu yang tepat, serta memberi teladan.22

21

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 21


(47)

dan berkomunikasi dengan gurunya. Ketika mereka di sekolah dan berhadapan dengan gurunya maka mereka harus mengikuti aturan-aturan kesopanan yang ada sesuai dengan semestinya. Karena ketika kita menjadi seorang siswa, dimana kita memerlukan ilmu serta berkah dari ilmu yang kita pelajari dari guru kita. Ketika kita belajar kita harus mempunyai niat yang baik, tekad (kemauan) yang tinggi, serius dalam mengikuti pelajaran, mengikuti serta menghormati guru kita.

Seperti yang di katakan oleh Burhanudin Salam, “Dalam menghadapi

seorang guru, maka murid harus melaksanakan prinsip-prinsip adab yang baik sesuai dengan kedudukannya selaku orang yang membutuhkan hikmah pengetahuan. Adapun adab tersebut meliputi:niat, azam (kemauan keras), tekun,

patuh (hormat)”.23

3. Ukuran Baik dan Buruk

Ketika membicarakan atau membahas etika sebagai filsafat prilaku manusia, maka pembahasan ini melihat tolak ukur baik buruknya prilaku manusia. Namun tolak ukur tersebut bersifat universal bagi seluruh manusia. Adapun hal yang berhubungan dengan penjelasan ini di bahas dalam teori-teori deontologis dan teleologis. Teori deontologis ini menggali tolak ukur baik buruknya prilaku dan peraturan tersebut. Sedangkan teori teleologis adalah yang menjadi tolak ukur baik buruknya dampak yang ada.

Dalam etika sebagai filsafat tentang tingkah laku, antara lain dibicarakan apakah ukuran baik dan buruknya kelakuan manusia. Yang dicari adalah ukuran yang bersifat umum yang berlaku bagi semua manusia dan tidak hanya berlaku

23

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 22


(48)

ini dapat digolongkan pada dua golongan. Teori-teori yang deontologis yang mencari ukuran baik buruknya perbuatan pada perbuatannya dan aturannya sendiri, dan teori-teori yang teleologis yang mengukur baik buruknya perbuatan

dari akibat-akibat yang ditimbulkannnya.24

Dalam etika deontologis ketika manusia memiliki niat dan keinginan baik, maka harus kita hargai dan melihatnya bahwa itu baik untuk pribadinya dan tidak usah memikirkan yang lainnya. Semua prilaku yang kita lakukan dan keinginan baik kita yang kita tanamkan dalam hati harus di proritaskan.

Atau sebagaimana dikatakan oleh Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama

dan menjadi kondisi dari segalanya.25

Dalam hidup ini semua yang kita miliki dalam diri kita dan semua yang kita lakukan di dunia ini tidak ada gunanya dan tidak akan bermanfaat ketika kita mengawalinya tidak dengan niat dan kemauan yang baik. Tidak hanya itu ketika kita melakukan sesuatu dengan mengawalinya dengan niat dan kemauan yang baik maka secara tidak langsung kita sudah menjalankan kewajiban yang memang semestinya kita jalankan.

Ada dua hal pokok yang di tekankan oleh Kant, seorang filsuf yang paling

berpengaruh dalam etika deontologi :26

24

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 67

25

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 69

26

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 69


(49)

kecuali kemauan baik. Kepandaian, kearifan, penilaian, dan bakat lainnya bisa merugikan kalau tidak didasarkan pada kemauan baik.

b. Dengan menekankan kemauan baik, menurut Kant, tindakan yang

baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiabn melainkan tindakan yang dijalankan demi kewajiban.

Sedangkan etika teleologis mengukur baik buruknya sebuah prilaku sesuai dengan keinginan yang ingin di capai dengan prilaku tersebut, atau merujuk pada dampak yang ada karena prilaku tersebut. Sebuah prilaku akan dianggap baik jika memiliki sesuatu tujuan yang baik, dan tujuan tersebut dapat dicapai.

Etika ini justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan

mencapai sesuatu.27

4. Dimensi-Dimensi Etika

Etika komunikasi bukan membahas tentang perbuatan atau sikap seorang komunikator (pelaku komunikasi) saja, tidak ada batasan baginya. Etika komunikasi berkaitan dengan semua bidang seperti praktek isntitusi, hukum, kelompok, sosial, politik bahkan dunia bisnis yang berhubungan dengan ekonomi. Sesuatu yang ingin dicapai, perlengkapan, dan aktor serta proses berlangsungya komunikasi tersebut merupakan dimensi etika komunikasi yang tidak bisa di pisahkan sat sama lain.

27

Burhanudin Salam, Etika Sosial (Asas dalam Kehidupan Manusia) , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 1. Hal 71


(50)

komunikasi (wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi). Ia tidak dibatasi hanya pada deontologi jurnalisme. Etika komunikasi berhubungan juga dengan praktek institusi, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan ekonomi. Maka aspek sarana atau etika strategi dalam bentuk regulasi sangat perlu.Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terkait satu dengan yang lain,

yaitu tujuan, sarana, dan aksi komunikasi itu sendiri.28

5. Kaitan Etika dengan Komunikasi

Komunikasi tidak dapat lepas dari semua bidang dalam kehidupan manusia, setiap kegiatan yang terjadi pasti memiliki atau terdapat proses terjadinya komunikasi. Mereka selalu berusaha bagaimana caranya pertukaran informasi berjalan dengan baik sehingga tujuan yang diinginkan berjalan dengan baik, dapat terpenuhi dan memberikan pengaruh.

Filsuf H.P Grice memandang percakapan sehari-hari sabagai salah satu jenis prilaku manusia yang bertujuan dan rasional. Ia berusaha menyingkapkan beberapa harapan dasar yang perlu dipenuhi supaya percakapan, baik saling

menukar informasi maupun berusaha untuk mempengaruhi, memadai.29

Ilmu etika yang selama ini kita pelajari dan berusaha untuk kita terapkan sebenarnya semua merujuk kepada kebudayaan dan ajaran Agama sendiri. Dimana komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan secara baik dan benar. Bahkan jika dilihat dari ajaran Agama Islam kita sebagai umat manusia

harus menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, menjalankan kebaikan dan

menghinrai keburukan atau sikap tercela, dan kita sebagai umat islam harus

28

Etika Komunikasi, (Yogyakarta:Kanisius (anggota IKAPI), 2007). Cet. 1. Hal 43-44 29

Richard Johanesen, Etika Komunikasi,penerjemah: Dedy Djamaludin Malik, (Bandung:IKAPI, 1996), cet ke-1, h. 150-151


(51)

kita jalani bisa berjalan dengan baik, begitupun proses komunikasi yang kita jalani akan berjalan dengan baik.

Kalau etika dikaitkan dengan komunikasi, maka itu berarti bahwa komunikasi harus berlangsung secara baik dan benar. Di sini kemudian etika komunikasi dilihat dari segi kebudayaan dan Agama, sehingga etika komunikasi menjadi jelas bahwa komunikasi itu berlangsung secara baik dan benar menurut nilai-nilai budaya atau Agama yang dianut oleh suatu masyarakat. Kemudian kalau dilihat dari segi etika Islam Komunikasi itu harus didasarkan pada iman dan

takwa serta diarahkan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau

memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan. 30

6. Implementasi Etika Komunikasi

Kita hidup di dalam dunia yang memiliki banyak Agama dan banyak kebudayaan, sehingga secara otomatis masing-masing dari kita mempunyai agama, budaya, bahkan pola pikir yang berbeda. Sesuatu yang dianggap baik oleh kita belum tentu itu dianggap baik oleh Agama dan budaya lain, begitupun sesuatu yang kita anggap buruk belum tentu menurut Agama dan budaya lain itu buruk. Persoalan ini yang menjadi permasalahn yang harus kita pelajari dan pahami, agar etika komunikasi yang kita jalankan atau kita lakukan ketika berhadapan dengan sesorang yang memiliki Agama dan budaya berbeda dengan kita bisa berjalan dengan baik dan lancar, bahkan bisa mencapai tujuan yang diinginkan oleh bersama.Tidak hanya itu, bisa saja sopan santun yang kita

30


(52)

pandangan-pandangan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan budaya antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain jelas memperumit penilaian atas etika komunikasi. Apa yang dianggap kebohongan dalam suatu budaya mungkin

dianggap sopan santun dalam budaya lainnya.31

Etika tidak diakui secara global atau menyeluruh, etika memang tidak hadir begitu saja akan tetapi etika hadir di bentuk melalui perkembangan masyarakat tertentu guna meningkatkan kehidupan yang nyata dalam lingkungan sosialnya. Etika yang ada atau timbul sesuai dengan kebudayaan atau kebiasaan yang dianut oleh masyarakat tersebut, seperti cara berfikir, berprilaku dan seluruhnya yang disesuaikan dengan kebiasaan mereka.

Secara teoritis, ada etika universal seperti the Ten Commandments, injil atau quran. Namun maslahanya adalaha, seperti ditegaskan Wenburg dan Wilmot, sistem-sistem etika tadi tidak diterima secara universal. Dus secara de facto tidak ada etika universal. Etika memang tidak datang dari ruang hampa, melainkan melalui evaluasi masyarakat yang bersangkutan dalam mengembangkan realitas sosialnya. Dengan kata lain, etika terikat budaya, berkembang secara inheren

dalam budaya, tepatnya dalam filsafar atau pandangan hidup suatu masyarakat.32

Manusia berkomunikasi dimana saja, karena komunikasi manusia itu sulit begitupun dengan etika komunikasi. Ketika kita melihat sebuah etika komunikasi yang berlangsung pada orang lain dan prilaku mereka, kita sering berkomentar dengan hanya melihat selintas saja, tanpa tahu dasar dan lebih dalamnya kenapa mereka bertindak seperti itu. Namun kita selalu merasa etika komunikasi yang

31

Richard Johannesen, Etika Komunikasi, 1996, h. Vi-viii 32


(53)

sesuai dengan niat yang dimiliki.

Komunikasi manusia bersifat omnipresent (ada dimana-mana). Karena

komunikasi manusia itu pelik. Maka etika komunikasi manusia juga pelik. Kita biasanya menilai etika komunikasi kita sendiri berdasarkan niat yang kita miliki. Namun ketika kita menilai etika komunikasi orang lain, kita menilai etika komunikasi mereka berdasarkan tindakan-tindakan mereka yang kasat mata. Etika komunikasi menjadi muskil karena kita sulit menerapkan suatu standar untuk semua situasi komunikasi, pada setiap waktu dan dalam setiap budaya. Dalam

konteks inilah muncul perspektif situasional. 33

33


(54)

41

GAMBARAN UMUM

PONDOK PESANTREN AL WASHILAH JAKARTA BARAT DAN KITAB AL AKHLAQ LIL BANAT

A. Profil Pondok Pesantren 1. Sejarah Pondok Pesantren

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta berdiri sejak tahun 19968. Dahulu bernama Pesantren Amaliyah Ramadhan, kemudian berubah menjadi Yayasan al-Washilah, sesuai dengan akta notaris Chufran Hamal No. 66 tahun 1988. Diatas tanah seluas 8000 m2, yang beralamat di jl. Kampung Baru No. 20 Rt.004/10 Kembangan Utara Jakarta Barat. Terdapat di Diknas dan Departemen Agama, serta terdaftar pada Dinas Sosial serta dicatat dalam lembaran Negara. Pada tahun 2009, sesuai dengan peraturan pemerintah yang baru tentang Yayasan, maka Yayasan al Washilah berubah menjadi Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta (akta Notaris No. 11 tahun 2009, serta akta perubahan no 09 tahun 2009 pada Notaris Ny. Titiek Febriyanti Utami Marwan, SH). Pendiri Pondok Pesantren al Washilah adalah (almagfurllah DR. KH. Ahmad Dasuki Adnan, SH.MA).

Pada mulanya berdiri pondok pesantren focus dibidang dakwah seperti

Majelis Ta’lim, kegiatan pesantren ramadhan, festival Qosidah dan Rebana, dan

kegiatan keagamaan lainnya. Maka pada tahun 1989, mulailah dibuka pendidikan formal dan informal, dari mulai dibukanya pondok pesantren, Madratsah Diniah (MD), Taman Kanak-kanak (TK/RA), Madratsah Ibtidaiyah (MI), Madratsah


(55)

Tsanawiyah (MTS), Madratsah Aliyah (MA), dan dilanjutkan dengan dibukanya SMK dengan jurusan Administrasi Perkantoran (AP) dan jurusan Teknik

Komputer Jaringan (TKJ).1

2. Kondisi Umum Pondok Pesantren

Berikut adalah gambaran kondisi umum pondok pesantren al Washilah sesuai hasil observasi berikut :

“Yayasan Pondok pesantren al Washilah terletak di dalam kampung

kecil yaitu di Kp. Baru, Kembangan Utara, Kembangan Jakarta Barat. Menyelanggarakan pondok pesantren, Tahfidz Quran, Madratsah Diniah, Taman Kanak-kanak (TK/RA), SMP, MTS, SMK Teknik Jaringan Komputer dan Administrasi Perkantoran (TKJ/AP). Terdiri dari enam gedung yaitu gedung sekolah SMP/MTS/SMK, gedung sekolah TK, gedung masjid dan Aula, dua gedung santri Putra satu gedung santri putri, dan gedung Madrasah Diniah. Dilengkapi dengan lapangan olahraga, lab. Komputer, lab. Bahasa (Arab/Inggris), lab. Multimedia/internet, lab. Praktek TKJ, lab. Praktek AP, lab. Praktek Kesenian, dan perpustakaan. Ada 12 kamar santri putri, 15 kamar santri putra, satu kamar ustadzah, tiga kamar karyawan, dua tempat wudhu snatri putra, dua tempat wudhu santri putri, 15 kamar mandi santri putra, 10 kamar mandi santri putri, ada dua aula putra dan putri, ada dua lapangan yaitu atas dan bawah, dua lapangan parkir (satu untuk motor dan satu untuk mobil), dua ruangan dapu untu memasak, ada satu minimarket, satu toko buku dan fotocopy, satu toko baju, satu toko

accecoris, dua kantin laki-laki dan perempuan.”2

a. Data Pondok Pesantren

Nama : Pondok Pesantren al-Washilah

Alamat :Kp.Baru No. 20 Rt.04/010Kel.Kembangan Utara,

Kec.Kembangan, Kodya Jakarta Barat 11610.

1

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Buku Informasi Santri Tahun Ajaran 2014-2015 (Jakarta: ponpes al Washilah, 2014), h. 1.

2


(56)

Telp.(021)58358344/58356726/5811672, Fax (021) 58300041

Tahun Berdiri :1988

Pendiri :AlmDR.KH.Ahmad Dasuki Adnan, SH.MM

PimpinanYayasan :H. Moh. Hasyim Adnan, ST Pengasuh Ponpes : Hj. Siti Fuaedah

DR. KH. Ahmad Sanusi, Lc.MA

Lurah Pondok : H. Muhammad Sahidi Rahman, MA.3

b. Fasilitas Pondok Pesantren dan Sekolah

- Masjid Jami al Washilah

- Auditorium/ Aula serba guna

- Asrama Putra 2 (dua) dan 4 (empat) lantai

- Asrama Putri 2 (dua) dan 4 (empat) lantai

- Ruang kelas sebanyak 20 ruang

- Lapangan Olahraga

- Lab. Komputer

- Lab. Bahasa

- Perpustakaan

- Lab. Multimedia/Internet

- Lab. Praktek TKJ

- Lab. Praktek AP

3

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Buku Izin Pulang/Keluar SantriPondok Pesantren al Washilah Jakarta, (Jakarta: Yayasan Ponpes al Washilah Jakarta, t.t), h.3.


(57)

- Lab. Praktek Kesenian

c. Kegiatan Ekstrakulikuler

- PMR (Palang Merah Remaja) - Taekwondo

- PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera) - Hadroh

- Qosidah - Marawis4

- Tim Pidato - TadarusKitab

- Tari Saman - Tadarus Qur’an5

3. Visi, Misi, Tujuan dan Program Pondok Pesantren

a. Visi Pondok Pesantren al Washilah

- Mencetak Generasi Muslim Siap Pakai, Kreatif, dan Dinamis,

Ilmiyah Amaliyah, Amaliyah ilmiyah.

b. Misi Pondok Pesantren al Washilah

c. Mengkombinasikan kurikulum Pondok Pesantren dengan kurikulum

Pendidikan Nasional.

d. Mempersiapkan kader-kader muslim yang menguasai IPTEK,

mampu berkuasa secara inovatif, aktif, dan dinamis berlandaskan iman dan takwa.

4

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Buku Informasi Santri Tahun Ajaran 2014-2015 (Jakarta: ponpes al Washilah, 2014), h. 1- 6

5

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Penerimaan Santri Baru Untuk Tahun 2016 Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, (Jakarta: Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, 2015), h. 6-7


(58)

e. Meningkatkan kemampuan profesional dan pengetahuan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan dan tuntutan dinamika kehidupan masyarakat.

f. Menanamkan jiwa tauhid dan daya juang yang tinggi dengan

landasan Quran dan Hadits.

g. Program Pondok Pesantren

h. Pondok Pesantren Puta-Putri

i. Tahfidzul Qur’an )menghafal Al Qur’an(

j. Madrasah Diniah (MD)

k. Taman Kanak-Kanak (TK/RA)

l. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

m.Madrasah Tsanawiyah (MTs)

n. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK):

1) AdministrasiPerkantoran (AP)

2) Tekink Komputer dan Jaringan (TKJ)

o. Majelis Ta’lim )bagi orang tua/wali santri dan umum

p. Bimbingan manasik Haji dan Umrah

q. Bimbingan kuliah khusus ke Timur Tengah

oleh DR.KH.Ahmad Sanusi, Lc.MA.6

6

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Buku Informasi Santri Tahun Ajaran 2014-2015 (Jakarta: ponpes al Washilah, 2014), h. 1-2


(59)

4. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren al Washilah

Bagan.01

PIMPINAN YAYASAN

H.Moh.Hasyim Adnan, ST

PENGASUH

NYAI HJ.Siti Fuaeadah DR.KH.Ahmad Sanusi, Lc.MA

KORDINATOR SEKOLAH

Ahmad Zeni, ST

LURAH PONDOK

Drs. H.Muhammad Sahidi Rahman, MA Hj. Ati Rohayati, SPd.I


(60)

5. Struktur Pengurus Pondok Putri Bagan.02

PENGASUH Ny. Hj. Siti Fuaedah

DASUKI LURAH PONDOK

SANTRI PUTRI Hj. Ati Rohayati, S.Pdi MAHKAMAH

Siti Suaebah Aslamiyah, S.Pdi Tuti Adawiyah, S.S

DEWAN USTADZAH Iin Ansinah Siti Zulaikha Yuhanidz Nurhabibah WAKIL Bela Fitriana KETUA Nurjannah SEKRETARIS Tria Fitrianingsih KEGIATAN Kiki Apria Aisyah Budi KESEHATAN Isna Safitri Juju Juhana BENDAHARA Rizky Novita KEAMANAN Rina Ukiyah Vera Reza IBADAH Amelia Khoirunnisa Fitri Lestari KEBERSIHAN Anisa Ardila Alma Sakinah Mutiara


(61)

B. Sistem Pengajaran

Sistem pengajaran di pondok pesantren al Washilah menggunakan dua sistem, yaitu : Pertama, sistem klasik, dalam sistem klasik seperti sorogan atau santri membaca kitab langsung gurunya. yang kedua menggunakan sistem modern yakni, kita bisa menggunakan power point, ya sistem yang menyenangkan, yang bermain, edukasi yang mensuport mereka tentang akhlaq.Kedua, sistem modern dalam sistem yang kedua ini bisa dikatakan menggunakan sistem mengikuti sesuai zaman. Perkembangan apa yang sedang berkembang maka pesantren al Washilah ini mengikuti, misalnya di zaman sekarang kan sudah ada alat komunikasi yang canggih, ketika kita sedang mengajar kita bisa menggunakan komputer, infocus, dan lain sebagainya. Bisa kita perlihatkan melalui power point.

Penjelasan diatas sesuai dengan hasil wawancara berikut:

Sistem pengajaran di pondok pesantren ini menggunakan, dua sistem pengajaran. Pertama dengan menggunakan metode klasik, seperti sorogan, membaca kitab langsung pada gurunya, yang kedua menggunakan sistem modern yakni, kita bisa menggunakan power point, ya sistem yang menyenangkan, yang bermain, edukasi yang mensuport mereka tentang

akhlaq”.7

SekolahFormal :

Kegiatan belajar mengajar formal TK, SMP, MTS, maupun SMK dilaksanakan setiap pahi hari dari pukul 07-00 WIB s/d 12.30 WIB.

7

Wawancara pribadi ustadzah Ati Rohayati, SPd.I (Lurah Pondok Putri) pada tanggal 09/06/2016 di Pondok Pesantren pukul 16.00 WIB


(62)

Madrasah Diniah dan Club Bahasa:

Kegiatan dilaksanakan setiap hari pukul 13.00 WIB s/d 15.00 WIB dengan materi khusus meliputi ilmu Fiqih, Nahwu/Shorof, Tafsir Qur’an, Akhlaq, Tauhid, dan Hadits, sekaligus Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Tarikh Islam dll.

Muhadatsah : Dilaksanakan setiap hari jam 06.30 s/d 07.00 WIB.8

1. Metode Pengajaran

Metode yang digunakan di pondok pesantren al Washilah yaitu metode

belajar mengajar secara langsung (face to face) dan kegiatan praktek di tempat

yang telah disediakan. Misalnya, olahraga praktek di lapangan, mengaji di aula pondok pesantren, kegiatan bahasa bertempat di lab bahasa dan lain sebagainya.

Kemudian biasanya di pondok pesnatren al Washilah juga menyerahkan langsung kepada ustadzah yang bersangkutan untuk membuat metode tersendiri dalam pembelajarannya. Biasanya ustadzah-ustadzah al Washilah menggunakan cara-cara permaianan yang menyenangkan namun tetap disisipkan edukasi. Misalnya memutarkan vidio-vidio atau film-film yang berisi tentang contoh-contoh akhlaq yang baik.

Penjelasan diatas sesuai dengan hasil wawancara berikut :

8

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Penerimaan Santri Baru Untuk Tahun 2016 Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, (Jakarta: Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, 2015), h. 6


(63)

“Ya kita pake permainan, kita cari cara-cara yang menarik misalnya, setelah kita mengajarkan atau setelah kita menerjemahkan, kita menjelaskan tentang apa yang kita terangkan, agar mereka tidak mengatuk biasanya kita menyetelkan vidio-vidio, gambaran-gambaran tentang akhlaq yang baik,

tentang contoh-contoh dari akhlaq yang baik”.9

2. Alat atau Media Pengajaran

Alat atau media pengajaran yang digunakan oleh pondok pesantren

al Washilah Jakarta adalah kitab-kitab kuning, Al Qur’an, komuputer, papan tulis

dan lain sebagainya.

Penjelasan diatas sesuai dengan hasil wawancara berikut:

“Yah kita pke kitab, pastinya kita pake kitab. Kita juga pake power point, sesekali waktu ya kita gunakan pake power point. Tadi saya katakan biasanya kita pake vidio atau stelin vidio-vidio atau film-film yang mensuport menunjukkan tentang baiknya akhlaq seorang anak, baiknya

akhlaq seorarng murid”.10

9

Wawancara pribadi ustadzah Ati Rohayati, SPd.I (Lurah Pondok Putri) pada tanggal 09/06/2016 di Pondok Pesantren pukul 16.00 WIB

10

Wawancara pribadi ustadzah Ati Rohayati, SPd.I (Lurah Pondok Putri) pada tanggal 09/06/2016 di Pondok Pesantren pukul 16.00 WIB


(64)

C. Aktivitas Santri dan Ustadzah 1. Jadwal Kegiatan Santri

Tabel. 2

03.30-04.00 Bangun Pagi dan lanjutkan Shalat Malam

04.00-05.00 Persiapan Shalat Subuh

05.00-05.30 Kuliah Subuh/Muhadasah

05.30-06.30 Sarapan Pagi

06.30-07.00 Persiapan Sekolah

07.00-07.30 Pembacaan Juz Ama

07.30-12.30 Sekolah Formal

12.30-13.00 Shalat Dzuhur Berjamaah dan Kultum (kuliah tujuh menit)

13.00-13.30 Makan Siang

13.30-14.00 Persiapan Sekolah Madrasah Diniyah

14.00-15.00 Sekolah Madrasah Diniyah

15.00-15.30 Persiapan Shalat Ashar Berjamaah

15.30-16.00 Shalat Ashar Berjamaah dan Roan / Kerja Bakti

Membersihkan lingkungan Pondok

16.00-16.30 Makan Sore

16.30-17.00 Persiapan Pengajian Kitab


(65)

18.00-19.30 Shalat Magrib Berjamaah dan Pengajian al Qur’an sesuai dengan kelompok dan Ustad/Ustadzah masing-masing

19.30-20.00 Shalat Isya Berjamah

20.00-21.00 Kegiatan Ekskul

21.00-03.30 Istirahat

Sumber : Buku Informasi Santri Tahun Ajaran 2014-2015

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta11 2. Jadwal Kegiatan Ustadzah

Jadwal kegiatan Ustadzah mengikuti kegiatan santri atau menyesuaikan kegiatan santri. Tidak ada jadwal khusus untuk ustadzah. Namun untuk Ustadzah jika memang ada yang harus dievaluasi dari kinerja ustadzah setiap satu bulan satu kali biasanay ustadzah mengadakan rapat bersama pimpinan-pimpinan, untuk membahas atau mengevaluasi semua kegiatan yang telah terlaksana. Itupun tidak teratur

harus satu bulan satu kali.12

Penjelasan diatas sesuai dengan pernyataan hasil wawancara berikut:

“Kegiatan santri, yah hampir mirip saja, misalnya dari pagi, bangun pagi, bangun subuh, subuh ya, pagi-pagi sarapan, seperti biasa. Terus kalau misalkan anak-anak yang menghafal ustadzah yang membaca di depan gitu. Ustadzah yang membaca anak santri yang mengikuti, sama aja cuma bedanya kalau ustadzah itu mulai pengajarannya di ba’da dzuhur

11

Yayasan Pondok Pesantren al Washilah Jakarta, Buku Informasi Santri Tahun Ajaran 2014-2015 (Jakarta: ponpes al Washilah, 2014), h. 4


(1)

Foto wawancara bersama Narasumber

Bersama Ustadzah Bersama Ustadzah


(2)

(3)

Foto kegiatan Santri

Kegiatan pengajian kitab sore Kegiatan pengajian Al Qur’an sore


(4)

Anggota PMR Taekwondo

Acara Baksos bersama


(5)

Kegiatan Madrasah Diniah Penerimaan Santri baru


(6)

Foto Gedung dan fasilitas Pondok Pesantren

Asrama Putra Asrama Putri

Lapangan dan gedung sekolah Gerbang masuk Pondok Pesantren