BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI USTADZAH ULFAH NOER
TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUTRI
A. Pola Komunikasi Ustadzah Ulfa Noer Terhadap Santri di Pondok Pesantren Attaqwa
Putri Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian, Ustadzah Ulfa Noer mengandalkan
komunikasi dengan para santrinya dengan menggunakan menggunakan dua pola komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi kelompok. Hal ini dapat dilihat atau dibuktikan pada kegiatan belajar
mengajar baik secara formal maupun non formal. Dalam kegiatan belajar mengajar beliau sangat semangat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan para
santriwatinya. Beliau dikenal sangat tegas dalam mendidik santriwatinya, jika ada santri yang tidur ketika pelajaran nya, maka beliau pun tidak segan-segan untuk
menghukumnya baik dengan pukulan atau berdiri, namun bagi para santri pukulan beliau adalh berkah memotivasi santri untuk berubah.
56
Penjelasan beliau sangat mudah difahami sehingga santri senang ketika diajar dengannya. Walaupun demikian, beliau
sangat memperhatikan keadaan santri. 2.
Selain menggunakan komunikasi kelompok, beliau juga menggunakan komunikasi antarpribadi. Biasanya komunikasi antarpribadi terjadi Pada kegiatan menghafal pelajaran
yang rutin diakan pada sore hari Ba’da ashr, para santri menghadap kepada beliau untuk membuktikan hafalannya. Di samping menghafal, tidak sedikit santri yang curhat tukar
pikiran, beliaupun menanggapi dengan antusias apa yang dikeluhkan oleh para santriwatinya baik tentang keadaan pondok, teman-teman maupun para pengurus pondok
pesantren. Setelah menanggapi keluhan beliau memberikan nasehat dan motivasi kepada
satriwatinya. Hal ini yang membedakan pondok Pesantren Attaqwa Putri dengan pondok
56
Wawancara dengan citra santri tanggal 10 Juli 1009
pesantren lainnya. Dimana ustadzah adalah ibu bagi santrinya. Beliau sangat memperhatikan keadaan santri-santrinya Sehingga terjalin hubungan yang sangat dekat
antara ustadzah dan para santrinya.
Hal ini sesuai dengan penuturan ustadzah Ulfa Noer sebagai berikut:
” Aktivitas saya dengan santri, seperti ibu dan anak. Ditengah-tengah kesibukan, saya menyempatkan diri saya untuk mengontrol keadaan santri pada sore dan malam
hari semua itu saya lakukan untuk lebih dekat dengan anak-anak. Sore hari adalah
waktu anak-anak datang kerumah saya untuk menyetorkan hafalannya pelajaran dan biasanya setelah menghafal, tidak sedikit anak-anak yang curhat sama saya
sekitar masalah dengan temannya, pengurus, ustadzah dan ada juga yang curhat tentang keadaan pesantren. Sebagai ibu saya berikan anak-anak solusi yang tepat
dengan masalah yang mereka sampaikan. Semua ini saya lakukan agar anak-anak lebih terbuka akan masalah yang dihadapi. Selain itu, hal ini dilakukan agar apa
yang dilaporkan oleh para pengurus kepada saya tentang santri tidak terjadi kesalahpahaman dengan apa yang saya dengar langsung dari anak-anak”.
57
Keberhasilan kegiatan ini terlihat, bahwa tidak adanya jarak antara seorang pendidik dengan para santri. Hal ini akan menumbuhkan sikap saling percaya antara komunikator
Ustzh. Ulfa Noer dan komunikan santri sehingga melahirkan suatu sikap simpatik santri dan masyarakat sekitar terhadap ustadzah Ulfa. Seperti penuturan ustadzah Ade Damroh,
salah satu pengajar di pondok pesantren Attaqwa : “......Hubungan kami dan ustadzah Ulfa sangat dekat, karena beliau selalu membaur
dengan para ustadzah dan juga dengan para santri. Beliau adalah seorang ibu yang bijak, sehingga santri pun tidak segan lagi untuk menyampaikan pendapatnya dan
begitu juga ketika berinteraksi dengan beliau.”
58
Sesuai dengan perkataan Ustadzah. Ulfa Noer, bahwa : perintah dakwah dalam agama islam tidak mengharuskan secepatnya berhasil dengan satu metode saja, namun
berbagai cara harus dikerjakan sesuai dengan keadaan objek dakwahnya, kemampuan masing- masing da’i dan atas kebijaksanaannya masing-masing.
57
Wawancara dengan Ustadzah Ulfa tanggal 06 Juli 2009
58
Wawancara dengan Ustadzah Ade Damroh tanggal 06 Juli 2009
Terdapat beberapa hal yang disampaikan Ustadzah Ulfa Noer dan para pengurus pondok pesantren Pesantren Attaqwa Putri dalam hal pembelajaran kepada santri, diantaranya
yaitu: 1.
Dalam Pendidikan Salah satu prasyarat untuk mewujudkan masyarakat madani ditentukan oleh sejauh mana
kualitas peradaban masyarakatnya. Peradaban suatu bangsa akan tumbuh dan lahir dari sistem pendidikan yang digunakan oleh bangsa tersebut. Masyarakat yang berperadaban adalah
masyarakat yang berpendidikan. Hal ini juga sesuai dengan konsep pendidikan yang dilakukan oleh Muhammad Naquib Al Atthas. Menurut pendidikan Islam itu lebih tepat
diistilahkan dengan ta`dib dibanding istilah Tarbiyah, Ta`lim dan lainnya, sebab dengan konsep ta`dib pendidikan akan memberikan adab atau kebudayaan. Dengan istilah ini juga
dimaksudkan pendidikan berlangsung dengan terfokus pada manusia sebagai objeknya guna pemenuhan potensi intelektual dan spiritual.
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dua sifat, yakni bersifat
pembinaan melestarikan dan membina agar tetap beriman dan pengembangan sasaran dakwah. Pendidikan agama sebagai dakwah pada dasarnya membina melestarikan fitrah
anak yang dibawa sejak lahir, yakni fitrah beragama perasaan bertuhan. Yang mana bila fitrah itu tidak dilestarikan melalui pendidikan dikhawatirkan fitrah itu akan luntur menjadi
atheis atau menganut agama selain Islam. Menyikapi realitas pendidikan Semarang, maka lembaga-lembaga yang ada harus selalu
berusaha menemukan format yang ideal sebagai sistem alternatif bangsa Indonesia masa depan. Perpaduan antara sistem pendidikan klasik dengan sistem pendidikan modern dapat
melahirkan sistem pendidikan Islam yang komferhensif, tidak saja hanya menekankan penguasaan khasanah keilmuan Islam klasik tetapi juga mempunyai integritas keilmuan
modern.
Menyadari hal demikian, pimpinan pondok Pesantren Attaqwa Putri mencoba untuk
menerapkan sistem tersebut kedalam pendidikan santri secara klasikal yang merupakan materi-materi stándar dan khas pesantren. Pendidikan ini diberikan sebagai wujud formalitas
pesantren dewasa ini. Status pondok pesantren salafi inilah yang menjadikan sistem pendidikan klasikal ini masih diberikan kepada para santri. Contohnya sistem komunikasi
yang menggunakan dua bahasa, pendidikan reguler pesantren, penggunaan kitab - kitab yang dikaji, organisasi dan sebagainya. Secara jelasnya akan dikelompokan ke dalam beberapa
kategori di bawah ini : a.
Sistem pendidikan reguler atau kegiatan belajar mengajar pondok Penggalian hazaña budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu unsur yang
terpenting dari keberadaban sebuah pesantren dan yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak dapat
diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu keislaman, terutama yang bersifat kajian-kajian klasik. Maka pengajaran “kitab-kitab kuning” telah
menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses belajar mengajar dipesantren.
Pondok Pesantren Attaqwa Putri mengajarkan beberapa kitab diantaranya, dalam bidang
fiqih, kitab-kitab yang dipelajari adalah : Safinatun Najah, taqrib, Fathul Qorib, tadhrib. Dalam bidang nahwu, para santri diajarkan kitab : Matan Al Jumuriyah, Awamil,
Mukhtashor Jidan, Imriti, dan Al Fiyah Ibnu Malik. Sementara dalam bidang shorof para santri diajarkan kitab kailany, matan bina. Para santri juga diajarkan kitab-kitab lain
seperti: Durotin Nashihin, Sullamut Taufiq, Ta`lim Muta`lim dan tafsir Jalalain. Kitab kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari proses belajar mengajar di pesantren
dianggap penting dalam pembentukkan kecerdasan intelektual dan moralitas kesalehan kualitas keberagamaan pada diri santri thalib.
b. Keterampilan dan Kesenian
Mengingat dan menyadari akan kondisi zaman pada saat ini yang menuntut manusia yang berkualitas tinggi dengan kualitas manusia Indonesia yang begitu banyak namun tidak
banyak memiliki masyarakat yang siap bersaing dengan dunia dan negara lain, yayasan
ini terus berusaha menghasilkan lulusan yang siap bersaing dengan lulusan-lulusan sekolah lain dalam mencetak alumninya. Oleh karena para asatidz dan pengurus terus
berkreasi dan berinovasi demi terciptanya sistem pendidikan yang ideal dan berdaya serta berhasil guna bagi seluruh masyarakat maupun instansi-instansi yang akan
memperkerjakan mereka nantinya. Berkaitan dengan keterampilan-keterampilan yang
diajarkan kepada para santri pondok Pesantren Attaqwa Putri sebagai bekal untuk
menunjang hidup mereka dimasyarakat kelak adalah sebagai berikut : 1. Kursus komputer
2. Keterampilan menjahit 3. Keterampilan seni baca Al Quran Qoriah
4. Keterampilan khat Arab Kaligrafi 5. Keterampilan dakwah
6. Kasidah dan marawis 7. Sholawat
c. Pembinaan dalam mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam
Yang merupakan salah satu ciri dan keunggulan pondok pesantren dengan lembaga- lembaga pendidikan lain adalah penanaman atau transmisi nilai-nilai ajaran agama Islam
secara mendalam dan menyeluruh. Artinya tidak ada pembatasan masalah, dalam mengkaji nilai-nilai ajaran Islam, dan sekalipun mungkin ada klasifikasi atau pembedaan
kelas, yang lebih terpadu serta bervariasi dengan referensi atau sumber-sumber yang dapat diakui kesalihanya.
Para santri atau siswa dididik untuk lebih membiasakan atau mengamalkan nilai-nilai keagamaan, baik itu yang bersifat wajib maupun sunnah. Contohnya adalah selalu
membiasakan shalat wajib dengan berjamaah. Kemudian bagi seluruh santri diwajibkan untuk menghafal mufrodat kosa kata yang diberikan para ustadustadzah dan juga
pengurus setiap harinya. Selalu menjaga kebersihan lingkungan dnegan tidak membuang
sampah sembarangan, melaksanakan sholat sunnah tahajjud bersama dan santri diwajibkan menghafal dan mempraktekkan tahlilan dan doa-doa dengan cara bergantian
untuk memimpin doa setelah sholat wajib dan ketika ada program tahlilan bersama. Selain itu juga ada program maulidan yang rutin diadakan pada malam jum’at oleh
seluruh sanri yang bertempat di aula pondok. Hal tersebut didasari atas pesan dari bapak kyai yaitu pendiri dari pondok pesantren Attaqwa yang tidak boleh untuk meninggalkan
acara maulidan karena dengan harapan untuk mendapatkan keberkahan. Kegiatan maulidan adalah aktivitas yang sudah ”mendarah daging” di pondok pesantren Attaqwa.
Jika kelak para alumni pondok yang akan terjunh dimasyarkat luas akan selalu siap ketika dihadapkan pada persoalan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadzah Ulfa
sebagai berikut : ” Membiasakan anak untuk menjalankan syariat agama dan menjauhkan larangan.
Sebab bila anak sudah biasa melakukan perbuatan yang baik, beribadah, berakhlaq baik dan sebagainya, maka kebiasaan itu akan terbawa sampai ia dewasa dan hal
inilah yang membentengi mereka agar tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas”. d.
Kesehatan atau Olah Raga Untuk menghasilkan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan gigih harus
didukung dengan kondisi fisik yang sehat. Setelah rohani telah cukup menjadi benteng tangguh dari godaan-godaan yang dapat menjauhkan dari sang pencipta maka langkah
selanjutnya adalah membentengi diri dengan jasmani yang kuat dan tangguh. Kuncinya adalah olah raga dengan benar dan teratur. Dengan menyadari itu maka program oleh
raga sangat perlu dimasukan sebagai lprogram wajib bagi seluruh santri. Adapun jenis olah raga yang ditawarkan kepada para santri adalah bola voli, dan bulu tangkis. Semua
jenis olah raga dapat dipilih sesuai dengan minat dan bakat para santri. e.
Pembinaan Organisasi Para santri juga dididik untuk menjadi manusia yang memiliki rencana dan program serta
aturan yang jelas dan terarah. Dalam keorganisasian mereka memiliki tanggung jawab dan pekerjaan yang harus dilakukan secara bersama-sama atau individual yang telah
diatur dan terprogram kerja organisasi. Siap untuk memimpin dan juga dipimpin. Dan
pada akhirnya mereka harus mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka kerjakan selama mereka menjadi pengurus dalam organisasi tersebut. Ini juga sebagai
pembelajaran bagi santri bila kelak terjun kedalam organisasi ketika mereka melebur
kedalam masyarakat yang lebih majemuk dan universal. Di Pesantren Attaqwa Putri para
santri diberikan kebebasan untuk memilih organisasi yang mereka inginkan. Semua organisasi terkoordinasikan dalam pertsatuan pelajar pondok pesantren PPAWATI dan
tentu saja mereka adalah para santri-santri senior yang mempunyai tugas untuk membimbing adik-adiknya. Banyak lagi pendidikan yang diberikan kepada para santri
sebagai bekal mereka dalam menjalani hidup dengan berbagai persoalan dan kendala yang akan dihadapi. Walaupun dengan pendidikan yang telah diberikan tidak menjamin
mereka menjadi manusia yang berdaya guna dan berhasil. Tetapi setidaknya pondok
Pesantren Attaqwa Putri selalu mencoba memberikan yang terbaik kepada mereka
sebagai generasi yang diharapkan orang tua, masyarakat, negara dan dunia. Karena banyak alumni pesantren yang belum dapat mencirikan kepesantrenannya atau seorang
lulusan pesantren. Bahkan ada yang berpendapat bahwa para alumni pesantren seperti burung yang baru lepas dari sangkarnya. Dalam arti lain bahwa mereka kembali
mendapatkan kebebasan dunia luar, karena didalam pesantren terlalu banyak peraturan, atau dalam istilah pondok disebut dengan tata tertib atau disiplin, yang mereka anggap
terlalu mengekang. Yang pada akhirnya luapan emosi mereka yang terpendam ketika tinggal di pondok pesantren mereka ungkapkan ketika mereka berada diluar pondok
pesantren. Oleh indikasi tersebut maka pondok pesantren dituntut untuk lebih mampu mengantisipasi hal-hal demikian.
2. Dalam Dakwah
Pemahaman yang diberikan kepada santri mengenai dakwah adalah agar selalu diutamakan menjaga akhlak dimana dan kapan saja mereka berada. Karena mereka adalah
alumni yang membawa nama baik pondok Pesantren Attaqwa Putri. Artinya mereka membawa misi untuk menjaga nama almamater pondok selain menjaga nama baik mereka
sendiri. Atau dengan kata lain mereka dituntut untuk selalu mengamalkan nilai - nilai ajaran
agama dalam kehidupan mereka. Dengan begitu maka misi dakwah akan mudah mencari sasaran. Dengan materi agama yang mereka miliki diharapkan mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan dan aktivitas mereka sehari-hari. Islam tidak hanya terbatas pada sebuah dimensi ritualitas semata, yakni sebagai sebuah
perwujudan tatanan aqidah yang memiliki dua dimensi diantaranya, dimensi ritual dan dimensi sosial. Mengenai dimensi sosial dalam fiqih itu terbagi kepada empat bagian.
1. Pertama, mengenai ibadah ritual yaitu, manata hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khaliqnya. Kedua, muamalat yakni, menata hubungan manusia dalam pergaulan
dengan sesamanya untuk dapat memenuhi hajat hidup sehari-hari. Ketiga, munakahat, yaitu menata hubungan manusia dengan lingkungan keluarga. Keempat, adalah kinayat, yakni
menata keamanan dan kenyamanan dalam pergaulan yang terjamin rasa ketentraman.
Terkait dalam hal ini, santri pondok Pesantren Attaqwa Putri diwajibkan untuk mengamalkan Panca jiwa pondok Pesantren Attaqwa Putri yang dianggap urgen dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun Panca Jiwa pondok Pesantren Attaqwa Putri adalah :
a. Keikhlasan
b. Kesederhanaan
c. Berdikari
d. Bebas berfikir
e. Ukhuwah islamiyah.
Dengan panca jiwa tersebut diharapkan dari pesantren akan lahir manusia-manusia ahli agama yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Karena lembaga ini melakukan
penggalian potensi santri. Mereka dididik agar bisa melakukan dakwah. Oleh sebab itu beberapa santri yang terpilih atau dianggap mampu, diberikan tugas dalam khutbah jumat.
Artinya juga mereka dipersiapkan untuk menjadi seorang juru dakwah yang siap pakai, minimal dakwah dilingkungan masyarakat sekitar tempat mereka tinggal.
Metode dakwah adalah metode yang dilalui seorang da`i dalam menyampaikan dakwahnya; atau metode yang dipakai dalam penerapan pendekatan dakwah. Pondok
pesantren sebagai lembaga sosial kemasyarakatan berupaya menghasilkan alumni yang pandai
berdakwah. Seperti halnya pondok Pesantren Attaqwa Putri. Dimana salah satu program pembinaan untuk para santrinya yaitu dakwah.
Adapun tujuan dari pembelajaran dakwah yang diajarkan oleh ustadzah Ulfa Noer adalah :
a. Memajukan dan mengembangkan syiar Islam baik yang bersifat ubudiyah maupun
amaliyah. b.
Karakter adalah tingkah laku yang menyebabkan umat Islam tertinggal dalam mengembangkan tanggung jawab sebagai organisator peradaban dunia. Karakter buruk
seperti rasa rendah diri, kurang percaya diri, tidak mandiri, malas dan lain-lain akan mengubur potensi yang telah diberikan Allah SWT kepada umat Islam. Oleh karena itu,
didirikannya pondok Pesantren Attaqwa Putri bertujuan untuk merubah sikap lemah dan
buruk tersebut melalui pendekatan keislaman dan pendidikan yang motivatif. c.
Program pembinaan pondok Pesantren Attaqwa Putri memprioritaskan santrinya dari
berbagai kalangan, karena sebagai tunas-tunas bangsa mereka harus dibekali kekuatan ruhiyah lebih dini agar bisa agar mampu menghadapi perkembangan zaman, bahkan
diharapkan agar menjadi generasi yang mampu dalam menghadapi tantangan dan godaan zaman diera global yang kian berat. Oleh karena itu, kehadiran pondok Pesantren
Attaqwa Putri diharapkan dapat membantu merubah akhlaq dan keimanan bagi generasi
muda secara khusus dan masyarakat umum. d.
Menjadikan pondok pesantren sebagai pesantren virtual yang tidak memiliki batas dengan masyarakat sekitarnya atau tidak menjadi ekslusif dengan kepesantrenannya, berusaha
menjadi bengkel akhlak bagi generasi muda, menjadi motivator ummat, bank SDM Sumber Daya Manusia, dan pensinergi aneka kemampuan umat.
Di samping tujuan tersebut Pesantren Attaqwa Putri pun bermaksud :
1 Membantu pemerintah dalam melaksanakan pendidikan dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. 2
Menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, bermanfaat bagi
masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, mensyiarkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat.
Untuk mencapai tujuan di atas pimpinan pondok pesantren Pesantren Attaqwa Putri, para ustadzh dan pembimbing berusaha menata dan melengkapi masalah-masalah
administrasi, pemimpin, pembimbing dan mengawasi kegiatan yang telah ataupun yang sedang berlangsung. Untuk memudahkan tercapainya maksud dan tujuan diatas, maka
dibuat jadwal kegiatan harian dan mingguan santri di Pesantren Attaqwa Putri.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pondok Pesantren Pesantren Attaqwa Putri.