Sosialisasi dan Informasi Pemilu

28 penduduk dan KabKota yang banyak namun disamakan oleh daerah lain yang cenderung memiliki jumlah sedikit. 3. Strategic Vision, KPU masih belum bisa melaksanakan prinsip ini karena belum bisa melihat dari kebutuhan – kebutuhan daerah dan karakteristik daerah yang berbeda – beda dari KabKota satu dengan KabKota lainnya. 4. Efficiency and effectiveness, Anggaran Pemilu pada tahun 2014 walaupun serapannya cukup baik namun masih terdapat anggaran yang berlebih dan harus dikembalikan kepada KPU RI sehingga tidak efisien. Selain itu ketidak efektifan juga dibuktikan dengan adanya beberapa kali revisi anggaran akibat masih ada keperluan pada tahapan pemilu yang belum terakomodir.

2. Sosialisasi dan Informasi Pemilu

Dalam proses sosialisasi dan informasi Pemilu, KPUD Jateng memiliki program yaitu Relawan Demokrasi. Relawan demokrasi ini dibentuk untuk melakukan sosialisasi kepada kelompok mereka masing – masing ataupun masyarakat umum. Namun dalam berjalannya waktu, relawan demokrasi ini masih dinilai sangat kurang optimal. Sosialisasi yang dilakukan KPUD sendiri hanya meliputi sosialisasi pendidikan pemilih bukan pendidikan politik walaupun ada sedikit dalam pemberian pendidikan politik tetapi KPUD lebih melakukan sosialisasi pendidikan pemilih. Sosialisasi pendidikan pemilih ini hanya memberikan informasi – informasi seputar pemilihan umum. Sosialisasi yang dilaksanakan menyeluruh di 35 KabKota Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan undang – undang pemilihan umum setiap kabkota memfokuskan untuk melakukan sosialisasi pemilih. Salah satu tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum ini adalah tingkat partisipasi pemilih dalam penggunaan hak pilihnya. Oleh karenanya perlu adanya sosialisasi untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam Pemilu Tahun 2014. KPUD Jawa 29 Tengah menargetkan tingkat pertisipasi masyarakat dalam pemilihan umum ini sebesar 75. Oleh karena itu, KPUD Jawa Tengah melaksanakan beberapa kegiatan sosialisasi untuk mencapai target partisipasi masyarakat pada pemilihan umum terserbut, seperti: 1. Kegiatan KirabKarnaval Penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Menuju Pemilu Yang Jujur dan Adil. 2. Kegiatan Gerak Jalan Sehat Menuju Pemilu Jujur dan Adil. 3. Kegiatan Touring Demokrasi dan Nonton Bareng. Kegiatan – kegiatan sosialiasai pemilihan umum tersebut melibatkan banyak peserta termasuk masyarakat luas, sehingga media, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya mengetahui, mengikuti dan memahami perkembangan tahapan pelaksanaan Pemilu Tahun 2014 khususnya Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD. Program – Program sosialisasi yang sudah dilaksanakan pada pemilu Legislatif tahun 2014 ini telah berdasarkan Peraturan-Peraturan KPU sebagai implementator dari regulasi yang ada. Regulasi tersebut antara lain : 1. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun 2010. 2. Peraturan Komisi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2008. 30 3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 07 Tahun 2012 tentang tentang Tahapan, Program dan Jadual Waktu Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir denganPeraturan Komisi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2013. Bawaslu RI juga memiliki program inovatif yaitu gerakan Nasional 1 Juta relawan pengawas pemilu bagi pemilih pemula. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengawasan pada Pemilu 2014. Pemilih pemula menjadi sasaran utama untuk dapat berperan aktif pada proses pemilu. Namun dalam pelaksanaannya masih dirasa kurang efektif. Hal ini dapat dilihat pada Pemilihan Legislatif maupun Pemilihan Presiden hanya terdapat sekitar 10 laporan dari masyarakat terhadap dugaan pelanggaran. Sementara sekitar 90 merupakan kerja dari Panwaslu yang secara aktif melihat masalah yang ditemukan di masyarakat. Terdapat beberapa faktor penyebab partisipasi masyarakat untuk mengawas Pemilu masih sangat rendah antara lain pertama, persepsi bahwa laporan yang masuk kepada Panwaslu tidak dapat diselesaikan secara langsung. Kedua, melaporkan segala bentuk pelanggaran Pemilu hanya dapat membuat masyarakat itu sendiri berhadapan dengan hukum atau mendapat sanksi itu sendiri. Maka dari itu strategi yang dilakukan oleah Bawaslu Jawa Tengah adalah membentuk pengawas partisipatif pada 21 kabkota yang akan melakukan pemilukada pada tahun ini. Bawaslu langsung turun kedaerah melakukan diskusi dengan panwaslu, pengawas partisipatif, dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengawal, melakukan pencegahan, dan penyampaikan kepada panwaslu apabila terjadi pelanggaran – pelanggaran pada Pemilu. Sehingga dari angka 10 bisa meningkat dan temuan-temuan yang ditemukan merupakan peran aktif dari masyarakat. 31 Bawaslu dapat melaksanakan tugas lain terutama penyelesaian apabila terjadi sengketa dalam Pemilu. Dalam pelaksanaan tahapan sosialisasi jika dikaitkan dengan prinsip good governance antara lain: 1. Participation, masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam hal pengawasan saat pemilihan umum berlangsung. Selain itu dalam pembentukan relawan demokrasi masih belum dikatan berhasil dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan umum. 2. efficiency and effectivineass, masih dinilai kurang karena informasi – informasi yang diberikan ataupun disosialisasikan masih belum menciptakan good citizen.

3. Pendaftaran Pemilih.