d. lain-lain PAD yang sah. 2 Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d, meliputi:
a. hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; b. jasa giro;
c. pendapatan bunga; d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh Daerah.
1.5.4.3 Pendapatan Asli Daerah Yang Diterima Dari Sektor Pariwisata
Jenis-jenis sumber pendapatan asli daerah yang telah dijelaskan sebelumnya tidaklah semua dapat disumbangkan dari sektor pariwsata, hal ini
diakibatkan sektor pariwisata tidak menyentuh semua aspek yang menjadi sumber pendapatan asli daerah.
Berikut merupakan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang dapat diperoleh dari pengembangan sektor pariwisata:
A. Dari Pajak Daerah
1. Pajak hotel yaitu pajak pelayanan atas hotel
Hotel digunakan sebagai tempat menginap bagi para wisatawan dan memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut biaya
2. Pajak restoran yaitu pajak pelayanan atas restoran
Restoran merupakan tempat utnuk menyantap makanan dan atau minuman yang disediakn dengan dipungut bayaran
Universitas Sumatera Utara
3. Pajak hiburan adalah pajak yang diperoleh atas penyelenggaran hiburan.
Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan dan atau kesamaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran termasuk fasilitas untuk berolahraga
4. Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas pribadi atau badan, baik
yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakn sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor yang memungut bayaran B.
Retribusi Daerah 1.
Retribusi jasa usaha Jasa yang bersangkutan yang bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh swasta tetapi masih mendapat campur tangan dari Pemerintah Daerah.
1.5.4.4 Hubungan Pengembangan Pariwisata dengan
Pendapatan Asli Daerah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam rangka otonomi daerah, maka daerah diberikan kewenangan sepenuhnya dalam mengelola
keuangan daerah mereka sendiri dengan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Salah satu potensi yang dimaksud tentu adalah
dengan pengembangan pariwisata. Pengembangan pariwisata diharapkan akan memberikan keuntungan yang besar kepada daerah tersebut, bukan menjadi
menimbulkan kerugian dan memberikan kesempatan bagi yang memiliki kewenangan dalam melakukan KKN. Tujuan pengembangan pariwisata adalah
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun kepada daerah wisata. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat
melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi juga akan memberikan
keuntungan bagi wisatawan dana masyarakat setempat dan tentunya juga kepada Pemerintah setempat
21
. Menurut mantan menteri Pariwisata ibu Mari Elka Pangestu mengungkapkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan keuntungan
dalam sektor pariwisata ada tiga hal utama yang harus diperhatikan, yaitu tujuan pariwisata yang telah ada ditingkatkan dalam segala aspeknya, mengembangkan
tujuan wisata yang baru dan menarik, serta wisata minat khusus. Tentu saja ini menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam mengembangankan sektor pariwisata
daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Dalam upaya pengembangan pariwisata segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan juga harus
dikembangkan karena jika dikembangkan dengan baik, tentu akan meningkatkan pendapatan asli daerah. Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja
pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak
langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di impor dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan
yang berkunjung.
21
Happy Marpaung dan Herman bahar, Pengantar Pariwisata, Alfabeta, Bandung 2002 , hlm 19
Universitas Sumatera Utara
1.5.5 Analisis SWOT