Menggunakan Teknik Aseptik Tindakan

21

2.3.3 Menggunakan Teknik Aseptik

Penerapan teknik aseptik membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan juga menoolong persalinan. Teknik aseptik ini meliputi 3 aspek yaitu: 1. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi untuk mencegah petugasbidan terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi petugas dari percikan cairan tubuh, darah, atau cedera selama melaksanakan pertolongan persalinan. 2. Antisepsis yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit, karena kulit atau mukosa tubuh tidak dapat disterilkan maka penggunaan antisepsis ini akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang akan mengkontaminasi luka yang terbuka sehingga dapat menimbulkan infeksi. Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan, larutan desinfektan digunakan untuk mendekontaminasi peralatan. Larutan yang biasa dipakai untuk antisepsis antara lain: alkohol 60-90, savlon, klorheksidin glukonat 4 , iodine 3 , sedangkan untuk larutan desinfektan adalah klorin pemutih 0,5 . 3. Menjaga tingkat sterilitas atau DTT Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi desinfeksi tingkat tinggi yang meliputi penggunaan kain yang digunakan untuk alas harus kain yang steril, hanya benda-benda yang steril yang ditempatkan di area ini, benda apapun yang Universitas Sumatera Utara 22 basah, terpotong, atau robek dianggap sebagai benda yang terkontaminasi, mencegah orang yang menggunakan sarung tangan untuk menyentuh benda yang ada di daerah steril ini, dan daerah yang steril DTT ini ditempatkan jauh dari jendela atau pintu. Ada 3 proses pokok untuk memproses peralatan dalam upaya pencegahan infeksi yaitu: dekontaminasi, cuci bilas, dan disinfeksi tingkat tinggi DTT atau sterilisasi. Bendaalat yang steril ditempatkan dalam kain pembungkus, maka alat dapat disimpan hingga 1 minggu setelah diproses, bila peralatan steril yang dibungkus dalam kantong plastik bersegel, tetap kering dan utuh, masih dapat digunakan hingga 1 bulan setelah diproses. Peralatan yang sudah di DTT, dapat disimpan dalam wadah tertutup seperti bak instrumen atau partus set dan dapat disimpan dalam kisaran waktu 1 minggu jika peralatan tetap kering dan terhindar dari debu. Jika semua prosedur penyimpanan sudah melewati tenggang waktu penyimpanan, maka alat tersebut harus diproses kembali sebelum digunakan JNPK-KR, 2014. Universitas Sumatera Utara 23 Gambar 2.1 Proses Peralatan Bekas Pakai Sumber : Depkes-JNPK-KR 2014 Langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda – benda lain yang terkontaminasi adalah dengan cara dekontaminasi. Sarung tangan dari karet tebal atau sarung tangan rumah tangga DEKONTAMINASI Rendam dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit CUCI DAN BILAS Gunakan deterjen dan sikat, pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda tajam Metode yang dipilih Metode alternatif STERILISASI DISINFEKSI TINGKAT TINGGI Otoklaf panas kering rebuskukus kimiawi DINGINKAN DAN DISIAPKAN peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang sudah disinfeksi Tingkat Tinggi DTT sampai 1 minggu jika wadah tidak dibuka-buka 160 kPa 120 C 30 menit jika terbungkus 20 menit jika tidak terbungkus 170 C 60 menit Panci tertutup Rendam 20 menit Universitas Sumatera Utara 24 digunakan pada saat menangani peralatan bekas pakai atau kotor. Alat yang sudah digunakan segera masukkan ke dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit. Prosedur ini akan mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Larutan klorin 0,5 ini hanya dapat digunakan dalam jangka waktu 24 jam, jika lewat dari batas waktu tersebut daya kerja klorin akan turun, sehingga perlu diganti setiap 24 jam atau dapat diganti lebih cepat jika larutan klorin terlihat kotor atau keruh. Gambar 2.2 Rumus Membuat Larutan Klorin 0,5 dari Larutan Konsentrat Berbentuk Cair Depkes, 2013. Langkah selanjutnya setelah dekontaminasi adalah pencucian dan pembilasan. Pencucian juga dapat menurunkan endospora bakteri yang dapat menyebabkan tetanus dan gangren. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak ada, maka tindakan pencucian alat adalah satu-satunya proses fisik. Jumlah bagian air = – 1 Contoh: Membuat larutan klorin 0,5 dari larutan pemutih klorin 5 1. Jumlah bagian air = 5 0,5 – 1 = 10 – 1 = 9 2. Larutan klorin 0,5 dapat dibuat dengan menambahkan 1 bagian larutan pemutih klorin 5 dengan 9 bagian air, misalnya 100 ml larutan pemutih dengan 900 ml air 1: 9. Catatan : air tidak perlu dimasak Universitas Sumatera Utara 25 Tabel 2.3 Efektifitas berbagai proses alat bekas pakai Dekonta minasi Pencucian hanya air Pencucian deterjen dan bilas DTT Sterilisasi Efektifitas menghilangkan atau menonaktifkan mikroorganisme Membun uh virus AIDS dan Hepatitis Hingga 50 Hingga 80 5 100 Waktu yang diperlukan agar proses berjalan efektif Rendam selama 10 menit Cuci hingga bersih Cuci hingga terlihat bersih Rebus, kukus atau secara kimia : 20 menit Kukus: 20-30 menit 106 kPa, 121 C. Panas kering: 60 menit pada suhu 170 C. Sumber: JNPK-KR, 2014 Langkah selanjutnya setelah pencucian dan pembilasan adalah DTT dan sterilisasi. Sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. JNPK-KR, 2014. 2.3.4 Menjaga Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan Termasuk Pengolahan Sampah Medis Limbah Medis dengan Benar Sampah yang terkontaminasi diletakkan ke dalam tempat sampah tahan air dan dibakar, jika tidak memungkinkan untuk dibakar maka dikubur bersama dengan wadahnya. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan akan mengurangi mikroorganisme yang ada pada bagian permukaan benda-benda tertentu dan menolong mencegah infeksi. Universitas Sumatera Utara 26 Adapun yang termasuk dalam menjaga kebersihan dan keamanan dari sanitasi lingkungan dalam menerapkan pencegahan infeksi yaitu : 1 Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 untuk dekontaminasi 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 2 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 3 Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 4 Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan. 5 Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 dan membilas dengan air bersih. 6 Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit. 7 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir JNPK-KR, 2014. Universitas Sumatera Utara 27 2.3.5 Standar Operasional Prosedur SOP Tentang Tindakan Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit Khususnya di Ruang Bagian Kebidanan Mulai tahun 2001, Depkes telah memasukkan pengendalian infeksi tersebut sebagai tolak ukur akreditasi RS termasuk didalamnya adalah penerapan tindakan pencegahan infeksi sesuai SOP. Tabel 2.4 Standar Operasional Prosedur Tentang Pencegahan Infeksi N O Standar Kriteria verifikasi 1. Rumah sakit tampak bersih Rumah Sakit harus selalu bersih dari debu, darah, sampah, jarum dan spuit bekas dan atau sarang laba –laba di berbagai tempat berikut: 1. Ruang pendaftaran dan pemeriksaan kehamilan 2. Ruang observasi kala I persalinan 3. Ruang bersalin 4. Ruang nifas segera 5. Area untuk perawatan bayi baru lahir segera 6. Unit rawat inap kebidanan 7. Area untuk mencuci instrumen kebidanan 8. Area pemrosesan peralatan sterilisasi dan DTT 9. Penyimpanan barang steril atau DTT 10. Kamar mandi di ruang kebidanan 11. Kamar mandi di ruang periksa 2. Di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin dan Ruang Nifas mempunyai wadah pembuangan benda tajam dan menggunakan-nya dengan benar Di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin dan Ruang Nifas mempunyai : 1. Tersedia wadah pembuangan benda tajam yang terbuat dari: karton tebalplastik keraskaleng tertutup dengan lubang yang cukup untuk memasukkan jarum suntik dan spuit serta benda tajam lainnya. 2. Wadah pembuangan benda tajam diletakkan di dekat tempat benda tajam digunakan 3. Jarum dan spuit dibuang segera setelah dipakai setelah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5 tanpa menutup atau melepaskan jarumnya. 4. Wadah pembuangan benda tajam ditutup rapat dan diambil untuk dibuang jika sudah tiga perempat penuh 5. Setiap wadah pembuangan benda tajam hanya digunakan untuk satu kali dan kemudian dibuang sesuai aturan pembuangan sampah Universitas Sumatera Utara 28 3 Menyiapkan antiseptik di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin dan Ruang Nifas sesuai penggunaan Penggunaan antiseptik di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin dan Ruang Nifas adalah sebagai berikut: a. Antiseptik disiapkan dalam wadah kecil yang bisa dipakai ulang untuk penggunaan harian b. Wadah pakai ulang dicuci dengan sabun dan air, dibilas dengan air bersih dan dikeringkan sebelum diisi ulang c. Wadah pakai ulang diberi label yang mencantumkan tanggal pengisian ulang d. Kasa atau gulungan kapas disimpan dalam wadah kering tanpa diberi antiseptik e. Instrumen dan benda lain disimpan dalam wadah kering tanpa diberi antiseptik f. Korentang disimpan dalam wadah kering tanpa diberi antiseptik 4 Persiapan mencuci instrument di ruang bersalin dan melahirkan sesuai rekomendasi Petugas menyiapkan pencucian alat di Ruang Bersalin dan Ruang Nifas mengikuti langkah dan rekomendasi seperti berikut: 1. Merendam alat habis pakai dalam larutan klorin 0,5 A. Klorin cair: a. Jika menggunakan konsentrasi 3,5, 1 bagian pemutih dicampur dengan 6 bagian air, atau b. Jika menggunakan konsentrasi 5, 1 bagian pemutih dicampur dengan 9 bagian air, atau c. Jika menggunakan konsentrasi lain, gunakan formula berikut untuk mempersiapkanlarutan: Total jumlah air =konsentrasi0,5+ – 1 untuk satu bagian klorin B. Klorin serbuk: a. Jika menggunakan kalsium hipoklorida 35, 14 g pemutih serbuk dicampur dengan 1 L air, atau b. Jika menggunakan kalsium hipoklorida 70, 7 g pemutih serbuk dicampur dengan 1 L air c. Larutan klorin baru dipersiapkan pada pagi hari atau lebih awal jika diperlukan 2. Wadah plastik digunakan untuk dekontaminasi 3. Instrumen dan benda lain direndam dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit 4. Setelah 10 menit, instrument dan benda lain dikeluarkan dari larutan klorin dan dicuci segera 5 Pemrosesan alat pakai ulang di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin Pemrosesan alat pakai ulang di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin dan Ruang Nifas ini dilakukan seperti berikut: 1. Area ini terpisah dari ruang prosedur 2. Barang kotor dan bersih tidak di tempat yang sama Universitas Sumatera Utara 29 dan Ruang Nifas dilakukan dengan benar 3. Ada meja penerimaan barang kotor 4. Paling sedikit ada satu wastafel dengan air mengalir untuk mencuci instrument 5. Ada meja untuk mengeringkan instrument 6. Ada daerah kerja bersih untuk pembungkusan Pengepakan instrumen yaitu meja kerja. 7. Ada rak untuk meletakkan paket instrumen bersih sebelum di sterilisasi 8. Jika disterilisasi di ruang bedah, paket yang sudah dibungkus dikirim ke ruang bedah yang memiliki autoklaf 9. Paket diberi label, jenis dan tanggal pemrosesan. 6 Mencuci instrument di Ruang Observasi Kala I Persalinan, Kamar Bersalin dan Ruang Nifas dilakukan sesuai rekomendasi Petugas mencuci instrumen di ruang berikut mengikuti langkah dan rekomendasi di bawah ini, memakai: a. Sarung tangan karet rumah tangga b. Masker dan pelindung mata atau muka c. Celemek plastik d. Boot karet atau sepatu tertutup e. Sikat lembut f. Deterjen cair atau serbuk g. Menyikat instrumen dan benda lain di bawah permukaan air, membersihkan semua darah dan zat asing lainnya h. Melepas bagian-bagian instrumen dan benda lain, dan mencuci lekuk, gigi dan engsel dengan sikat i. Membilas instrumendan benda lain dengan air bersih secara seksama j. Mengeringkan instrument dan benda lain dengan diangin-angin atau handuk bersih k. Melepas sarung tangan dan peralatan pelindung diri lainnya. l. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 detik dan mengeringkannya dengan handuk bersih pribadi, handuk kertas atau dengan cara diangin-angin atau menggunakan larutan alkohol gliserin jika tangan tidak terlihat kotor. Sumber: USAID, Standar KIA Rumah Sakit tentang pencegahan infeksi 2011. Universitas Sumatera Utara 30 2.3.6 Upaya Program Pemerintah untuk Menurunkan Kejadian Infeksi yang Mengakibatkan AKI dan AKB Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal pada tahun 2012 melalui program EMAS oleh pemerintah dilakukan dengan cara: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit PONEK dan 300 PuskesmasBalkesmas PONED 2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkuaberkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan paska persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana Kemenkes, 2013. Program Kemenkes dengan Rencana Aksi Percepatan Penurunana Angka Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2013 - 2015 dengan berpedoman pada MDG’S 2015 yaitu : 1. Penjaminan Kompetensi Bidan Khususnya di desa sesuai standar. 2. Penjaminan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan mampu pertolongan persalinan 247 sesuai standar 3. Penjaminan seluruh RS Kabupaten Kota mampu PONEK 247 sesuai standar 4. Penjaminan terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi 5. Penjaminan terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi Universitas Sumatera Utara 31 6. Penjaminan dukungan PEMDA terhadap regulasi yang dapat mendukung secara efektif pelaksanaan program 7. Peningkatan Kemitraan dengan lintas sektor dan swasta. 8. Meningkatkan pemahaman dan pelaksanan program perencanaan persalinan dan pencegahan Komplikasi P4K di masyarakat. RAN PP AKI 2013-2015, Kemenkes Dirjen Bina Gizi dan KIA 2013.

2.4 Definisi Tindakan

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan bidan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada pertolongan pervaginam di Klinik Bersalin di Kota Kabanjahe

0 48 103

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode006

0 0 3

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Pada Ibu Bersalin Dengan Persalinan Normal Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

0 0 18

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Pada Ibu Bersalin Dengan Persalinan Normal Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

0 0 2

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Pada Ibu Bersalin Dengan Persalinan Normal Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

0 0 9

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Pada Ibu Bersalin Dengan Persalinan Normal Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

0 1 31

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Pada Ibu Bersalin Dengan Persalinan Normal Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

1 2 4

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Bidan Dalam Pencegahan Infeksi Pada Ibu Bersalin Dengan Persalinan Normal Di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

0 0 48

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIVAIDS PADA PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN DI KOTA KABANJAHE

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN ATIAH

0 0 7