Pelaksanaan Penegangan Tali pusat Terkendali . Masase Fundus Uteri

ii penatalaksanaan aktif kala tiga persalinan dibandingkan pada penatalaksanaan fisiologis kala tiga. Penelitian selanjutnya menginformasikan kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala tiga, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami perdarahan post- partum. Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama segera setelah bayi lahir yaitu sebanyak 24 responden 75,0 hal ini menunjukkan jika responden tidak melakukan manajemen aktif kala tiga dengan memberikan oksitosin 10 IU secara IM akan beresiko perdarahan terhadap ibu bersalin, dan dari tabel terlihat bahwa responden tidak kompoten dan tidak peduli dengan dokumentasi yang dilakukan selama pemberian suntikan oksitosin setelah bayi lahir.

2. Pelaksanaan Penegangan Tali pusat Terkendali .

Menurut Hall 2013 penegangan tali pusat terkendali adalah melakukan tarikan kearah sejajar dengan sumbu rahim saat uterus berkontraksi, dan secara stimulant dan melakukan tahanan pada daerah supra pubik. Tujuan melakukan ini adalah melepaskan plasenta dan melahirkan plasenta. Dimana langkah- langkah dalam Penegangan tali pusat terkendali yaitu pindahkan klem penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua pada tali pusat sekitar 5- 10 cm dari vulva, letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu beralaskan kain tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan Universitas Sumatera Utara menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain pada dinding abdomen menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu dorso – kranial. Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri. Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan penegangan tali pusat terkendali dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan penegangan tali pusat terkendali yaitu sebanyak 28 responden 87,5 hal ini menunjukkan jika responden tidak melakukan manajemen aktif kala tiga dengan melakukan penegangangan tali pusat terkendali untuk pengeluaran plasenta akan beresiko perdarahan terhadap ibu bersalin yaitu beresiko terjadinya inversio uteri dan dari tabel terlihat bahwa responden tidak kompoten dan tidak peduli dengan dokumentasi yang dilakukan dalam penegangan tali pusat terkendali dalam manajemen aktif kala tiga.

3. Masase Fundus Uteri

Menurut Rogers et al 2008 segera setelah kelahiran plasenta, dilakukan rangsangan taktil pemijatan fundus uteri. Dari penelitian yang dilakukan di Assiut, Mesir yang melibatkan 200 orang wanita melahirkan, dengan memberikan pemijatan fundus uteri secara berkala selama 10 menit pada 60 menit pertama setelah melahirkan memberikan hasil perdarahan 500 ml dan mengurangi penggunaan uteronika tambahan. Di Indonesia ini adalah standar dalam penanganan kala tiga. Universitas Sumatera Utara ii Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan masase fundus uteri dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan masase fundus terkendali yaitu sebanyak 29 responden 90,6 hal ini menunjukkan jika responden tidak melakukan manajemen aktif kala tiga dengan melakukan masase fundus uteri setelah pengeluaran plasenta akan beresiko perdarahan terhadap ibu bersalin dan dari tabel terlihat bahwa responden tidak kompoten dan tidak peduli dengan dokumentasi yang dilakukan dalam masase fundus uteri dalam manajemen aktif kala tiga.

4. Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri