Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

13 Dimana: A = absorbansi a = absorptivitas b = tebal kuvet cm ε = absorptivitas molar c = konsentrasi A 1 1 = absorptivitas spesifik Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal Rohman, 2007.

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Metode spektrofotometri memiliki beberapa kelebihan antara lain kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya, dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran Munson, 1984. Data spektrum ultraviolet-visibel secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorbsi maksimum dan minimum. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektrofotometri inframerah dan spektrometri massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut Satiadarma, dkk., 2004; Rohman, 2007.

2.4 Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel

Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknik pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaannya adalah mencari absorban atau beda absorban di setiap komponen yang memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah Universitas Sumatera Utara 14 satu komponen-komponen dalam campurannya dengan komponen lainnya Mulja dan Suharman, 1995. Menurut Day dan Underwood 1986, beberapa kemungkinan yang terjadi pada spektrum absorban dua komponen dapat dilihat pada Gambar 2.6, Gambar 2.7, dan Gambar 2.8. Gambar 2.6 Spektrum Absorban Senyawa X dan Y Gambar 2.7 Spektrum Absorban Senyawa X dan Y, Spektrum X Bertumpang Tindih pada Spektrum Y Gambar 2.8 Spektrum Absorban Senyawa X dan Y saling Tumpang Tindih Universitas Sumatera Utara 15 Berdasarkan Gambar 2.6, Gambar 2.7, dan Gambar 2.8 dapat dilihat adanya beberapa kemungkinan yang terjadi pada spektrum absorban dari dua komponen. Pada Gambar 2.6 menunjukkan adanya kemungkinan spektrum tidak tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan, melainkan X dan Y semata- mata diukur masing-masing pada λ 1 dan λ 2 . Pada Gambar 2.7 menunjukkan bahwa terjadi tumpang tindih satu cara dimana Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ 1, tetapi X mengabsorbsi bersama-sama dengan Y pada λ 2. Pada Gambar 2.8 menunjukkan bahwa spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara keseluruhan. Menurut Andrianto 2009, penetapan kadar campuran multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasinya diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang berganda. Panjang gelombang yang digunakan untuk metode spektrofotometri secara panjang gelombang berganda adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Perbedaan pengukuran suatu absorbansi yang dilakukan pada panjang gelombang maksimal dan tidak pada panjang gelombang maksimal dapat dilihat pada Gambar 2.9. Gambar 2.9 Perbedaan Pengukuran Absorbansi pada Panjang Gelombang Maksimal dan Tidak pada Panjang Gelombang Maksimal Universitas Sumatera Utara 16 Menurut Rohman 2007, ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu: a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. b. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal. 2.5 Panjang Gelombang Maksimal Teofilin dan Efedrin HCl 2.5.1 Panjang Gelombang Maksimal Teofilin