BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Program donasi yang diselenggarakan oleh Minimarket Waralaba
merupakan bentuk dari Tanggung jawab sosial pelaku usaha corporate social responsibility dengan jenis promosi kegiatan sosial cause
promotion. Perizinan dan pelaksanaan pengumpulan donasi diatur dalam UU No. 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang, PP No. 29
Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan dan Keputusan Menteri Sosial Nomor 56 Huk 1996 Tahun 1996 Pelaksanaan
Pengumpulan Sumbangan oleh Masyarakat. Pengalihan uang kembalian konsumen kedalam bentuk donasi tanpa persetujuan konsumen atau dengan
alasan tidak tersedianya uang receh oleh minimarket bertentangan dengan UUPK.
2. Pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam pelaksanaan
program donasi meliputi: a
Pelanggaran hak atas uang kembalian konsumen b
Pelanggaran terhadap pelayanan secara benar dan jujur Selain itu pelaku usaha juga melakukan pelanggaran atas pemungutan
sumbangan berdasarkan kesukarelaan. 3.
Tindakanhukumyangdilakukanolehkonsumendalampengembalianuang kembalian pada minimarket adalah melakukan penuntutan kepada
pelaku usaha melalui gugatan ganti rugi dengan jalur litigasi yakni peradilanumum peradilanniagadanyangkeduadenganjalurnon litigasi
Universitas Sumatera Utara
yakni melalui BPSK.
B. SARAN
1. Bagi Pemerintah:
a. Pengaturanmengenaihakatasuang kembaliankonsumenharus
diperjelaslagidalamperundang-undanganmengenai perlindungan konsumen diIndonesiakedepannya.
b. Pernyelenggaraansosialisasidanpenyuluhankepadamasyarakat
mengenai hak atas uang kembalian mereka sebagai konsumen melaluiberbagai media publikasi.
c. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaku usaha dalam
penyelenggaraanprogram donasidanpenyalurannyahasilprogram donasi, agartepat sasaran.
2. Bagi Pelaku Usaha
a. Pelaku usaha disini harus lebih aktif lagi dalam memastikan
kesukarelaan darikonsumendisetiappraktektransaksijualbeliyang
sisauang kembaliankonsumendijadikanuangdonasi.Lebihbaik menanyakan kesukarelaannyasecaralangsung.
b. Pelaku usaha dalam usaha pengumpulan donasi diharapkan dapat
menjelaskan tentang program donasi yang sedang diselenggarakan oleh pelaku usaha sebelum meminta donasi kepada konsumen.
c. Pelakuusaha meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemungutan sumbangan yang dilakukan oleh kasir minimarket. 3.
Bagi LPKSM
Universitas Sumatera Utara
a. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang
memiliki kegiatan dalam melindungi konsumen dari pelaku usaha nakal, keberadaan LPKSM ini berada di setiap daerah dapat
memberikan sosialisasi dan pendidikan konsumen dan juga pengajaran pedidikan konsumen sejak dini dapat membuat para konsumen lebih
kritis menghadapi persoalan yang berkaitan dengan bidang
perlindungan konsumen.
b. Dalam menerima pengaduan masyarakat, Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat dapat semaksimal mungkin langsung menanggapi dan memberikan pengawasan sesuai dengan Pasal 10 PP
No 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Pengertian Perlindungan Konsumen dan Konsumen
1. Pengertian Perlindungan Konsumen
Mengenai istilah, dalam berbagai literatur ditemukan dua istilah mengenai hukum yang membicarakan mengenai konsumen. Kedua istilah ini seringkali
disama artikan, namun ada pula yang membedakannya dengan mengatakan bahwa baik mengenai substansi maupun mengenai penekanan luas lingkupnya
adalah berbeda satu sama lain.
14
Hukum konsumen adalah keseluruhan asas – asas dan kaidah – kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu sama lain
berkaitan dengan barang danatau jasa konsumen dalam pergaulan hidup.
15
Sedangkan mengenai hukum perlindungan konsumen didefinisikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi
konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Hukum konsumen mencakup segala peraturan perundang – undangan yang berlaku, baik yang mengatur secara khusus tentang perlindungan konsumen
maupun peraturan umum.
16
Tetapi dalam UUPK tidak ada dijelaskan tentang pengertian Hukum Konsumen maupun Hukum perlindungan Konsumen. Undang – Undang No. 8
14
N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab ProdukJakarta: Panta Rei, 2005 , hlm. 30.
15
Az. Nasution, S.H., Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar,Jakarta:Diadit Media, 2002, hlm 22.
16
.AZ. Nasution. , Aspek Hukum Perlindungan Konsumen: Tinjauan Singkat UU Nomor 8 Tahun 1999Depok: masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia MAPPI FHUI , hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 1 UUPK memuat perumusan mengenai perlindungan konsumen, yaitu : Perlindungan Konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
17
2. Pengertian Konsumen
Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UUPK tersebut cukup memadai, kalimat yang menyatakan “Segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum” diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang – wenang yang merugikan pelaku usaha hanya
untuk kepentingan perlindungan konsumen. Meskipun undang – undang ini disebut Undang – Undang Perlindungan Konsumen UUPK namun bukan berarti
kepentingan pelaku usaha tidak ikut menjadi perhatian.
Istilah Konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer Inggris – Amerika, atau consumentkonsument Belanda , secara harfiah diartikan sebagai “ orang
atau pelaku usaha yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu “ atau “ sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah
barang.
18
a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan
untuk tujuan tertentu. Pengertian Konsumen sesungguhnya dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
17
Republik Indonesia,Undang – Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,Bab I Pasal 1 Angka 1
18
Dr. Abdul Halim Barkatullah, S.Ag., S.H., M.Hum,Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran Banjarmasin:FH Unlam Press,2008, hlm.7
Universitas Sumatera Utara
b. Konsumen – antara, adalah setiap orang yag mendapatkan barang danatau
jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang danatau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang danatau jasa lain atau untuk
diperdagangkan. c.
Konsumen – akhir, adalah setiap orang alami mendapatkan dan menggunakan barang danatau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga
danatau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai
pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa uiteindelijke gebruiker van goederen en diensten.
19
“Konsumen adalah Setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan
pemakai terakhir konsumen antara dan konsumen pemakai terakhir. Konsumen akhir inilah yang dimaksud pada Undang – Undang Perlindungan Konsumen.
Selanjutnya apabila digunakan istilah konsumen dalam undang – undang dan penelitian ini, yang dimaksudkan adalah konsumen akhir.
Pada Pasal 1 angka 2 Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, memberikan defenisi konsumen sebagai berikut :
20
Dari defenisi tersebut dapat dipahami bahwa yang dikatakan sebagai konsumen haruslah pemakai akhir dari suatu barang maupun jasa yang tersedia
19
Dr. Abdul Halim Barkatullah, S.Ag., S.H., M.Hum,Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis dan Perkembangan Pemikiran Banjarmasin:FH Unlam Press,2008, hlm. 9
20
Republik Indonesia,Undang – Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, BAB I, Pasal 1Angka 2.
Universitas Sumatera Utara
dalam masyarakat, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Tetapi disisi lain
Undang – Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK tidak memberikan suatu ketegasan maupun penjelasan apakah
badan hukum recht person atau suatu pelaku usaha yang menjadi pembeli atau pemakai akhir dapat dikategorikan sebagai konsumen.
B. Dasar dan Sumber Perlindungan Konsumen