Sumbangan Sebagai Salah Satu Usaha Pengumpulan Uang atau Barang

Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang memberikan izin pengumpulan uang atau barang. Pejabat yang berwenang dapat dibedakan menurut daerah diselenggarakannya kegiatan pengumpulan uang atau barang tersebut. Menurut Pasal4 Ayat 1 UU PUB, Pejabat yang berwenang memberikan izin pengumpulan uang atau barang ialah : a Menteri Kesejahteraan Sosial Apabila pengumpulan itu diselenggarakan dalam seluruh wilayah negara atau melampaui daerah tingkat I atau untuk menyelenggarakanmembantu suatu usaha sosial diluar negeri b Gubernur, Kepala Daerah Tingkat I Apabila pengumpulan itu diselenggarakan di dalam seluruh wilayahnya yang melampaui suatu daerah tingkat II dalam wilayah daerah tingkat I yang bersangkutan. c BupatiWalikota, Kepala Daerah tingkat II Apabila pengumpulan itu diselenggarakan dalam wilayah daerah tingkat II yang bersangkutan.

B. Sumbangan Sebagai Salah Satu Usaha Pengumpulan Uang atau Barang

1. Defenisi Pengumpulan Sumbangan Pasal 1 Ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan, menyebutkan : “Pengumpulan sumbangan adalah setiap usaha mendapatkan uang atau barang untuk pembangunan dalam bidang kesejahteraan sosial, mental agama Universitas Sumatera Utara kerokhanian, kejasmanian, pendidikan dan bidang kebudayaan, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang”. 50 2. Pihak dalam usaha pengumpulan sumbangan Dan dalam Penjelasan Pasal 1 Ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sumbangan dalam ketentuan ini, ialah sumbangan yang terbatas dalam bentuk barangbahan atau uang. Istilah pengumpulan uang atau barang dan istilah pengumpulan sumbangan ditemukan dalam UU PUB dan PP Nomor 29 Tahun 1980. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang sama, istilah pengumpulan sumbangan lebih dikenal masyarakat awam sedangkan istilah pengumpulan uang atau barang merupakan istilah yang lebih formal dan diatur dalam undang – undang. Pihak – pihak dalam usaha pengumpulan sumbangan: a. Penyelenggara Organisasi Sesuai dengan PP Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan, Pasal 1 Ayat 2 menyatakan bahwa “organisasi adalah organisasi kemasyarakatan Indonesia yang memenuhi persyaratan tertentu yang mempunyai program, upaya, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat“. 50 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan, BAB I, Pasal 1 Ayat 3. Universitas Sumatera Utara Yang dimaksud dengan organisasi kemasyarakatan Indonesia ialah suatu organisasi kemasyarakatan yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia, yang pembentukannya tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 51 b. Penyumbang penyumbang merupakan masyarakat yang dengan sukarela dan berlandaskan semangat gotong – royong memberikan sesuatu barang atau uang yang berguna bagi pembangunan masyarakat yang adil dan makmur, c. Pemerintah Agar usaha pengumpulan sumbangan dapat bermanfaat, terarah dan berkembang, maka Pemerintah berkewajiban untuk : 1 Membina kesadaran dan tanggungjawab sosial serta memelihara semangat kegotong-royongan masyarakat Indonesia, sehingga setiap Warga Negara Indonesia merasa berkewajiban untuk dan dapat ikut serta dalam kegiatan kesejahteraan sosial tersebut menurut kemampuan masing – masing. 2 Melakukan usaha penertiban, pengamanan, dan pengawasan agar kegiatan – kegiatan kesejahteraan sosial tersebut dapat diselenggarakan dengan tertib, tanpa menimbulkan gangguan dan kegelisahan di dalam masyarakat, serta memperlancar pelaksanaan operasi tertib. 3. Usaha pengumpulan sumbangan Pengumpulan sumbangan dilaksanakan berdasarkan izin dari Pejabat yang berwenang untuk menberikan izin tersebut. Dalam Keputusan Menteri Sosial 51 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan, Penjelasan Pasal 1 Angka 2. Universitas Sumatera Utara Nomor 56 Huk 1996 Tahun 1996 Pasal 2 menyebutkan bahwa pengumpulan sumbangan bertujuan untuk : a Terhimpunnya sumbangan sosial dari, oleh dan untuk masyarakat; b Terpenuhinya kebutuhan dana sosial untuk usaha kesejahteraan sosial yang meliputi bidang : sosial, pendidikan, kesehatan, olahraga, agama kerohanian, kebudayaan, dan bidang kesejahteraan sosial lainnya yang tidak bertentangan dengan perundang – undangan dan program Pemerintah dalam bidang kesejahteraan sosial. Sesuai dengan Pasal 4 PP No 29 Tahun 1980 tentang PelaksanaanPengumpulan Sumbangan adapun tujuan pengumpulan sumbangan adalah untuk menunjang kegiatan dalam bidang : a Sosial; b Pendidikan c Kesehatan d Olahraga e Agamakerokhanian f Kebudayaan g Bidang kesejahteraan sosial lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan dan program Pemerintah dalam bidang kesejahteraan sosial. Ketentuan yang ada pada Pasal 4 PP No. 29 Tahun 1980 ini dimaksudkan untuk mengarahkan penggunaan hasil sumbangan dari masyarakat, sehingga perlu adanya penelitian sesuai atau tidaknya tujuan pengumpulan sumbangan itu dengan program pemerintah yang sedang berjalan, atau dengan peraturan Universitas Sumatera Utara perundang – undangan yang berlaku, disamping mempertimbangkan perlu atau tidaknya sasaran yang direncanakan itu dengan kebutuhan masyarakat setempat di bidang kesejahteraan sosial dimaksud. PP Nomor 29 tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan Pasal 5 ayat 1 menjabarkan bahwa pengumpulan sumbangan dapat diselenggarakan dengan cara : 1 Mengadakan pertunjukan; 2 Mengadakan bazar; 3 Penjualan barang secara lelang; 4 Penjualan kartu undangan menghadiri suatu pertunjukan; 5 Penjualan prangko amal; 6 Pengedaran daftar les derma; 7 Penjualan kupon – kupon sumbangan; 8 Penempatan kotak – kotak sumbangan di tempat – tempat umum; 9 Penjualan barangbahan atau jasa dengan harga atau pembayaran yang melebihi harga yang sebenarnya; 10 Pengiriman blangko pos wesel untuk meminta sumbangan; 11 Permintaan secara langsung kepada yang bersangkutan tertulis atau lisan. Perincian cara – cara penyelenggaraan pengumpulan sumbangan yang disebut diatas terbatas pada cara – cara yang dilakukan oleh masyarakat pada dewasa ini. Izin untuk penyelenggaraan pengumpulan sumbangan tidak membebaskan penyelenggara dari kewajiban – kewajiban yang ditetapkan peraturan perundang – undangan lain. Misalnya untuk menyelenggarakan pertunjukan amal, penyelenggara tidak terlepas dari kewajiban yang ditetapkan dan harus Universitas Sumatera Utara mengikuti ketentuan peraturan perundang – undangan tentang penyelenggaraan pertunjukan. Penyelenggaraan pengumpulan sumbangan selain dari yang disebutkan pada Pasal 5 ayat 1 diatas, ditetapkan oleh Menteri. Hal ini diperlukan untuk tidak menutup kemungkinan cara pengumpulan sumbangan yang lain, sesuai dengan perkembangan masyarakat dimasa – masa yang akan datang. Pembiayaan usaha pengumpulan sumbangan sebanyak – banyaknya 10 sepuluh persen dari hasil pengumpulan sumbangan yang bersangkutan. Pembiayaan usaha pengumpulan sumbangan meliputi biaya operasional organisasipenyelenggara dalam mengumpulkan sumbangan dan menyalurkan sumbangan. Pasal 6 ayat 2 PP Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan menyatakan bahwa : “ Hasil pendapatan pengumpulan sumbangan tersebut dalam Pasal 5 demikian pula dengan jumlah uang yang disumbangkan, dengan izin Menteri Keuangan, dapat dibebaskan dari pajak dan pungutan – pungutan lainnya”. 52

C. Perizinan Pengumpulan Uang atau Barang

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Tinjauan Yuridis Terhadap Sistem Pengembalian Uang Kembalian Pelanggan Pada Industri Retail Departemen Store Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 51 104

Tinjauan Yuridis Terhadap Sistem Pengembalian Uang Kembalian Pelanggan Pada Industri Retail Departemen Store Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

13 98 104

Kedudukan dan Peranan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Dalam Rangka Menyelesaikan Sengketa Konsumen ditinjau dari UU nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsume

22 339 103

Tindak Pidana di Bidang Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dari Perspektif Kebijakan Penanggulangan Kejahatan (Studi Putusan No.1821/Pid.B/2008/ PN/Medan)

5 77 139

View of Analisis Penentuan Harga Barang dan Hak Perlindungan Bagi Konsumen dalam UU No. 8 Pasal 4 Tahun 1999

0 0 24

UU No. 27 Tahun 2009 tentang MD3

0 0 188

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU No. 8 TAHUN 1999 A. Pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen - Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 9 44

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 0 8

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

0 0 26