Dasar dan Sumber Perlindungan Konsumen

dalam masyarakat, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Tetapi disisi lain Undang – Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK tidak memberikan suatu ketegasan maupun penjelasan apakah badan hukum recht person atau suatu pelaku usaha yang menjadi pembeli atau pemakai akhir dapat dikategorikan sebagai konsumen.

B. Dasar dan Sumber Perlindungan Konsumen

1. Dasar perlindungan konsumen Guidelines for Consumer Protection of 1985, yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa – Bangsa PBB menyatakan : “Konsumen dimana pun mereka berada, dari segala bangsa, mempunyai hak – hak dasar sosialnya”. Yang dimaksud hak – hak dasar sosial tersebut adalah hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar, dan jujur; hak untuk mendapatkan informasi yang jelas; hak untuk mendapatkan ganti rugi; hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar manusia; hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga lingkungan; dan hak untuk mendapatkan pendidikan dasar. PBB menghimbau seluruh anggotanya untuk memberlakukan hak – hak konsumen tersebut di negaranya masing – masing. 21 Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia, sama seperti yang dialami oleh konsumen yang berada di negara – negara berkembang lainnya. Tidak hanya sekedar bagaimana memilih barang, tetapi lebih kompleks dari hal tersebut yakni menyangkut pada penyadaran semua pihak tentang pentingnya perlindungan 21 Dr.Abdul Hakim Barkatulah, S. Ag., SH., M.Hum. Opcit, hlm 17 Universitas Sumatera Utara konsumen. Pelaku usaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak – hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman dimakandigunakan, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan Undang – Undang serta peraturan disegala sektor yang berkaitan dengan berpindahnya barang dan jasa dari pelaku usaha kepada konsumen. Pemerintah juga bertugas mengawasi berjalannya peraturan serta Undang – Undang tersebut dengan baik. Konsumen harus sadar akan hak – hak yang mereka miliki sebagai seorang konsumen sehingga dapat melakukan sosial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pelaku usaha dan pemerintah. Dengan lahirnya Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka diharapkan upaya perlindungan konsumen di Indonesia bisa menjadi lebih diperhatikan dari masa sebelumnya. Tujuan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen yang direncanakan adalah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan : 22 a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum; b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha pada umumnya; c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa; 22 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati,Ed, Hukum Perlindungan Konsumen Bandung:Mandar Maju,2000, hlm 7. Universitas Sumatera Utara d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang menipu dan menyesatkan; e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang – bidang perlindungan pada bidang – bidang lainnya. 2. Sumber perlindungan konsumen Disamping Undang – Undang Perlindungan Konsumen, hukum konsumen “ditemukan” didalam berbagai peraturan perundang – undangan yang berlaku. Sekalipun peraturan perundang – undangan itu tidak khusus diterbitkan untuk konsumen atau perlindungan konsumen, namun merupakan sumber dari hukum konsumen atau hukum perlindungan konsumen. Adapun sumber – sumber hukum konsumen atau perlindungan konsumen tersebut adalah : 23 a. Undang – Undang Dasar dan Ketetapan MPR 1 Undang – Undang Dasar 1945, Pembukaan, Alinea ke – 4 berbunyi : “... Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia...” 2 Pasal 27 Ayat 2 Undang – Undang Dasar 1945 berbunyi: “Tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusian” 3 Ketetapan Majelis Permusywaratan Rakyat 1993 : “... meningkatkan pendapatan produsen dan melindungi kepentingan konsumen”. 23 Az. Nasution,SH, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar,Jakarta:Diadit Media,2002,hlm 30 Universitas Sumatera Utara b. Hukum konsumen dalam hukum perdata Yang dimaksud adalah hukum perdata dalam arti kata luas, termasuk hukum perdata, hukum dagang, serta kaidah – kaidah keperdataan yang termuat dalam peraturan perundang – undangan lainnya, baik itu hukum perdata tertulis maupun hukum perdata yang tidak tertulis, misalnya : 1 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, terutama dalam buku kedua, ketiga, dan keempat. Pasal 1457 KUH Perdata : “jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.” Pasal 1548 KUH Perdata : “sewa menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan atas suatu barang selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak tersebut belakangan ini disanggupi pembayarannya.” 2 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang, buku kesatu dan buku kedua. Pasal 510 KUH Dagang : “setiap pemegang konosemen berhak untuk menuntut penyerahan barang yang tersebut di dalamnya di manakapal tersebut berada.” 3 Hukum Adat Dalam hukum adat terdapat beberapa prinsip dasar yang dapat memberikan perlindungan kepada konsumen : Universitas Sumatera Utara a Prinsip kekerabatan yang kuat dalam masyarakat adat Prinsip yang berkembang dan diwarisi secara turun temurun ini mengakibatkan ketentuan – ketentuan hukum adat tidak berorientasi kepada konflik, sehingga setiap warga masyarakat adat harus saling hormat – menghormati sesamanya. Dengan demikian tertutup kemungkinan bagi para pelaku usaha yang nakal untuk memperdaya konsumen. b Prinsip keseimbangan magis keseimbangan alam. c Prinsip “terang” pada pembuatan transaksi, terutama transaksi yang penting seperti transaksi tanah. Prinsip terang ini mengharuskan hadirnya kepala persekutuan hukum adat kepala desa dalam transaksi tanah. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi debitur dan masyarakat. Fungsi kepala adat ini yang kemudian beralih kepada negara dalam memberikan perlindungan kepada konsumen. d Prinsip fungsi sosial dari suatu hak. Berdasarkan prinsip ini diadakanlah pembatasan terhadap hak yang dimiliki seorang individu, sehingga ia harus memperhatikan kepentingan masyarakat luas dalam mempergunakan hak yang dimilikinya. Hal ini dapat dianalogikan kepada pembatasan hak pelaku usaha dalam menjalankan usahanya dengan tetap harus memperhatikan kepentingan masyarakat selaku konsumen. e Prinsip hak ulayat Universitas Sumatera Utara Prinsip ini merupakan prinsip kebersamaan dalam penguasaan sesuatu benda dan harus pula terdapat unsur adil dalam hal penguasaan tanah, sehingga tidak ada satu pihak pun yang akan merasa dirugikan. Ini juga dapat menopang untuk diterimanya suatu cabang hukum baru, yaitu hukum konsumen di Indonesia. 4 Berbagai peraturan perundang – undangan lain yang memuat kaidah – kaidah hukum bersifat keperdataan tentang subjek – subjek hukum, hubungan hukum dan masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan konsumen, misalnya : UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup, UU No. 21 tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pers, UU No. 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, UU No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, UU No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, dan sebagainya. c. Hukum konsumen dalam hukum publik Yang dimaksudkan dengan Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan perorangan, termasuk dalam lingkupan hal ini adalah Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana, Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Pidana, Hukum Internasional, dan seterusnya. Misalnya : 1 UU No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun, Pasal 4 Ayat 1 dan Pasal 20 Ayat 1 : “Pemerintah melakukan pengaturan dan pembinaan rumah susun dan pengawasan terhadap pelaksanaan undang – undang.” Universitas Sumatera Utara 2 UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 73 :“Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan.”

C. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

5 129 137

Tinjauan Yuridis Terhadap Sistem Pengembalian Uang Kembalian Pelanggan Pada Industri Retail Departemen Store Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 51 104

Tinjauan Yuridis Terhadap Sistem Pengembalian Uang Kembalian Pelanggan Pada Industri Retail Departemen Store Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

13 98 104

Kedudukan dan Peranan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Dalam Rangka Menyelesaikan Sengketa Konsumen ditinjau dari UU nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsume

22 339 103

Tindak Pidana di Bidang Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dari Perspektif Kebijakan Penanggulangan Kejahatan (Studi Putusan No.1821/Pid.B/2008/ PN/Medan)

5 77 139

View of Analisis Penentuan Harga Barang dan Hak Perlindungan Bagi Konsumen dalam UU No. 8 Pasal 4 Tahun 1999

0 0 24

UU No. 27 Tahun 2009 tentang MD3

0 0 188

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU No. 8 TAHUN 1999 A. Pengertian Konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen - Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 9 44

Tinjauan Yuridis Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Pelabelan Produk Pangan Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

0 0 8

UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

0 0 26