dengan perlindungan dan pengamanan perdagangan dilakukan oleh Direkotar Jendral Luar negeri.
C. Pengendalian Perdagangan Luar Negeri
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan mengatur bentuk pengendalian perdagangan luar negeri meliputi perizinan, standar dan pelarangan
dan pembatasan.
99
1. Perizinan
Perizinan adalah pemberian legalitas usaha di sektor perdagangan berupa izin, pengakuan, penunjukan, penetapan, persetujuan, atau pendaftaran.
100
Perizinian untuk kegiatan ekspor maupun impor dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang
diberi wewenang untuk menerbitkan perizinan.
101
a. Nomor pokok wajib pajak,
Perizinan untuk orang perseorangan yang melakukan ekspor barang harus memiliki;
b. Dokumen lain yang di persyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan.
102
Sedangkan untuk lembaga atau badang usaha yang melakukan ekspor barang harus memiliki;
99
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 38 ayat 4
100
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 123M-DAGPER122015 tentang Ketentuan Pelayanan Perizinan di Bidang Ekspor dan Impor melalui INATRADE dalam
kerangka Indonesia NationalSingle Window, Pasal 1 angka 1
101
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 10 ayat 1
102
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 6 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
a. Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP atau izin usaha dari kementrian dan
atau lembaga non kementrian, b.
Tanda daftar perusahaan, c.
Nomor pokok wajib pajak, dan d.
Dokumen lain yang di persyaratkan dalam peraturan perundang- undangan.
103
Syarat perizinan di atas diterapkan kepada orang perorangan, lembaga ataupun badan usaha yang mengekspor barang bebas ekspor atau semua barang
boleh di perdagangkan dalam perdagangan internasional. untuk lembaga atau badan usaha yang mengekspor barang dibatasi, persyaratan umumnya sama
dengan pengekspor barang bebas ekspor, seperti mempunyai SIUP, nomor pokok wajib pajak, namun pengekspor barang dibatasi harus mempunyai pengakuan
sebagai eksportir terdaftar dan persetujuan ekspor. Eksportit akan mendapatkan pengakuan sebagai eksportir terdaftar dan
persetujuan ekspor lembaga atau badan usaha dapat mengajukan permohonan kepada kementerian perdagangan melalui unit pelayanan perdagangan
INATRADE atau secara online.
104
Selanjutnya kementerian perdagangan dapat menerbitkan pengakuan sebagai eksportir terdaftar dan persetujuan ekspor dalam
jangka 5 lima hari waktu kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.
105
103
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 6 ayat 2
104
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 8.
105
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor, Pasal 9.
Universitas Sumatera Utara
Perizinan mengimpor barang tertentu yang dilakukan oleh importir hanya dapat dilakukan oleh importir yang memiliki Angka Pengenal Impor API.
106
2. Standar
Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak pemerintah
keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
107
Standarisasi adalah proses merencanakan,
merumuskan, menetapkan,
menerapkan, memberlakukan,
memelihara dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan.
108
Standar Nasional Indonesia SNI adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional BSN dan
berlaku di Indonesia.
109
BSN adalah lembaga pemerintah non kementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang standarisasi dan penilaian
kesesuaian.
110
Bentuk standarisasi pada barang yang akan diperdagangkan di wilayah negara Republik Indonesia adalah dengan pencantuman label dalam Bahasa Indonesia.
Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk tulisan,
106
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48M-DAGPER72015 tentang Ketentuan Umum di bidang Impor, Pasal 3 ayat 1.
107
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 1 angka 3.
108
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 1 angka 1.
109
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 1 angka 7.
110
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 1 angka 4.
Universitas Sumatera Utara
kombinasi gambar dan tulisan, atau bentuk lain yang memuat informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha, serta informasi lainnya yang disertakan pada
barang, dimasukkan ke dalam, ditempelkan melekat pada barang, tercetak pada barang atau bagian dari kemasan barang.
111
Kewajiban mencantumkan label dalam Bahasa Indonesia dilakukan oleh, produsen untuk barang produksi dalam
negeri dan importir untuk barang asal impor.
112
Selain pencantuman label Bahasa Indonesia pada barang adapula bentuk standarisasi lain yaitu, dengan
pencantuman harga barang. Pencantuman harga barang harus dicantumkan oleh pelaku usaha secara jelas, mudah dibaca dan mudah dilihat.
113
Pencantuman harga barang harus dilekatkanditempelkan pada barang atau kemasan.
114
a. Meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional,
persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi,
Pemberlakuan SNI bertujuan untuk:
b. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja
dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan
111
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 73M-DAGPER92015 tentang Kewajiban Pencantuman Lebel dalam Bahasa Indonesia pada Barang, Pasal 1 angka 5.
112
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 73M-DAGPER92015 tentang Kewajiban Pencantuman Lebel dalam Bahasa Indonesia pada Barang, Pasal 2 ayat 2.
113
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35M-DAGPER72015 tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa yang di Perdagangkan, Pasal 3 ayat 1.
114
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35M-DAGPER72015 tentang Pencantuman Harga Barang dan Tarif Jasa yang di Perdagangkan, Pasal 2 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan kepastian, kelancaran, efisiensi transaksi perdagangan barang
di dalam negeri maupun luar negeri.
115
3. Larangan dan Pembantasan
Larangan dan pembatasan yang meliputi kegiatan ekspor dan impor dilakukan pemerintah dengan alasan, sebagai berikut:
a. Kepentingan nasional,
b. Melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum termasuk sosial,
budaya, dan moral masyarakat, c.
Melindungi hak kekayaan intelektual, d.
Melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup,
116
e. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri,
f. Menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri dalam
negeri, g.
Meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah danatau sumber daya alam,
h. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas ekspor
tertentu di pasaran internasional, i.
Menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri,
117
j. Membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri,
k. Menjaga neraca pembayaran danatau neraca perdagangan.
118
115
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Kesesuaian, Pasal 3.
116
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 50.
117
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
Barang-barang yang termasuk dalam barang dilarang untuk di ekspor, antara lain;
a. Jenis perikanan dalam keadaan idup anak ikan arowana, benih ikan sidat,
udang galah, dan udang penaeidae b.
Bahan galian pasir pasir laut dan biji timah hitam dan pekatannya. c.
Abu dan sisa selain sisa industri pembuatan besi dan baja mengandung logam dan persenyawaan logam
d. Karet bongkah, bahan remailing dan rumah asap
e. Kayu bulat
f. Bahan baku serpih
g. Barang kuno yang bernilai kebudayaan.
Sedangkan untuk barang barang yang termasuk barang dilarang impor, antara lain;
a. Barang bukan baru barang bekas, dalam importasi barang harus dalam
keadaan baru b.
Limbah bahan berbahaya dan beracun limbah B3 c.
Limbah non B3 yang berbentuk debu dan lumpur d.
Beras dalam masa 1 bulan sebelum panen atau 2 bulan setelah panen e.
Sisa, reja dan skrap dari plastik f.
Produksi industri percetakan dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah Indonesia
g. Bahan senjata kimia
118
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54 ayat 3.
Universitas Sumatera Utara
h. Bahan perusak lapisan ozon
i. Psikotropika
j. Narkotika.
Barang-barang yang termasuk dalam barang diawasi ekspornya, maksudnya barang yang dieskpor hanya dapat dilakukan dengan persetujuan menteri
perindustrian dan perdagangan, antara lain; a.
Sapi, bibit sapi, dan kerbau b.
Inti kelapa sawit palm karnel c.
Minyak dan gas bumi d.
Pupuk urea e.
Kulit buaya dalam bentuk wet blue f.
Binatang atau satwa liar dan tumbuhan yang dilindungi g.
Perak dalam segala bentuk kecuali dalam bentuk perhiasan h.
Emas dalam segala bentuk kecuali dalam bentuk perhiasan i.
Limbah dan skrap dari baja stainless, tembaga, kuningan dan aluminium.
119 Larangan lebih bersifat mutlak, artinya barang yang akan diimpor sama sekali tidak diperkenankan untuk diimpor,
seperti mengimpor bahan radio aktif narkoba dan lainnya. Sedangkan, pembatasan artinya barang yang akan diimpor harus ada izin dari pemerintah atau menteri perdagangan untuk melaksanakan impor tersebut dalam hal ini juga termasuk barang-
barang yang terkena tata niaga impor, misa
lnya impor gula, beras, atau limbah untuk di daur ulang.
120
119
Ali purwito. Op.cit, hlm. 206-207
120
Loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ASAS KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PERDAGANGAN LUAR
NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN BERKAITAN DENGAN MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN MEA 2015
D. Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri menurut Undang-undang No.7 Tahun 2014
tentang Perdagangan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi Asean MEA 2015
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN Pemerintah Indonesia membuat suatu peraturan mengenai pengaturan perdagangan yakni dengan melahirkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dimana dalam kurun waktu 80 tahun sebelum disahkannya undang-undang ini, Indonesia
menggunakan hukum
perdagangan Belanda
Bedrifsreglementerings Ordonnantie tahun 1934, Staatsblad 1938 Nomor 86.
121
121
Sri Wahyuni Yusuf. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip World Trade Organization WTO dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Skripsi, Universitas Hasanuddin
Makassar, 2015, hlm. 7
Lahirnya undang-undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan merupakan pencapaian penting bagi
Bangsa Indonesia. Ini berarti satu lagi produk hukum dalam negeri dihasilkan dalam bidang perokonomian. Undang-undang perdagangan merupakan harapan
baru bagi bangkitnya kekuatan ekonomi nasional. Undang-undang ini dimaksudkan agar memfasilitasi bangkitnya kekuatan ekonomi kecil untuk tetap
bertahan dan turut menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan perokonomian
65
Universitas Sumatera Utara
nasional, sebab Indonesia harus dihadapkan dengan perdagangan bebas yang mengintegrasikan potensi dan kekuatan ekonomi dunia.
Undang-undang tentang perdagangan ini juga menjadi bekal Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Undang-Undang Perdagangan
menjadi salah satu pilar strategis bagi kesinambungan kinerja dan kedaulatan ekonomi nasional. Perluasan sumber pertumbuhan terus dilakukan untuk
mewujudkan pertumbuhan yang berkesinambungan, kokoh dan berkualitas. Dengan mengedepankan kepentingan nasional merupakan keinginan yang
dituangkan dalam undang-undang ini. Hal ini sangat jelas terdapat pada pasal 2 a yang menyatakan bahwa “kebijakan perdagangan harus disusun berdasarkan
asas kepentingan nasional”. Artinya secara eksplisit setiap kebijakan perdagangan nasional semata-mata ditujukan untuk melindungi kepentingan nasional.
Kepentingan nasional merupakan kepentingan pokok yang harus dilindungi oleh pemerintah agar tercipta kondisi yang stabil dalam perekonomian nasional.
Kepentingan nasional adalah prioritas utama dalam membuat suatu peraturan perundang-undangan. Kepentingan tersebut meliputi pasal-pasal yang memastikan
bahwa pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi, mendorong daya saing perdagangan, melindungi produksi dalam negeri, memperluas pasar tenaga kerja
perlindungan konsumen, menjamin kelancaranketersediaan barang dan jasa, penguatan UMKM dan lain sebagainya serta harus mengutamakan kepentingan
bangsa, negara, dan masyarakat di atas kepentingan lainnya.
122
122
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. INTRA Indonesia Trade Insight: Selamat Datang UU Perdagangan, Edisi Perdana 2014, hlm. 2-3
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang perdagangan terdapat bentuk pengaturan perdagangan luar negeri yang dapat dilihat dalam Pasal 38 dimana dikatakan bahwa pemerintah
mengatur kegiatan perdagangan luar negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang ekspor dan impor dimana bentuk kebijakan yang dijelaskan dalam undang-
undang ini berupa: 1.
Peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk eskpor 2.
Pengharmonisasian standar dan prosedur kegiatan perdagangan dengan mitra dagang
3. Penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri
4. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri
5. Perlindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif
perdagangan luar negeri. Pengaturan pengendalian juga diatur dalam undang-undang ini dimana
meliputi: 1.
Perizinan 2.
Standar 3.
Pelarangan dan Pembatasan.
123
Bentuk Pengaturan mengenai peningkatan jumlah dan jenis nilai tambah produk ekspor dapat kita ambil contoh dalam hal dilarangnya ekspor Bahan
Tambang dan mineral yang mentah, dimana harus dilaksanakan pengolahan terlebih dahulu agar nilai tambah dari bahan tambang tersebut meningkat
124
123
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 38
124
Lihat Pasal 102 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
.
Universitas Sumatera Utara
Senada dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dimana dijelaskan dalam pasal 112C bahwa pemegang kontrak karya dalam usaha pertambangan batubara
wajib melakukan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri. Dalam hal ini para pengusaha tambang batubara wajib melakukan pemurnian dimana dapat
diwujudkan dengan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral smelter agar nilai jual dari batubara tersebut meningkat dan mendapatkan untung
yang lebih besar daripada menjual mineral dan batubara mentah. Penguatan kelembagaan di sektor perdagangan tercantum dalam kebijakan
dan pengaturan koordinasi antara kementerianlembaga termasuk para pelaku usaha, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain intrumen
Instruksi Presiden Inpres No. 52008 tentang Fokus Program Ekonomi dan Inpres No. 112011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Inpres tersebut diperuntukan sebagai pedoman bagi aparat baik pusat maupun daerah. Disamping itu, dibentuk juga Unit Kerja Presiden di Bidang
Pengembangan dan Pengendalian Pembangunan UKP4 yang ditujukan untuk memonitor Langkah Pemerintah. Pemerintah juga telah menerbitkan Inpres
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Keppres Nomor 37 Tahun 2014
tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang ditetapkan pada tanggal 1 September 2014. Komite Nasional ini
dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan
Universitas Sumatera Utara
anggota yang terdiri dari Pemerintah Pusat dan Daerah, Akademisi dari berbagai Universitas, serta para pelaku usaha
125
1. Memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan raya yang
berlubang dan bergelombang sebagian hancur karena tanah longsor dalam waktu singkat.
. Pengaturan-pengaturan ini memungkinkan terbukanya kordinasi antar lembaga sehingga terbentuk hubungan yang baik dan
harmonis antar lembaga sehingga dalam membuat pengaturan mengenai perdagangan luar negeri dapat bersinergi dengan baik antara satu lembaga dengan
lembaga lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri
pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sesegera mungkin dalam menghadapi MEA antara lain:
2. Membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan memperluas
kapasitas pelabuhan seperti Tanjung Priok, Tanjung Perak dan lainnya yang selama ini menjadi pintu keluar masuk barang dalam beberapa tahun ke
depan. 3.
Meningkatkan akselerasi listrik dimana sangat penting untuk mempermudah aliran logistik, dikarenakan setiap sarana dan prasarana perdagangan luar
negeri sebagian besar membutuhkan listrik dengan tenaga yang tidak sedikit sehingga dapat beroperasi dengan optimal
126
125
Anonim, “Persiapan Indonesia Menyambut AEC 2015,”
.
http:aeccenter.kemendag.go.idtentang-aec-2015persiapan-indonesia diakses pada
tanggal 2 Juni 2016 pukul 19.37
126
Anonim, “Peningkatan Daya Saing Produk dan Infrasturktur Indonesia sebagai Persiapan Menghadapi AFTA 2015,”http:www.kompasiana.comcasmudipeningkatan-daya-saing-produk-
diakses pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 21.06
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan selanjutnya mengenai Perlindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif perdagangan luar negeri dimana banyak sekali
bentuk perlindungan dan pengamanan dalam kegiatan ekspor dan impor, salah satunya safeguard. Pengertian safeguard sendiri dapat kita artikan sebagai
tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius dan atau untuk mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai
akibatdari lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam
negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural.
127
1. Terjadi lonjakan jumlah barang impor yang menyebabkan produsen dalam
negeri dari barang yang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing dengan yang diimpor menderita kerugian serius atau ancaman kegiatan serius,
pemerintah berkewajiban mengambil tindakan untuk mengurangi kerugian serius atau ancaman kegiatan serius dimana dapat berupa Bea Masuk
Tindakan Pengamanan. Bentuk tindakan pengamanan dapat di lihat adanya tindakan pengamanan
berbentuk tarif dimana dijelaskan dalam Undang-Undang Perdagangan bahwa:
2. Terdapat produk impor dengan harga lebih rendah daripada nilai normal yang
menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian atau ancaman kerugian pada industri dalam negeri terkait atau menghambat berkembangnya industri dalam
negeri yang terkait, pemerintah berkewajiban mengambil tindakan
127
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2002 tentang Tindakan Pengamanan Industri Dalam Negeri Dari Akibat Lonjakan Impor, Pasal 1 angka 1.
Universitas Sumatera Utara
antidumping untuk mengurangi kerugian atau ancaman kerugian dimana dapat berupa Bea Masuk Antidumping.
3. Produk impor menerima subsidi secara langsung atau tidak langsung dari
negara pengekspor yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian industri dalam negeri atau menghambat perkembangan industri dalam negeri,
pemerintah berkewajiban mengambil tindakan imbalan untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian atau ancaman kerugian, dimana dapat berupa Bea
Masuk Imbalan
128
Bentuk pengendalian perdagangan luar negeri dalam Undang-Undang Perdagangan dapat berupa pelarangan dan pembatasan, dimana dijelaskan
terdapat suatu pembatasan terhadap ekspor dan impor untuk kepentingan nasional dengan alasan untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum dan
untuk melindungi, kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan dan lingkungan hidup
.
129
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri
. Pembatasan terhadap kegiatan ekspor dapat dilakukan dengan alasan:
2. Menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan
dalam negeri 3.
Melindungi kelestarian sumber daya alam 4.
Meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah danatau sumber daya alam
128
Repbulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 69,70,71
129
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54
Universitas Sumatera Utara
5. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas ekspor
tertentu di pasaran internasional 6.
Menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri. Pembatasan dalam kegiatan impor dapat dilakukan dengan alasan:
1. Membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu di dalam negeri
2. Menjaga neraca pembayaran danatau neraca perdagangan
130
Bentuk pelarangan dan pembatasan terhadap ekspor dan impor dapat berupa kebijakan tarif dan kebijakan non tarif di ambil contoh dalam hal pembatasan
impor gula dimana pengaturan mengenai pembatasan tersebut terdapat dalam Peraturan
Menteri Perdagangan
Republik Indonesia
Nomor 117M-
DAGPER122015 tentang Ketentuan Impor Gula, dimana terhadap impor gula di Indonesia diwajibkan adanya pembatasan. Pembatasan terhadap impor gula ini
disesuaikan dengan kebutuhan gula dalam negeri dan terdapat kriteria-kriteria khusus terhadap gula yang akan di impor masuk ke Indonesia, dimana pembatasan
impor ini ditujukan untuk mengendalikan ketersediaan dan kestabilan harga gula di Indonesia
.
131
Pembatasan selanjutnya dapat di lihat dalam hal pembatasan terhadap minuman beralkohol yang masuk Indonesia dimana bertujuan untuk melindungi
kepentingan nasional, seperti melindungi moral dan budaya masyarakat. Pembatasan ini dilakukan dengan cara menetapkan alokasi impor atau
perencanaan jumlah impor dan pembatasan tarif yang telah diatur dalam .
130
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 54 ayat 1 dan 2
131
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 117M-DAGPER122015 tentang ketentuan Impor Gula, pasal 2, 3, 4.
Universitas Sumatera Utara
Permendag Nomor
20M-DAGPER42014 tentang
Pengendalian dan
Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol dimana dikatakan setiap minuman beralkohol yang masuk ke Indonesia dikenai
Pajak Duty Paid.
E. Harmonisasi Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional Dalam Perdagangan Luar Negeri Menurut Undang-Undang
No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015.
Perdagangan luar negeri merupakan suatu bentuk kegiatan dimana satu negara atau lebih melakukan kegiatan perdagangan dengan negara lain. Dimana
tujuan dari perdagangan ini untuk memenuhi kebutuhan yang tidak ada pada negaranya. Secara teoritis, perdagangan luar negeri terjadi karena dua alasan
utama, Pertama; negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan
sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua; negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai economic scale dalam produksi. Maksudnya, jika
setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan
karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang
132
132
Faisal Basri dan Haris Munandar. Dasar-dasar Ekonomi Internasional : Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif.Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 32.
.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan perdagangan internasional banyak aturan-aturan yang
dipergunakan baik itu aturan yang bersifat lokal maupun yang bersifat internasional dimana seringkali pengaturan-pengaturan ini dalam prakteknya
bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak terkecuali dalam hal pelaksaanaan perdagangan di kawasan ASEAN. Di kawasan ASEAN sendiri telah
di bentuk MEA yang merupakan suatu bentuk kawasan yang saling terhubung satu sama lainnya dimana terdapat pengaturan-pengaturan dalam menjalankannya.
Penelitian oleh Tham Siew Yean dan Sanchita Basu Das mengatakan; “The ASEAN member also adopted a blueprint. However, as the deadline for
establishing an AEC approaches, it is increasingly evident that ASEAN members will not be able to meet all its commitments as stipulated in the blueprint
133
Indonesia yang merupakan salah satu anggota ASEAN dan telah menyepakati dan meratifikasi MEA mau tidak mau harus ikut dalam pengaturan perdagangan
yang ada pada MEA, sehingga indonesia harus melakukan harmonisasi terhadap ”.
Hal ini menjelaskan bahwa tidak mudah untuk mengadopsi suatu pengaturan internasional terhadap masing-masing negara. Dimana menurut penelitian tersebut
dikatakan bahwa; “As can be seen from the country studies, most of liberalization commitments
under AEC face domestic conflicts in terms of implementation”. Dapat diartikan bahwa kebijakan liberalisasi yang terdapat dalam Masyarakat
Ekonomi Asean MEA dalam penerapannya sering bertentangan dengan pengaturan lokal.
133
Tham Siew Yean dan Sanchita Basu Das. “The ASEAN Economic Community and Conflicting Domestic Interests An Overvier.” Journal of Southeast Asian Economies, Vol. 32 No.
2 2015, hlm 189
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang ada MEA
134
agar kebijakan yang ada di dalam MEA dapat diterapkan di negara masing-masing. Dimana pengertian harmonisasi kebijakan
sendiri adalah upaya untuk mencapai keselarasan antara satu kebijakan dengan kebijakan yang lain sehingga dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yaitu meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem Distribusi nasional, tertib niaga, integrasi pasar dan kepastian berusaha
135
Bentuk-bentuk harmonisasi yang telah dilakukan Indonesia dalam menghadapi MEA antara lain Kementerian Perdagangan melakukan koordinasi
dengan Kementerian Keuangan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208PMK.0112012 tanggal 17 Desember 2012 tentang Penetapan Tarif
Bea Masuk Dalam Rangka ASEAN Trade In Goods Agreements ATIGA, dengan melampirkan Surat Keterangan Asal SKA form D. Dimana dengan
adanya Surat Keterangan Asal ini tarif yang dikenakan terhadap komoditi yang telah memiliki Surat Keterangan Asal SKA form D akan lebih rendah daripada
tarif biaya komoditi pada umumnya .
136
1. Mulai 1 Januari 2012, Kementerian Perdagangan telah membuat website e-
SKA untuk penerbitan SKA secara online di 86 Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal IPSKA dalam rangka penyederhanaan proses ekpor impor
peningkatan pelayanan perijinan dan terkoneksi dengan Inatrade dan Indonesia National Single Window INSW untuk menciptakan iklim usaha
yang lebih kondusif serta penetapan regulasi yang berorientasi pada ekspor .
134
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 38 ayat 3 huruf b
135
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 94
136
Repbulik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208PMK.0112012 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade In Goods Agreement ATIGA, Pasal 2
Universitas Sumatera Utara
produk yang bernilai tambah tinggi, peningkatan pengamanan pasar di negara tujuan ekspor.
2. Kementerian Perdagangan berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian membuat dan mengembangkan Indonesia Nasional Trade Repository INTR yang terintegrasi dengan INSW sebagai media
informasi peraturan perdagangan terkait ekspor impor yang mudah di akses oleh pengusaha dan masyarakat dalam rangka persiapan ASEAN Trade
Repository dan ASEAN Single Window. 3.
Update database Kebijakan non-tariff penyelesaian kasus aktual yang menghambat akses pasar eksportir Indonesia ke ASEAN data bisa di akses di
website ASEAN Secretariat. 4.
Pembentukan Task Force oleh Kementrian Keuangan yang menangani Non- Tariff Measures NTMs Indonesia. Kementerian Perdagangan berkoordinasi
dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk membahas penanganan NTMsNon-Tariff Barriers NTBs Indonesia. Hal ini diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2014. 5.
Pelaksanaan 2
nd
pilot project Self-Certification SC di ASEAN Filipina Laos per 1 Januari 2014dengan menerbitkan SKA sendiri invoice
declaration untuk 15 Eksporter bersetifikasi. Indonesia telah menerbitkan Perpres No 29 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
39M-DAG82013. 6.
Kementerian Perdagangan selama periode tahun 2012 telah menetapkan beberapa kebijakan pengelolaan impor. Kebijakan pengelolaan impor ini
Universitas Sumatera Utara
memiliki beberapa tujuan yaitu untuk penguatan pasar dalam negeri, memagari dan melindungi kepentingan pembangunan ekonomi nasional dari
pengaruh negatif pasar global terkait aspek K3LM Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Lingkungan Hidup dan moral bangsa, menjamin ketersediaan
barang modal, bahan baku dan penolong yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri, peningkatan kualitas pelayanan publik dan tertib
administrasi di bidang impor, meningkatkan taraf hidup petani produsen sekaligus mendorong terciptanya kondisi perdagangan dan pasar dalam
negeri yang sehat serta iklim usaha yang kondusif, transparan, efektif dan efisien, serta berkesinambungan.
7. Peningkatan daya saing ekspor nasional dan pelaksanaan tugas Pokja Ekspor
Tim Nasional Pengembangan Ekspor serta Pengembangan Investasi, Menteri Perdagangan selaku Ketua Pokja Ekspor terus menerus meningkatkan
komunikasi dan fasilitasi dengan para pelaku usaha. Melalui Forum Ekspor yang merupakan sarana komunikasi antara instansi pemerintah dengan para
pelaku usaha khususnya dalam upaya peningkatan ekspor, serta mempertahankan akses pasar ekspor dengan melakukan tindakan
pengamanan perdagangan melalui fasilitasi penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard, bantuan teknis penanganan hambatan
perdagangan dan penanganan kasus penipuan perdagangan. 8.
Promosi Ekspor adalah untuk mengembangkan pasar internasional dan sekaligus sebagai upaya pencitraan produk dan jasa Indonesia, dilakukan
promosi ekspor, misi dagang, dan instore promotion secara lebih profesional
Universitas Sumatera Utara
dan berkualitas serta peningkatan kelembagaan ekspor dan pengembangan ekspor dan pasar komoditi serta penguatan peran perwakilan di luar negeri
Atase Perdagangan, ITPC. Saat ini Kemendag sudah memiliki Atase Perdagangan 25 negara dan ITPC 19 Negara dimana untuk ASEAN baru ada
4 Atase Perdagangan Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok, Manila. 9.
Memperkuat jaringan distribusi nasional yang merupakan bagian dari sistem logistik nasional, Kemendag telah melakukan revitalisasi pasar tradisional
yang akan dikembangkan sebagai pasar-pasar percontohan dan pembangunan gudang pangan. Sampai saat ini sudah dilakukan revitalitasi 159 pasar
tradisional, baik fisik maupun manajemen melalui Tugas Pembantuan TP dan 20 diantaranya merupakan pasar percontohan serta 1 satu unit pusat
pameran produk dalam negeri, selain juga pembangunan gudang sebanyak 15 gudang Sistem Resi Gudang - SRG di 11 Provinsi.
10. Penguatan pasar dalam negeri, Kementerian Perdagangan melaksanakan
berbagai upaya seperti penyusunan regulasi teknis yang bertujuan meningkatkan perlindungan kepada konsumen dan menjaga kualitas barang
beredar dan jasa, antara lain melalui Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK hingga tahun 2012 sebanyak 84 BPSK yang
tersebar disejumlah kabupatenkota di Indonesia dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM, Peningkatan operasional
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen PPNS-PK dan tenaga Petugas Pengawas Barang Beredar dan Jasa PPBJ, serta Peningkatan
Universitas Sumatera Utara
pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya UTTP.
11. Bentuk perlindungan konsumen, Pemerintah mewajibkan label berbahasa
Indonesia dan penerapan SNI. Untuk mendukung hal tersebut Kementerian Perdagangan juga melakukan upaya peningkatan kepedulian masyarakat
terhadap perlindungan konsumen melalui program edukasi konsumen cerdas. Penerapan standardisasi produk listrik dan elektronik melalui ASEAN
Harmonised Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime AHEEERR yang saat ini sedang proses transposisi ke dalam peraturan
domestik. 12.
Desiminasisosialisasi hasil kesepakatan perundingan ASEAN dan persiapan Indonesia menyongsong AEC 2015 kepada semua pemangku kepentingan
pemerintah, akademis, dunia usaha dan masyarakat ke beberapa provinsi di Indonesia sejak 2008 - sekarang. Tahun 2014, Kementerian Perdagangan
telah menyiapkan program desiminasi AEC ke 33 provinsi di Indonesia. Bentuk harmonisasi lainnya dapat di lihat bahwa pemerintah melakukan
kerjasama perdagangan dengan negara lain dimana kerjasama perdagangan tersebut dilakukan melalui perjanjian perdagangan internasional.
137
137
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 82
Dalam melakukan perundingan perjanjian perdagangan internasional pemerintah dapat
berkonsultasi dengan DPR dan wajib melaporkan kepada DPR sembilah puluh hari setelah penandatanganan perjanjian tersebut. DPR melakukan sidang untuk
meninjau perumusan perjanjian tersebut, apakah menimbulkan dampak yang luas
Universitas Sumatera Utara
bagi kehidupan rakyat atau malah sebaliknya. Jika DPR menilai perjanjian perdagangan tersebut tidak menimbulkan efek positif bagi masyarakat dan
merugikan kepentingan nasional maka pemerintah dengan persetujuan DPR dapat meninjau kembali ataupun membatalkan perjanjian tersebut.
138
Harmonisasi lainnya yang dilakukan pemerintah yaitu menetapkan banyak pengaturan terhadap ekspor dan impor komoditi di Indonesia yang bebas tarif
guna menjalankan komitmennya terhadap kebijakan bebas tarif yang terdapat dalam pengaturan MEA, tetapi tetap memberikan perlindungan terhadap terhadap
kepentingan nasional apabila terjadi keadaan yang membahayakan dan memberikan ancaman kerugian yang serius terhadap kepentingan nasional bangsa
Indonesia dimana dapat kita ambil contoh dalam pembebasan tarif dalam impor kacang kedelai. Dimana berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
213PMK.0112011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor, telah ditetapkan bea masuk
terhadap impor barang berupa kacang kedelai sebesar 5 lima persen. Selanjutnya melalui penetapan Menteri Perdagangan melalui Nomor: 1906M-
DAGSD92013, bea Masuk Atas Impor Kedelai, menjadi 0 nol persen. Dimana perubahan ini dalam rangka menjaga stabilitas harga kacang kedelai di
dalam negeri dengan tetap memperhatikan kepentingan petani dan konsumen. Apabila suatu saat pemberlakuan bebas tarif ini menimbulkan kerugian terhadap
kepentingan petani dan konsumen di kemudian hari, pemberlakuan bebas tarif bea
138
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“INTRA Indonesia Trade Insight : Selamat Datang UU Perdagangan,” Edisi Perdana 2014, hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
masuk tersebut dapat ditinjau kembali sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nasional.
Contoh lainnya dapat di lihat dari penetapan bebas tarif terhadap produk terigu dimana dicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
13PMK.0112011 yang menetapkan tarif bea masuk untuk komoditas kedelai dan tepung terigu ditetapkan nol persen, tetapi berdasarkan penyelidikan Komite
Pengamanan Perdagangan Indonesia KPPI membuktikan adanya kerugian yang serius yang dialami industri dalam negeri sebagai akibat lonjakan yang sangat
besar terhadap impor gandum maka harus diadakan tindakan pengamanan terhadap impor gandum dimana di keluarkan Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 23M-DAGPER42014 tentang Pengenaan Kuota Dalam Rangka Tindakan Pengamanan Terhadap Impor Gandum, dimana
dikenakan bea pengamanan sebesar 20 dari nilai impor agar lonjakan terhadap impor tersebut dapat ditekan.
139
F. Eksistensi Kebijakan Pemerintah Mengenai Asas Kepentingan Nasional dalam Perdagangan Luar Negeri menurut Undang-Undang No.7 Tahun
2014 tentang perdagangan berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015.
Masyarakat Ekonomi Asean MEA dibentuk untuk mewujudkan intergrasi ekonomi ASEAN, yakni tercapainya wilayah ASEAN yang aman dengan tingkat
dinamika pembangunan yang lebih tinggi dan terintegrasi, pengentasan
139
Anonim, “Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara Terhadap Impor Tepung Gandum,” http:www.kemenkeu.go.idnode28891 diakses tanggal 10 juni 2016 pukul
21.37
Universitas Sumatera Utara
masyarakat ASEAN dari kemiskinan, serta pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kemakmuran yang merata dan berkelanjutan
140
Upaya untuk mewujudkan aliran bebas barang telah dimulai dari Asean Free Trade Area AFTA. AFTA yang berlaku sejak 1993, telah menghapus 99,65
dari seluruh tariff lines dibawah skema Common Effective Prefential Tariff CEPT untuk ASEAN 6 Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia,
Singapura dan Thailand dan pengurangan sekitar 98,96 tarif menjadi 0-5 untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam atau yang dikenal dengan
terminologi CLMV, terakhir dengan penandatanganan ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA yang mengintegrasikan semua inisiatif ASEAN yang
berkaitan dengan perdagangan barang ke dalam suatu kerangka komprehensif serta menjamin sinergi dan konsistensi di antara berbagai kebijakan
. Pasar MEA dikenal adanya pasar tunggal dan basis produksi dimana memiliki
5 elemen utama yaitu aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang lebih bebas serta aliran bebas tenaga kerja terampil. Salah satu
elemen yang sangat sering di bahas adalah mengenai aliran bebas barang.
141
140
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,“INTRA Indonesia Trade Insight : Welcome Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA,” Edisi ke- VIII, 2014, hlm. 10
141
Ibid, hlm. 11
. Berbagai negara anggota ASEAN mulai menjalankan komitmennya terhadap
kebijakan pasar tunggal ini terkhususnya dalam aliran barang dimana dapat kita lihat dari grafik berikut:
Universitas Sumatera Utara
Grafik 1. Average Tariff Rates on Intra-ASEAN imports
Berdasarkan grafik diatas dapat di lihat bahwa terdapat penurunan tarif dari rata-rata keseluruhan negara di ASEAN dalam bidang impor dari tahun 2007
sampai tahun 2015 dimana dapat di lihat dari data tersebut juga mulai adanya penurunan tarif impor secara keseluruhan mendekati angka 0 yang menandakan
bahwa masing-masing negara anggota ASEAN sudah mulai menghapuskan tarif impor pada perdagangan sesama anggota ASEAN.
Universitas Sumatera Utara
Grafik 2. Commodity Items with Zero Tariff
Grafik diatas dapat di lihat pula dari tahun 2007 sampai tahun 2015 anggota ASEAN meningkatkan jumlah dan jenis komoditi masing-masing negara yang
bebas tarif zero tariff dalam perdagangan di kawasan ASEAN, dapat diartikan masing-masing negara membuat kebijakan terhadap komoditinya yang ingin di
impor ke negaranya maka tidak dikenakan bebas tarif. Dalam hal ini bersesuaian dengan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Asean.
Keadaan ini berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia di mana dalam pengaturan perdagangan luar negerinya masih banyak terdapat-terdapat aturan
yang membatasi dan menghalangi kegiatan perdagangan luar negeri baik pembatasan tarifmaupun non-tarif dimana pembatasan ini ditujukan untuk
melindungi kepentingan nasional Bangsa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu contoh Indonesia masih menerapkan tarif yang cukup tinggi untuk produk-produk sensitif yaitu beras dan gula dan produk yang dikecualikan
minuman beralkohol dengan alasan untuk melindungi kepentingan nasional dan masyarakat.
142
Philip Kotler mengemukakan ada 6 bentuk konsep pemasaran produk yang salah satunya mengenai konsep berwawasan produksi dimana dijelaskan bahwa
konsumen akan memilih barang atau produk yang mudah didapat dan murah harganya
Bentuk-bentuk pembatasan seperti ini dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kerugian yang sangat besar terhadap produk-produk sensitif
pangan indonesia. Pembatasan dalam jangka pendek terhadap bahan-bahan pokok ini akan
berpengaruh positif terhadap keberadaan dan kestabilan harga dari komoditas pokok ini, tetapi dalam jangka panjang akan membawa pengaruh buruk
dikarenakan tidak mungkin kita selalu melakukan pembatasan terhadap produk tertentu baik itu secara tarif maupun non tarif, sementara negara ASEAN lainnya
mulai menerapkan bebas tarif terhadap komoditas yang sama.
143
142
Anonim, Persiapan Indonesia Menyambut AEC 2015,
. Hal menjelaskan apabila Indonesia tetap melakukan pembatasan baik pembatasan tarif maupun non-tarif dalam jangka waktu panjang maka pelaku
usaha yang akan melakukan kegiatan perdagangan internasional enggan untuk melakukan kegiatan perdagangan terhadap Indonesia karena besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk menjual suatu barang sehingga pelaku kegiatan usaha tersebut cenderung berpindah ke negara lain dalam menjual produknya dan memilih
http:aeccenter.kemendag.go.idtentang-aec-2015persiapan-indonesia diakses pada tanggal 2 Juni 2016 pukul 19.37
143
Philip Kotler. Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Jakarta, Erlangga, hlm.76
Universitas Sumatera Utara
negara yang tidak menerapkan pembatasan-pembatasan sehingga memberi dampak negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia sendiri kedepannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan