waktu dan pencapaian dari masing-masing pilar. Penandatanganan Piagam ASEAN menjadi prasasti hasil evolusi dari kerja sama yang bersifat
“persaudaraan” menjadi organisasi yang berlandaskan rule based framework. Dengan kejelasan visi, tujuan, perbaikan struktur organisasi, pengambilan
keputusan dan mekanisme dispute settlement serta peningkatan peran dan mandat Sekretariat ASEAN. Piagam ASEAN merumuskan secara detail tujuan dan
prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan dengan tujuan MEA, yaitu: 1.
Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi; 2.
Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara negera anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Perihal prinsip kerja sama, ASEAN tetap memegang teguh prinsip yang telah dianut selama ini, yang intinya menghormati kedaulatan negara lain, tidak
melakukan intervensi kebijakan dalam negara lain, serta melakukan konsultasi secara intensif atas berbagai permasalahan regional.
26
B. Konsep Perdagangan Bebas Barang dalam MEA 2015
Pasar ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima elemen utama yaitu:
1. Free Flow of Goods Aliran bebas barang,
27
2. Free Flow of Services Aliran bebas jasa,
28
26
Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 12-14
27
Free Flow of Goods Aliran bebas barang adalah liberalisasi perdagangan barang antar negara-negara di kawasan ASEAN dengan cara penghapusan hambatan tarif, hambatan non-tarif
untuk kelancaran arus barang dan juga perlu dilaksanakannya fasilitas perdagangan yang sesuai dengan standar internasional dan kerja sama kepabeanan.
Universitas Sumatera Utara
3. Free Flow of Investment Aliran bebas investasi,
29
4. Free Flow of Capital Aliran bebas modal,dan
30
5. Free Flow of Skilled Labour Aliran bebas tenaga kerja terampil.
31
Aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam cetak biru MEA dalam mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN dengan kekuatan pasar
tunggal dan berbasis produksi yang akan mempermudah pengembangan jaringan produksi di kawasan dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi
global atau sebagai bagian dari mata rantai global. Adapun yang termasuk jadwal aliran bebas barang dalam MEA adalah
sebagai berikut:
28
Free Flow of Services Aliran bebas jasa adalah liberalisasi perdagangan jasa antar negara- negara di kawasan ASEAN yang dilakukan dengan cara menghilangkan hambatan-hambatan
perdagangan internasional yang berkaitan dengan akses pasar market access dan perlakuan nasional national treatment. Contoh hambatan yang mempengaruhi akses pasar adalah penyedia
jasa, volume transaksi, jumlah tenaga kerja, sedangkan contoh perlakukan nasional adalah kewarganegaraan, jangka waktu menetap, perizinan, kualifikasi, dan batasan kepemilikan properti
dan lahan.
29
Free Flow of Investment Aliran bebas investasi adalah liberalisasi investasi antar negara- negara di kawasan ASEAN yang dilakukan dengan cara menjamin perlakuan yang sama antara
investor domestik dan investor lokal, penghapusan hambatan investasi, membuka semua industri untuk investasi dengan beberapa pengecualian yang dinyatakan dalam Sensitif List SL dan
Temporary Exclusion List TEL. Liberalisasi investasi di ASEAN untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif, terbuka dan bebas dalam rangka menarik dan
meningkatkan arus Penanaman Modal Asing PMA baik dari luar maupun dari dalam kawasan ASEAN itu sendiri.
30
Free Flow of Capital Aliran bebas modal adalah liberalisasi aliran modal di kawasan ASEAN yang menurut jadwal strategisnya dilakukan dengan empat langkah utama, yaitu
penghapusan hambatan bagi pembayaran dan transfer terkait dengan transaksi berjalan pada 2011 Adopsi Artikel VIII IMF, liberalisasi ketentuan Foreign Direct Investment FDI pada 2008-
2015, liberalisasi ketentuan investasi portofolio khususnya untuk surat utang dan saham pada 2009-2015, dan liberalisasi ketentuan jenis aliran modal lainnya. Aliran bebas modal bertujuan
agar terciptanya alokasi sumber daya kapital yang lebih baik di kawasan ASEAN. Namun liberalisasi aliran modal akan menimbulkan resiko tersendiri bagi stablitas makroekonomi.
31
Free Flow of Labour Aliran bebas tenaga kerja terampil adalah libralisasi aliran jasa pada tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN. Tenaga kerja terampil yang bekerja di sektor sektor
yang berhubungan dengan aktivitas perdagangan dan investasi antarnegara di kawasan ASEAN akan di fasilitasi dengan penerbitan visa dan employment pass. Bagi tenaga kerja yang telah
memiliki visa dan employment pass dapat mengisi lowongan kerja yang diperlukan di wilayah negara lain sesuai dengan keterampilannya.
Universitas Sumatera Utara
1. Penghapusan Tarif
Tarif menurut orang awam diartikan sebagai besar harga suatu barang, tetapi beberapa sarjana Inggris, mengatakan bahwa bea masuk sebagai tarif. Jadi tarif
diartikan sebagai harga, dan besarnya pungutan negara atas barang yang diimpor.
32
Tarif sebagai instrument fiscal, digunakan untuk melindungi kepentingan dalam negeri terutama akan bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi barang-
barang tertentu.Tarif digunakan sebagai alat untuk melindungi industri dalam negeri dengan menetapkan hambatan tarif, berupa penerapan tarif yang tinggi atas
barang-barang yang berasal dari impor. Namun, dalam era perdagangan bebas tarif proteksi ini perlahan di hapuskan.
33
Masyarakat Ekonomi ASEAN, Penghapusan tarif diterapkan untuk seluruh produk intra-ASEAN, kecuali produk yang masuk dalam kategori Sensitive
ListSL
34
dan Highly Sensitive List HSL,
35
32
Ali purwito. Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean dan Pajak dalam Kepabeanan. Jakarta, mitra wacana media, 2015, hlm.53
33
Ibid, hlm.54
34
Sensitive List SL adalah daftar yang memuat produk-produk yang sifatnya sensitif bagi perekonomian negara-negara anggota, sehingga diberi waktu yang lebih panjang sebelum di
liberalisasikan.
35
Highly Sensitive List HSL adalah produk-produk pertanian yang sangat sensitif bagi perekonomian negara-negara anggota, sehingga diberi waktu lebih lama lagi sebelum dimasukkan
dalam Inclusion List IL.
dilakukan sesuai jadwal dan komitmen yang telah ditetapkan dalam persetujuan CEPT-AFTA dan digariskan
dalam the Roadmap for Integration of ASEAN RIA yaitu pada tahun 2010 untuk ASEAN-6 dan tahun 2015 untuk CLMV Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Vietnam dan komposisi jumlah pos tarif dan tingkat tarif produk masing-masing
Universitas Sumatera Utara
negara anggota yang masuk kategori Inclusion List IL,
36
SL, HSL, Temporary Exclusion List TEL,
37
dan General Exceptions List GEL
38
2. Penghapusan Hambatan Non Tarif.
pada tahun 2009.
Hambatan non-tarif adalah kebijakan perdagangan selain bea masuk tarif yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi manfaat dari perdagangan
internasional.
39
Hambatan non-tarif, terdiri dari:
40
a. Certificate of Origin CoO adalah hambatan berupa sertifikasi untuk
memberikan kepastian jaminan atas reputasi dan kualitas suatu produk. b.
Import Licenses adalah hambatan dimana importir suatu komoditas tertentu diminta memiliki izin untuk dapat melakukan pengapalan atas barang yang
akan diimpor. c.
Technical Barriers to Trade adalah hambatan berupa penerapan peraturan teknis mengenai packaging, definisi produk, labelling dan lain-lain.
d. Voluntary Export Restraint VER adalah hambatan yang dilakukan dalam
bentuk kesepakatan di antara negara-negara pengekspor untuk membatasi pengapalan komoditas mereka ke negara pengimpor.
36
Inclusion List IL adalah daftar yang memuat produk-produk yang harus segera diliberalisasikan melalui penghapusanpenurunan tarif, penghapusan hambatan kuantitatif serta
penghapusan hambatan non-tarif lainnya.
37
Temporary Exclusion List TEL adalah daftar yang memuat produk-produk yang untuk sementara masih ditunda liberalisasinya khusus dikarenakan oleh ketidaksiapan negara-negara
anggota.
38
General Exception List GEL adalah daftar yang memuat produk-produk yang secara permanen dibebaskan dari kewajiban untuk dihapuskan hambatan tarif dan non-tarifnya.
39
Anonim, “kebijakan impor, hambatan tarif, hambatan non-tarif, dan pelarangan impor,”http:bunda-bisa.blogspot.co.id201303kebijakan-impor-hambatan-tarif-hambatan.html
diakses pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 02.16
40
Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 64-65
Universitas Sumatera Utara
Salah satu bentuk hambatan impor bukan tarif adalah kuota. Kuota adalah pembatasan secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang masuk kuota
impor dan keluar kuota ekspor. Perhatian utama ASEAN menuju integrasi tahun 2015 akan di titik beratkan
pada penghapusan hambatan non-tarif. Tindakan dalam penghapusan non-tarif, antara lain:
a. Meningkatkan transparansi,
b. Mematuhi komitmen standstill and roll back
41
c. Menghapuskan seluruh hambatan non-tarif.
atas hambatan non-tarif,
d. Meningkatkan transparansi langkah-langkah kebijakan non-tarif,
e. Sedapat mungkin, memiliki aturan-aturan regional dan kebijakan yang
konsisten dengan praktik-praktik internsional yang terbaik.
42
3. Rules of Origin ROO
Rules of Origin ROO adalah penentuan asal barang consigment criteria dan prosedur serta mengenai asal barang origin criteria. Dalam penentuan asal
barang yang akan masuk kesuatu negara di sertakan dengan Surat Keterangan Asal SKA. Surat Keterangan Asal SKA adalah dokumen yang disertakan pada
saat ekspor barang ke suatu negara tertentu yang mana negara penerima barang tersebut sudah menyepakati suatu perjanjian untuk memberikan kemudahan bagi
barang dari suatu negara memasuki negara lain. SKA juga digunakan sebagai
41
Standstill dan roll back adalah komitmen saling pengertian mengenai penghentian dan mengulang kembali pada hambatan non-tarif diantara negara-negara ASEAN.
42
ASEAN Economic Community blueprint, artikel 14
Universitas Sumatera Utara
dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut benar-benar berasal, dihasilkan atau diolah di negara pengekspor.
43
a. Secara terus menerus membenahi dan meningkatkan CEPT-ROO untuk
menanggapi perubahan-perubahan dalam proses produksi tugas regional. Rules Of Origin ROO ditetapkan agar dapat mengikuti dinamika perubahan
dalam proses produksi global sehingga mempermudah perdagangan dan investasi antar-negara anggota ASEAN, memperluas jejaring produksi kawasan,
mendorong pengembangan usaha kecil dan menengah dan mempersempit kesenjangan pembangunan. Tindakan dalam ROO, antara lain:
b. Menyederhanakan prosedur sertifikasi operasional untuk CEPT-ROO dan
memastikan peningkatannya yang berkesinambungan. c.
Meninjau kembali seluruh ROO yang telah diimplementasikan oleh negaara-negara anggota ASEAN baik secara individual maupun kolektif.
Ketentuan asal barang adalah fasilitas yang diberikan dalam kerangka CEPT hanya dapat dinikmati oleh produk-produk yang berasal dari negara anggota
ASEAN.
44
4. Fasilitas Perdagangan
Upaya peningkatan daya saing ekspor dan mendorong integrasi ekonomi ASEAN menuju pasar tunggal untuk barang, jasa dan investasi serta berbasis
produksi tunggal ASEAN, diperlukan mekanisme perdagangan dan kepabeanan, proses, prosedur dan arus informasi terkait yang simpel, harmonis dan terstandar.
43
Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementrian Perdagangan. Analisis Aplikasi Rules of
Origin Untuk Meningkatkan Akses Produk Global Value Chain Indonesia di Dunia. Jakarta, Kementrian Perdagangan, 2014, hlm.14
44
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm.23
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya fasilitas perdagangan diharapkan akan terciptanya suatu lingkungan yang konsisten, transparan dan dapat diprediksi bagi transaksi
pedagangangan ASEAN.
45
a. Memberikan penilaian terhadap kondisi fasilitas perdagangan di ASEAN
Tindakan fasilitas perdagangan antara lain:
b. Mengembangkan dan mengimplementasikan program kerja fasilitas
perdagangan yang menyeluruh dengan tujuan menyederhanakan, menyelaraskan dan mengstandarisasi prosedur, proses, dan arus informasi
yang terkait dengan kepabeanan dan perdagangan. c.
Meningkatkan transparansi dan visibilitas seluruh tindakan dan intervensi yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam transaksi
perdagangan internasional. d.
Membentuk mekanisme kerja sama fasilitas perdagangan kawasan. e.
Membentuk ASEAN Trade Facilitation Repository f.
Mengembangkan upaya-upaya nasional untuk mendukung dan menjamin implementasi secara efektif inisiatif-inisiatif tingkat kawasan.
g. Mengembangkan program peningkatan kapasitas yang komprehensif untuk
menjamin kelancaran implementasi program kerja.
46
5. Integrasi kepabeanan
Rencana strategis pengembangan kepabeanan untuk periode 2005-2010 bertujuan untuk:
45
Ibid, hlm.25
46
ASEAN Economic Community blueprint, artikel 16
Universitas Sumatera Utara
a. Mengintegrasikan struktur kepabeanan;
b. Memoderenisasi serta membentuk ASEAN e-Customs;
c. Memperlancar pengeluaran barang;
d. Memperkuat pengembangan SDM;
e. Meningkatkan kemitraan dengan organisasi internasional terkait;
f. Mempersempit kesenjangan pembangunan di bidang kepabeanan; dan
g. Menerapkan teknik manajemen resiko dan pengawasan berbasis audit untuk
fasilitas perdagangan.
47
6. ASEAN Single Window ASW
ASEAN Single Window ASW merupakan implementasi upaya-upaya penyederhanaan, penyelerasan, dan standarisasi proses dan prosedur kepabeanan
dan perdagangan, serta penerapan teknologi informasi dan komunikasi di semua bidang yang terkait dengan fasilitas perdagangan.
48
Kawasan ASEAN mengembangkan ASEAN Single Window ASW guna meningkatkan fasilitas perdagangan dengan menyediakan sebuah platform yang
terintegrasi bagi National Single Window NSW dari 10 negara anggota ASEAN.National Single Window NSW merupakan sistem elektronik yang
mengintegrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan
informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis yang meliputi sistem kepabeanan, perjanjian,
kepelabuhankebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait degan proses
47
Ibid, artikel 17
48
Ibid, artikel 18
Universitas Sumatera Utara
penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang.
49
Dengan ASW diharapkan negara-negara ASEAN dapat meningkatkan kinerja pelayanan kepabeanan, mempersingkat proses dan prosedur kepabeanan dalam
rangka meningkatkan efisiensi perdagangan dan menekan biaya perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
National Single Window memungkinkan pengambilan keputusan untuk pengurusan kargo yang
terpusat dan serentak yang bertujuan mempersingkat pengeluaran barang, menurunkan biaya dan waktu transaksi.
50 Batas akhir berlakunya ASW bagi ASEAN6 Brunei
Darussalam
, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina adalah tahun 2008. Sementara untuk CLMV Kamboja, Laos, M
yanmar dan Vietnam pada tahun 2012.
51
7. Standar dan Hambatan Teknis Perdagangan
Menurut pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian, standar adalah persyaratan teknis atau
sesuatu yang dibekukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihakpemerintahkeputusan internasional yang terkait dengan
memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi, pengalaman, serta
perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Hambatan teknis perdagangan techinical barriers to trade
TBT adalah tindakan atau kebijakan suatu negara yang bersifat teknis yang dapat menghambat perdagangan internasional, dimana penerapannya dilakukan
sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu hambatan perdagangan. TBT
49
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Op.cit, hlm. 26
50
Aida S. Budiman. Op.cit, hlm. 112
51
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu bagian perjanjian dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT yang mengatur hambatan dalam perdagangan yang terkait dengan
peraturan teknis technical regulation, standar dan prosedur penilaian kesesuaian. Sebagai upaya untuk mecegah terlalu banyaknya ragam standar, perjanjian TBT
mendorong negara anggota untuk mengharmonisasikan standarnya dengan standar-standar internasional. Namun anggota tidak di cegah untuk mengambil
tindakan yang diperlukan agar standar nasionalnya terpenuhi.
52
Negara anggota ASEAN diharapkan dapat menetapkan dan menerapkan ketentuan-ketentuan mengenai standar, peraturan teknis dan prosedur penilaian
kesesuaian.
53
Sistem standar, jaminan mutu, akreditasi, dan pengukuran merupakan hal penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya
produksi dalam eksporimpor intra-kawasan.
54
Negara anggota diberikan hak dan kewajiban untuk menerapkan kebijakan pemullihan perdagangan antara lain berupa anti-dumping, bea imbalan terkait
dengan subsidi dan safeguard.
55
C. Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri